Rabu, 20 Agustus 2014

Skripsi Siyasah:TINJAUAN FIQH JINAYAH TERHADAP PIDANA CABUL KEPADA ANAK MENURUT PASAL 294 KUHP DAN PASAL 82 UU NO.23 TAHUN 2002


BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah Secara  umum  terjadinya  kejahatan  sangat  merugikan  masyarakat,  khususnya  korban  kejahatan  dan  salah  satu  jenis  kejahatan  yang  terjadi  yang  sangat merugikan dan meresahkan masyarakat, ialah tindak pidana  asusila  yang  disertai kekerasan terhadap anak yang akhir-akhir ini sering terjadi di kalangan  keluarga terutama seorang ayah terhadap anaknya.
 Berbicara  tentang  tindakan  asusila  dengan  kekerasan  yang  marak  dan  sering  timbul  di  masyarakat  disebabkan  karena  pelaku  adalah  salah  satu  dari  anggota keluarganya sendiri. Sehingga tidak banyak dari kasus yang seperti ini  tidak  mudah  terungkap  karena  dari  pihak  keluarga  yang  enggan  untuk  melaporkannya,  karena  dirasa  sebagai  aib  keluarga  bila  kasus  ini  terungkap  sehingga mereka lebih memilih menutup-nutupinya.

 Dalam  Kitab  Undang-Undang  Hukum  Pidana  terdapat  pasal  yang  menyebutkan  tindak  pidana  cabul  terhadap  anak  dibawah  pengawasan  atau  pengasuhan diatur dalam pasal 294 ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut:  Pasal   Prof. Moeljatno, KitabUndang-UndangHukumPidana, (Jakarta: BumiAksara), h.107   (1)  Barang  siapa  melakukan  perbuatan  cabul  dengan  anaknya,  dengan  anak  tirinya,  anak  angkatnya  (anak  piaraanya),  anak  dibawah  pengawasanya,  semua dibawah umur, orang yang dibawah umur yang diserahkan kepadanya  untuk dipeliharanya atau dijaganya atau bujangnya  atau orang dibawahnya,  keduanya yang masih dibawah umur, dipidana dengan pidana penjara selama  tujuh tahun.
 Untuk melindungi anak dari tindakpidanayang dilakukan oleh orang lain,  selain  KUHP  terdapat  juga  Undang-Undang  nomor  23  tahun  2002  tentang  perlindungan anak. Undang-undang ini menegaskan  bahwa pertanggungjawaban  orangtua  merupakan  kegiatan  yang  dilaksanakan  terus-menerus  demi  terlindunginya  hak-hak  anak  sehingga  tidak  mengakibatkan  perkembangan  dan  pertumbuhan  anak  menjadi  terganggu.  Dalam  Undang-undang  tersebut  tercantum dalam pasal 13, yaitu:  (1)  Setiap  anak  selama  dalam  pengasuhan  orang  tua,  wali,  atau  pihak  lain  manapun  yang  bertanggungjawab  atas  pengasuhan,  berhak  mendapat perlindungan dari perlakuan: a.  Diskriminasi; b.  Eksploitasi, baikekonomimaupunseksual; c.  Penelantaran; d.  Kekejaman, kekerasan, danpenganiayaan; e.  Ketidakadilan; dan f.  Perlakuansalahlainnya.
 (2)  Dalam  hal   orang  tua,  wali  atau  pengasuh  anak  melakukan  segala  bentuk perlakuan  sebagaimana  dimaksud  dalam  ayat  (1),  maka  pelaku  dikenakan pemberatan hukuman.
 Dan  sanksipidananya  di  ancamdenganpasal  82  undang-undang  no  23  tahun 2002 yang berbunyi:  Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 TentangPerlindunganAnak,  (Jogjakarta: Laksana), h.52   “Setiap  orang  yang  dengan  sengaja  melakukan  kekerasan  atau  ancaman  kekerasan,  memaksa,  melakukan  tipu  muslihat,  serangkaian  kebohongan,  atau  membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul,  dipidana  dengan  pidana  penjara  paling  lama  15  (lima  belas)  tahun  dan  paling  singkat  3  (tiga)  tahun  dan  denda  paling  banyak  Rp  300.000.000,00  (tiga  ratus  juta rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).” Perbuatan  cabul  adalah  segala  perbuatan  yang  melanggar  kesusilaan  (kesopanan) atau perbuatan keji, semua itu dalam ruang lingkup membangkitkan  nafsu  birahinya  kelamin,  misalnya:  cium-ciuman,  meraba-raba  anggota  kemaluan, meraba-raba buah dada.
  Yang dikategorikan sebagai perbuatan cabul  adalah perbuatan  zina, perkosaan, pelacuran, persetubuhan yang dilakukan atas  dasar suka sama suka dan persetubuhan yang dilakukan di luar ikatan perkawinan  antara pria dan wanita di bawah umur.
 Mengenai tindak pidana pencabulan, harus ada orang sebagai subjeknya  dan orang itu melakukannya dengan kesalahan, dengan perkataan lain jika telah  terjadi suatu tindak pidana pencabulan, berarti ada orang sebagai subjeknya dan  pada orang itu terdapat kesalahan.
 Tindak pidana pencabulan merupakan suatu tindak kejahatan yang sangat  serius,  karena  pada  dasarnya  tindak  pidana  pencabulan  adalah  suatu  perbuatan  yang sangat mengacaukan ketenangan dan ketentraman dalam masyarakat pada  umumnya, serta merusak dan merampas masa depan anak yang menjadi korban  tindak  pidana  pencabulan.  Anak  adalah  amanah  sekaligus  karunia  Tuhan  Yang  Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat,   R. Soesilo, KUHP Serta Komentar-Komentarnya, (Bandung: Remaja Rosdakarya), h. 212   martabat,  dan  hak-hak  sebagai  manusia  yang  harus  dijunjung  tinggi.  Dari  sisi  kehidupan  berbangsa  dan  bernegara,  anak  adalah  masa  depan  bangsa  dan  generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan  hidup,  tumbuh,  dan  berkembang,  berpartisipasi  serta  berhak  atas  perlindungan  dari tindak kekerasan, deskriminasi serta pemerkosaan.
  Fiqh  Jinayah  adalah  segala  ketentuan  hukum  mengenai  tindak  pidana  atau perbuatan kriminal yang dilakukan orang-orang mukallaf  (orang yang dapat  dibebani kewajiban), sebagai hasil dari pemahaman atas dalil-dalil hukum yang  terperinci  dari  Al-Qur’an  dan  hadis.
  Hukum  pidana  Islam  merupakan  syari’at  Allah  yang  mengandung  kemaslahatan  bagi  kehidupan  manusia  baik  di  dunia  maupun akhirat. Syariat Islam dimaksud, secara materiil mengandung kewajiban  asasi bagi setiap manusia untuk melaksankannya.
 Syari’at  islam  melarang  zina,  pencabulan,  karena  zina  itu  banyak  bahayanya,  baik  terhadap  akhlak  dan  agama,  jasmani  atau  badan,  disamping  terhadap masyarakat dan keluarga. Naluri seks itu sendiri merupakan  naluri yang  paling kuat yang menuntut penyaluran. Jika tidak dapat memuaskan, maka orang  akan  mengalami  kegoncangan  dan  kehilangan  kontrol  untuk  mengendalikan  nafsu  birahinya,  dan  timbul  hubungan  seks  diluar  ketentuan  hukum,  seperti   Fuad Mohd. Fachruddin, Masalah Anak Dalam Hukum Islam, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu  Jaya, 1985), h.
  Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h. 1   perkosaan (yang dilakukan secara paksa). Dalam hal ini perkosaan itu dilakukan  oleh seseorang terhadap anaknya sendiri atau anak dibawah pengawasanya, yang  seharusnya dijaga, dididik, dilindungi, malah melakukan perbuatan yang seperti  perkosaan. Hubungan seks yang demikian  merupakan hubungan seks yang tidak  sah dan merupakan perbuatan yang menghancurkan masa depan anak.
 Dalam  Islam,  anak  merupakan  makhluk  yang  d  a’if  dan  mulia,  yang  keberadaannya  adalah  kewenangan  dari  kehendak  Allah  SWT  dengan  melalui  proses  penciptaan.  Oleh  karena  anak  mempunyai  kehidupan  yang  mulia  dalam  pandangan  Islam, maka anak harus diperlakukan secara manusiawi seperti diberi  nafkah  baik  lahir  maupun  batin,  sehingga  kelak  anak  tersebut  tumbuh  menjadi  anak  yang  berakhlak  mulia  seperti  dapat  bertanggung  jawab  dalam  mensosialisasikan  dirinya  untuk  mencapai  kebutuhan  hidupnya  dimasa  mendatang.  Dalam  pengertian  Islam,anak  adalah  titipan  Allah  SWT  kepada  kedua orang tua, masyarakat bangsa dan negara yang kelak akan memakmurkan  dunia  sebagai  rahmatan           n  dan  sebagai  pewaris  ajaran  islam  pengertian  ini  mengandung  arti  bahwa  setiap  anak  yang  dilahirkan  harus  diakui,  diyakini,  dan diamankan sebagai implementasi amalan yang diterima oleh akan dari orang  tua,  masyarakat  ,  bangsa  dan  negara.  Oleh  sebab  itu,  masa  depan  anak  harus terjamin  tidak  boleh  tersakiti  ataupun  mendapatkan  perlakuan  yang  tidak semestinya  seperti  mendapatkan  peristiwa  yang  membuat  trauma  ataupun kekerasan.    Dari  uraian  di  atas,  maka  penulis  membatasi  masalah  dalam  penelitian  yang difokuskan  terhadap  Tinjauan  Fiqh  Jinayah Terhadap  Pidana  Cabul Kepada Anak Di Bawah  Umur  Menurut  Pasal 294 Kuhp Dan Pasal 82 Uu No.23 Tahun  2002.
 Maka  pentingnya  pemberatan  hukuman  yang  ditetapkan  kepada  pelaku  yang  tertera  dalam  Undang-Undang  No.23  Tahun  2002  tentang  Perlindungan Anak  pada  pasal  82  agar  pelaku  menjadi  jera  dan  tidak  mengulanginya  lagi.
 Pidana  cabul  terhadap  anak  bisa  mengakibatkan  terganggunya  mental  untuk masa  depannya  dan  bahkan  anak  tersebut  bisa  mengalami trauma akibat  tindak pidana cabul tersebut.
 Dari  latar  belakang  masalah  yang  telah  diuraikan  di  atas  maka  peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian terhadap masalah tersebut.
 B.  Identifikasi dan Batasan Masalah Dari latar belakang tersebut dapat diidentifikasi beberapa masalah yang dapat dijadikan bahan penelitian diantaranya: 1.  Pidana cabul terhadap anak dibawah umur 2.  Faktor yang melatarbelakangi perbuatan cabul 3.  Penderitaan korban akibat perbuatan pidana cabul 4.  Sanksi pidana bagi pelaku pidana cabul menurut pasal 294 KUHP 5.  Sanksi pidana bagi pelaku cabul menurut pasal 82 UU No. 23 tahun 2002   6.  Sanksi pidana bagi pelaku cabul dalam tinjauanfiqih jinayah.
 Dari  masalah-masalah  yang  dapat  diidentifikasi  tersebut,  maka  penulis  membatasi  permasalahan  yang  akan  dibahas  yaitu  Tinjauan  Fiqh  Jinayah  Terhadap Pidana Cabul Kepada Anak Di Bawah Umur Menurut Pasal 294 KUHP  dan Pasal 82UU No. 23 Tahun 2002 .
 C.  Rumusan Masalah Sedangkan  rumusan  masalah  yang  akan  dibahas  dalam  penelitian  ini  adalah sebagai berikut: 1.  Apa  pidana  cabul  kepada  anak di bawah  umur  menurut  pasal 294  KUHP  dan pasal 82 UU No.23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak? 2.  Bagaimana Tinjauan Fiqh Jinayah terhadap pidana cabul kepada anak di bawah umur  pasal  294  KUHP  danpasal  82  UU  No.23  tahun  2002  Tentang Perlindungan Anak? D.  Kajian Pustaka Masalah perbuatan cabul sesungguhnya marak terjadi di masyarakat dan  merupakan  tindak  pidana  kriminal  yang  makin  meresahkan  masyarakat,  contohnya kasus perbuatan cabul terhadap anak dibawah pengawasan.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi