BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Khatib Pahlawan Kayo
(2005: 7) menyebutkan bahwa kepemimpinan dalam
pengertian umum adalah
suatu proses ketika
seorang memimpin (directs),
membimbing (guides), mempengaruhi
(influences)atau mengontrol (controls) pikiran, perasaan, atau tingkah
laku orang lain. Dari definisi diatas dapat dipahami
bahwa kepemimpinan merupakan
tindakan mempengaruhi orang lain
untuk melakukan sesuatu
demi tercapainya tujuan
tertentu.
Sedangkan
pemimpin adalah seseorang
yang mampu mempengaruhi
orang lain melalui
kewibawaan dan komunikasi
untuk mencapai tujuan.
Dalam Islam istilah pemimpin
diartikan dalam hadist sebagai berikut: ُ
( Artinya : Abdullah bin umar
berkata, aku mendengar
Rasulullah Saw.
Bersabda:
”Masing-masing kamu adalah
pemimpin, dan masing-masing kamu
bertanggung jawab terhadap
yang dipimpin, seorang
imam adalah pemimpin
dan bertanggung jawab
atas yang dipimpin.
Seorang laki-laki adalah
pemimpin didalam keluarganya
dan bertanggung jawab atasnya dan seorang
perempuan adalah pemimpin
dirumah suaminya dan
bertanggung jawab atasnya dan
seorang pembantu adalah pemimpin atas
harta tuannya, dan bertanggung jawab atasnya” (H.R Bukhori Muslim)
(Faizah dkk, 2006: 169) Hadist diatas menjelaskan bahwa yang disebut
pemimpin adalah setiap individu, tanpa
terkecuali apakah dia
laki-laki ataupun perempuan
asal dia sudah
mukallaf, semuanya adalah
pemimpin dan kepadanya
akan dimintai pertanggungjawaban dari
hasil kepemimpinannya selama
di dunia. Perkara pertanggungjawaban itu
tentu disesuaikan dengan
tugas pokok dan
fungsi serta wewenang yang telah
diberikan kepadanya (Kayo, 2005: 74).
Sikap
kepemimpinan adalah suatu
sikap pribadi yang
mampu mengembangkan potensi diri,
mampu menempatkan diri serta mampu berfikir terbuka dan positif terhadap diri dan
lingkungan. Adapun sikap kepemimpinan ini
tidak hadir dengan sendirinya melainkan dibangun dan dibentuk oleh pilarpilar
pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.
Masalah
kepemimpinan agaknya merupakan
pokok pangkal terlahirkannya berbagai problematika dalam
masyarakat. Hal ini menyangkut kualitas sang
pemimpin dalam menangani
dan mengayomi masyarakatnya.
Secara
pasti, di Indonesia
pemimpin yang berkualitas
dalam pemahaman keislaman amatlah sedikit, malahan pada pucuk
pimpinan negara terasa sekali kekurangan itu.
Sementara dalam satu
sisi, Indonesia adalah
bagian dari entitas dunia internasional yang baru saja
tumbuh yang sungguh amat menarik untuk
menjadi incaran pihak-pihak adijaya dan kelompok-kelompok penentu lain dalam upaya memainkan perananya di sini.
Salah satunya, sebagaimana diungkap oleh
syekh Al-ghozali dalam
bukunya “Harakatut tabsyir
fi junub Syarqi Asia
(Gerakan Kristenisasi di Asia Tenggara )”, (1990) menyebutkan, Indonesia merupakan negara yang paling subur
bagi gerakan kristenisasi bila dibandingkan negara-negara
asean lainnya. Pernyataan
ghozali itu menjadi kenyataan
bagi umat Islam
dewasa ini. Betapa
pemilu dianggap menjadi penyelaras
masalah kebangsaan/keumatan justru
menjadi penyelesaian pahit yang
dihadapi umat (Sunet, 2000: 23).
Generasi
muda merupakan pemangku
estafet kepemimpinan suatu negara. Kejayaan
negara yang akan
datang tergantung dari
bagaimana generasi mudanya
saat ini. peranan
generasi muda sangatlah
besar. Oleh karena
itu perlu adanya
pembinaan yang baik
agar dapat terbentuk
karakter generasi muda yang baik
pula.
Siswa
SMA termasuk dalam
masa perkembangan yang
disebut masa remaja atau pubertas. Masa remaja adalah masa
yang khusus, penuh gejolak karena pada
pertumbuhan fisik terjadi
ketidakseimbangan. Hal ini
akan mempengaruhi perkembangan
berfikir, bahasa, emosi,
dan sosial anak (Sunarto dkk,
2002: 75). Pada
masa ini individu
mengalami berbagai perubahan baik fisik maupun psikis.
Masa
remaja berbeda dengan
masa anak-anak. Pada
masa remaja, mereka
berusaha melepaskan diri
dari orang tua
dengan maksud untuk menemukan dirinya (Haditono, 2006: 279). Selain itu, mereka lebih tertutup dan
tidak lagi mudah
terpengaruh oleh siapapun.
Sekalipun terpengaruh, pengaruh
itu tidak diterimanya
begitu saja, melainkan
dipilih dan diseleksi.
Mereka juga sudah mulai bertanggung jawab atas
apa yang telah dilakukannya (Sujanto,
1982: 188). Keinginan untuk membentuk
kelompok-kelompok pun terjadi pada
masa ini, sehingga
tidak jarang ditemukan
kelompok remaja dalam berbagai jenis organisasi. Organisasi
sangat penting bagi mereka untuk mengembangkan potensi
yang dimilikinya, organisasi
yang mereka ikuti bermanfaat untuk
memberikan sumbangan dalam
pembangunan negaranya, dan
juga berfungsi sebagai
pengembangan sikap sosial
remaja (Haditono, 2006: 286 ).
Era
globalisasi menjadi tantangan
bagi generasi muda
dalam pembentukan karakter
diri. Maraknya pergaulan
bebas, narkoba, budaya hedonisme,
budaya konsumerisme, dan
tawuran dikalangan remaja menjadikan
semakin rusaknya moral,
intelektual dan fisik
mereka. Berbagai keluhan
dan kerisauan kemudian
muncul dari orang
tua dan masyarakat mengenai kehidupan anak-anak mereka dimasa
sekarang maupun dimasa yang akan datang
akibat maraknya budaya
pop, glamor, santai
serta krisis moral yang melanda
masyarakat modern. Jauhnya
kehidupan anak-anak dari
nilai agama merupakan
salah satu dampak
nyata perkembangan dan
ekses global yang demikian deras tanpa adanya filter yang
dapat menjadi perekat identitas yang
cukup kuat. Hal ini mencerminkan tantangan masa kini dan masa depan, terutama yang
menyangkut kebutuhan hidup
secara moril-agamis maupun materiil
dan berbagai faktor yang mempengaruhinya, telah menduduki tempat teratas dalam kehidupan masyarakat.
Kepemimpinan siswa merupakan salah satu upaya
untuk memberikan pemahaman serta
membangun karakter kepemimpinan
siswa agar menjadi siswa teladan, bertanggungjawab sehingga tidak
terjerumus dengan pergaulan bebas yang
dapat merusak moral
dan intelektual mereka.
Karakter kepemimpinan pada
siswa dapat terbentuk
dengan keikutsertaan mereka dalam
kegiatan-kegiatan terkait kepemimpinan
seperti Latihan Dasar kepemimpinan,
Outbond, dan Organisasi siswa (Osis, Pramuka, dan lain-lain).
Selain
itu karakter kepemimpinan
juga dapat terbentuk
dalam proses pembelajaran
kegiatan belajar kelompok,
diskusi serta pembuatan
karya.
Karakter tersebut dapat membantu mereka dalam
mengatasi berbagai masalah mereka sendiri
serta menjadikan mereka
siswa yang cerdas,
bertanggung jawab dan
kreatif serta mampu
menjadi “Agent of
change” di masyarakat (http://masnurulIslamnida.wordpress.com/artikel-ku/).
Sie
Kerohanian Islam (ROHIS)
di SMA Negeri
3 Semarang dalam struktur organisasi
merupakan sub bagian
dalam kepengurusan OSIS
seksi satu (seksi keimanan dan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa). ROHIS merupakan organisasi yang berbasis agama
Islam. Berbeda dengan ROHIS di SMA lain,
selain kegiatan keagamaan,
Organisasi ini juga
mempunyai beberapa kegiatan
pendukung diantaranya yaitu latihan
kepemimpinan siswa muslim (LKSM),
Latihan Dasar Kepemimpinan
(LDK) dan I-fest
(Islamic Festival). ROHIS SMA
Negeri 3 Semarang merupakan pelopor kegiatan I-fest pertamakali dikota Semarang.
Strategi
merupakan hal yang
sangat penting bagi
sebuah organisasi dalam mencapai tujuan secara efektif dan
efisien. ROHIS sebagai organisasi mempunyai berbagai
strategi dalam pembentukan
karakter kepemimpinan pada
siswa. Strategi tesebut
dirancang dengan memperhatikan
beberapa hal yang terkait dengan faktor internal (faktor
yang berasal dari dalam organisasi ROHIS) dan
faktor eksternal (
faktor yang berasal
dari luar organisasi ROHIS).
Strategi ROHIS SMA
Negeri 3 Semarang
mempunyai keunggulan dibandingkan
dengan ROHIS di
SMA lain. Hal
ini dapat dilihat
dari banyaknya kegiatan-kegiatan yang
sukses diadakan oleh
ROHIS. kegiatan tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan
sukses tanpa adanya strategi-strategi yang
tepat.
ROHIS
dalam menyusun strategi
pembentukan karakter kepemimpinan siswa menemui beberapa hambatan
dan tantangan. Hal tersebut dapat
menjadi penghalang dalam pencapaian tujuan. Oleh karena itu hambatan dan
tantangan perlu mendapat
perhatian dalam penyusunan
strategi tersebut.
Selain
itu, dukungan sekolah
juga mempunyai peran
yang besar dalam pelaksanaan strategi
ROHIS. Hal tersebut
dikarenakan ROHIS adalah organisasi
yang terikat dengan
sekolah. Oleh karena
itu, Harapan penulis dengan
mengetahui hambatan dan
tantangan serta cara
ROHIS dalam menyikapi
hal tersebut, dan
dukungan sekolah terhadap
ROHIS dapat menjadi pengetahuan bagi penulis serta ROHIS
di SMA lain.
Berdasarkan
latar belakang diatas
penulis tertarik membahas
tentang beberapa permasalah yang
terkait dengan strategi ROHIS dalam pembentukan karakter kepemimpinan pada siswa. Oleh karena
itu penulis akan meneliti dan mengangkat
judul “Strategi Sie
Kerohanian Islam dalam
Pembentukan Karakter Kepemimpinan
Pada Siswa Tahun 2011/2012 (Studi kasus ROHIS di SMA Negeri 3 Semarang)”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar
belakang tersebut, maka
yang menjadi pokok permasalahan
skripsi adalah: 1. Bagaimanakah
Strategi Sie Kerohanian
Islam dalam Pembentukan Karakter Kepemimpinan Pada Siswa di SMA Negeri
3 Semarang? 2. Apa Hambatan dan Tantangan Sie Kerohanian Islam
dalam Pembentukan Karakter Kepemimpinan
Pada Siswa di SMA Negeri 3 Semarang? 3.
Bagaimanakah Dukungan Sekolah
terhadap Sie Kerohanian
Islam dalam Pembentukan
Karakter Kepemimpinan Pada
Siswa di SMA
Negeri 3 Semarang? C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Berdasarkan
permasalahan di atas,
maka tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Untuk
mengetahui strategi Sie
Kerohanian Islam dalam
pembentukan karakter kepemimpinan
pada siswa di SMA Negeri 3 Semarang b.
Untuk mengetahui hambatan
dan tantangan Sie
Kerohanian Islam dalam pembentukan karakter
kepemimpinan pada siswa
di SMA Negeri
3 Semarang.
c.
Untuk mengetahui dukungan
sekolah terhadap Sie
Kerohanian Islam dalam pembentukan karakter kepemimpinan pada
siswa di SMA Negeri 3 Semarang.
2. Manfaat Penelitian Sedangkan manfaat
penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Secara
teoritik, penelitian ini
diharapkan dapat menambah
wawasan pemikiran dan
pengetahuan dalam bidang
ilmu dakwah bagi
penyusun khususnya dan dunia
keilmuan dakwah umumnya.
b.
Secara praktis, penelitian
ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran
terhadap Sie Kerohanian
Islam di SMA
lain dalam pengembangan
dakwah terutama dalam
pembentukan karakter kepemimpinan.
D.
Tinjauan Pustaka Dalam
tinjauan pustaka ini
penulis akan mendiskripsikan beberapa karya
yang relevan dengan
judul yang penulis
buat. Tujuannya agar menghindari terjadinya
kesamaan penulisan, selain
itu dari beberapa
karya yang relevan
ini, penulis dapat
membandingkan berbagai masalah
sehingga penulis dapat memperoleh
hasil penemuan yang baru dan betul-betul otentik.
Karya yang relevan tersebut diantaranya adalah
sebagai berikut: Pertama, Skripsi yang
berjudul “Pembinaan Sikap
Keberagamaan Siswa Melalui
Program Mentoring Ekstrakurikuler Rohani Islam (ROHIS) di SMA N Unggulan 57 Jakarta” ditulis oleh M. Ridwansyah Fakultas Tarbiyah UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2008. Dalam
skripsinya disimpulkan bahwa program mentoring dapat menjadi wadah
serta kontribusi positif dalam pembinaan
sikap keberagamaan siswa.
Kedua,
skripsi yang berjudul “Peran Kegiatan
Sie Kerohanian Islam (ROHIS) dalam Upaya
Meningkatkan Perilaku Keberagamaan Siswa di SMA Negeri
1 Sidoarjo” ditulis
oleh Afdiah Fidianti
Fakultas Tarbiah UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang tahun 2009. Pokok bahasan pada skripsi ini adalah
peranan Sie Kerohanian
Islam dalam meningkatkan
perilaku keberagamaan siswa SMA
Negeri 1 Sidoarjo.
Berdasarkan hasil penelitian, peranan
sie. Kerohanian sangat
besar dalam meningkatkan
perilaku keberagamaan, hal ini
dapat dilihat dengan adanya berbagai macam kegiatan sehingga
terbina perilaku siswa
yang baik terbukti
dengan kesadaran siswa untuk beribadah
dan berakhlak mulia
terhadap Allah SWT,
orang tua, guru, sesama
teman dan lingkungan sekitarnya.
Ketiga,
skripsi yang berjudul
“Manajemen Internalisasi Nilai-Nilai Keagamaan
Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Sie
Kerohanian Islam Untuk Pembentukan Karakter
Siswa SMA Negeri
1 Malang” ditulis
oleh I’anatut Thoifah
, Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang tahun 2011.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi