Rabu, 20 Agustus 2014

Skripsi Dakwah:STRATEGI DAKWAH MUSLIMAT NU, FATIMIYAH, DAN AISYIYAH DALAM MENGEMBANGKAN UKHUWAH ISLAMIYAH DI DESA BANGSRI KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pluralitas adalah salah satu ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah  (sunnatullah).  Indikator  sederhana  dari  ketetapan  Allah  mengenai  pluralitas dalam  kehidupan  dunia  terlihat  dari  pluralitas  penciptaan  manusia  (Thoha,  2005: 206).  Hal tersebut sesuai dengan ayat al-Qur’an  surat  Al-Hujurat ayat  13 “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang  laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa  -bangsa  dan  bersuku-suku  supaya  kamu  saling  kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah  ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah  Maha mengetahui lagi Maha Mengenal” (Duta Ilmu, 2002: 847).
Ayat  di  atas  selain  menegaskan  tentang  adanya  perbedaan  yang  menjadi  ketetapan  Allah,  juga  terkandung  esensi  tujuan  dijadikannya  perbedaan dalam kehidupan manusia, yakni tujuan untuk saling mengenal satu  sama  lain.  Aspek  pengenalan  terhadap  pluralitas  dalam  kehidupan  yang  dialami manusia merupakan dasar utama untuk melahirkan sikap-sikap toleran  antar  manusia.  Hal  tersebut  dapat  terjadi  karena  adanya  saling  mengenal  sehingga memunculkan sikap  saling memahami  dalam rangka  meminimalisir   potensi  perselisihan.  Umat  manusia  diperintahkan  agar  tidak  bercerai  berai  sebagaimana firman-Nya dalam Q.S.Ali Imron ayat 1 Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan  janganlah kamu bercerai berai, …(Duta Ilmu, 2002: 79) Meskipun  demikian  umat  manusia  tidak  semuanya  dapat  memahami  perbedaan  sebagai  anugerah  untuk  saling  memahami.  Tidak  sedikit  konflik antar  golongan,  suku  dan  agama  terjadi  yang  disebabkan  oleh  perbedaan  dalam  kehidupan  yang  plural.  Di  antara  contoh  konflik  yang  terjadi  di  masyarakat  adalah  pada  tahun  1999  di  Desa  Dongos  Kecamatan  Pecangaan  Kabupaten  Jepara,  atau  juga  perselisihan  antar  kelompok  ormas  keagamaan  yang  terjadi  akibat  adanya  beberapa  perbedaan  penerimaan  dan  pemahaman  tentang  ajaran  Islam  yang  diteladankan  oleh  Nabi  Muhammad  SAW  yang  berujung pada tuduhan bid’ah.

Tidak  selamanya  konsep  pluralitas dapat menimbulkan konflik  dalam  kehidupan  sosial.  Hal  tersebut  dapat  terlihat  dalam  kehidupan  beragama  di  Kelurahan  Bangsri  Kecamatan  Bangsri  Kabupaten  Jepara,  di  mana  masyarakatnya  terdiri  oleh umat Islam  dengan pandangan yang berbeda-beda.
Ada  tiga  kelompok  organisasi  keagamaan  dominan,  yakni  Muslimat  dari  Nahdlatul  Ulama  (NU),  Fatimiyah  dari  Syiah  dan  Aisyiyah  dari  Muhammadiyah.  Meskipun  memiliki  perbedaan  pandangan  mazhab,  latar  belakang budaya dan pemahaman nilai-nilai keagamaan, namun hal itu tidak  menimbulkan permasalahan bagi kehidupan sosial keagamaan mereka, bahkan   dalam  kehidupan  keseharian  telah  tercipta  kebersamaan.  Kebersamaan  tersebut  diwujudkan  melalui  saling  menghormati  dan  mengikuti  aktivitas  keagamaan  organisasi  lainnya  serta  memberikan  bantuan  kepada  salah  satu  kelompok organisasi keagamaan ketika membutuhkan.
Salah satu contoh dari kebersamaan  tersebut, menurut Ibu Muzaro’ah  (2012)  salah  satu  pengurus  Aisiyah,  adalah  dukungan  yang  diberikan  oleh  Muslimat  NU  dan  Fatimiah  Syiah  kepada  Aisiyah  Muhammadiyah  ketika terjadi penyusupan yang berpotensi menimbulkan perpecahan di Aisiyah pada  tahun  2009.  Penyusupan  yang  dialami  oleh  Muhammadiyah  dilakukan  oleh  beberapa orang yang datang dari luar Bangsri dengan tujuan untuk memecah  belah  Muhammadiyah.  Dukungan  tersebut  diwujudkan  dengan  ikut  terlibat  aktif dalam proses pembersihan Aisiyah dari penyusup  yang mencoba untuk  memecah  belah  Muhammadiyah.  Penyusup  yang  masuk  melalui  lembaga  pendidikan  Muhammadiyah  yang  menyebar  fitnah  tersebut  berhasil  “diamankan”  oleh Muhammadiyah dengan dibantu oleh warga NU dan Syiah.
Selain  itu,  wujud  kebersamaan  antar  organisasi  keislaman  wanita  tersebut  terlihat  dari  kegiatan  PKK  dan  tahlil  yang  dilakukan  oleh  anggota  ketiga  organisasi  tersebut.  Meskipun  berbeda  pandangan  tentang  tahlil,  namun  organisasi Aisiyah dan Fatimiah tidak melarang anggotanya untuk mengikuti  kegiatan PKK.
Fenomena  yang  terjadi  di  Kelurahan  Bangsri  merupakan  wujud  dari  pemahaman terhadap nilai-nilai Islam  yang diajarkan dan diperintahkan oleh  Allah  dalam  kehidupan  yang  plural  sebagaimana  tersebut  dalam  Q.S.  al-  Hujurat  ayat  13.  Selain  firman  Allah,  sikap  positif  untuk  saling  memahami  dan  menghormati  perbedaan  yang  dilakukan  oleh  kelompok  organisasi  keagamaan  di  Kelurahan  Bangsri  juga  sama  dengan  keteladanan  Nabi  Muhammad SAW saat melaksanakan dakwah di Madinah. Melalui deklarasi  Piagam Madinah, Nabi Muhammad SAW menyatukan perbedaan yang terjadi  di antara penduduk dalam satu kesatuan Madinah. Hasilnya adalah terciptanya  kesatuan,  persaudaraan  dan  pemahaman  penduduk  yang  berbeda  agama  dan  suku bangsa dalam pemerintahan Madinah. Implikasi dari kesatuan ini adalah  adanya  sikap  saling  menghormati  serta  saling  memberi  bantuan  manakala  salah satu kelompok suku atau agama membutuhkan bantuan, termasuk umat  Islam  manakala  mendapat  serangan  dari  suku  Quraisy  (Muhyidin  dan  Safei,  2002: 107).
Keteladanan  Nabi  Muhammad  SAW  dalam  melaksanakan  pemerintahan  Madinah  idealnya  menjadi  contoh  bagi  umat  Islam  dalam  merespons  perbedaan  yang  dialami  dalam  kehidupan  yang  plural.  Sebagai  agama  penyempurna  dan  pemersatu,  bukan  berarti  Islam  tidak  memiliki  perbedaan. Dalam salah  satu haditsnya, Nabi telah menjelaskan bahwa umat  Islam  terpecah  ke  dalam  73  golongan  dan  yang  akan  selamat  adalah  umat  Islam  yang  menjadi  ahli  sunnah  dan  menjaga  persatuan.  Ironisnya,  tidak  sedikit umat Islam  yang terjebak dalam perbedaan dan bahkan harus terlibat  dalam perselisihan atau pertengkaran antar kelompok akibat adanya perbedaan  tersebut.
 Potensi  perselisihan  yang  mengancam  umat  Islam  di  Indonesia cenderung besar dikarenakan adanya latar belakang yang berbeda-beda berupa suku bangsa, politik maupun status sosial  (Khadziq, 2009: 117).  Kebersamaan  yang  terwujud  dalam  kehidupan  plural  umat  Islam  di  Kelurahan  Bangsri  sebuah  fenomena  kehidupan  masyarakat  umat  Islam  Indonesia  dalam menyikapi perbedaan Islam.  Perbedaan yang  dimiliki  oleh umat Islam  apabila  tidak  dipahami  dan  disikapi  secara  bijak  dapat  mengancam  persatuan  umat  Islam bahkan dapat mengganggu stabilitas kenegaraan.
Realitas  kehidupan  umat  Islam  di  Desa  Bangsri  tersebut  dapat  terwujud.  Tentu ada strategi-strategi yang dilaksanakan oleh  ketiga  organisasi  wanita  tersebut  dalam  upaya  menjaga  dan  mengembangkan  ukhuwah  Islamiyah di Desa Bangsri Kecamatan Bangsri Kabupaten  Jepara.  Figur peran  wanita  tidak  dapat  dilepaskan  dari  perjalanan  sejarah  Kota  Ukir  (nama  lain  Jepara).  Sejarah  telah  mencatat  paling  tidak  dua  tokoh  wanita  yang  telah  mampu menunjukkan kemampuan mereka dalam melakukan suatu perubahan,  yakni Ratu Kalinyamat dan R.A. Kartini. Nama yang disebut terakhir sangat  fenomenal  karena  mampu  memberikan  perubahan  tentang  paradigma  pendidikan  bagi  warga  pribumi,  khususnya  kaum  wanita.  Hal  ini  seolah  mengindikasikan  adanya  peluang  peranan  wanita  dalam  memberikan  perubahan dalam kehidupan masyarakat di Kabupaten Jepara.
Peranan  wanita  dalam  berkehidupan  social  di  Jepara  salah  satunya  dapat terlihat di Desa Bangsri sebagaimana telah dijelaskan di atas. Meskipun  pada organisasi NU, Syiah dan Muhammadiyah terdapat organisasi-organisasi   dari  remaja  namun  pada  kenyataannya  kehidupan  ukhuwah  Islamiyah  lebih  hidup di kalangan organisasi wanitanya. Jika di tingkatan remaja atau pemuda  dari ketiga organisasi keagamaan  yang ada di Desa Bangsri tidak ada ikatan  yang  terlihat  formal  dalam  rangka  menjalin  ukhuwah  Islamiyah,  maka  tidak  demikian dengan organisasi wanita. Berbagai kegiatan social telah menjelma  menjadi perwujudan ukhuwah Islamiyah di Desa Bangsri Kecamatan Bangsri  Kabupaten Jepara.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi