Sabtu, 23 Agustus 2014

Skripsi Syariah: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEPERCAYAAN NASABAH PENGGUNA INTERNET BANKING

BAB I.
PENDAHULUAN.
1.1  Latar Belakang.
Manajemen Bank Syari’ah tidak banyak berbeda dengan manajemen  bank  pada  umumnya  (Bank  Konvensional).  Namun  dengan  adanya  landasan  syari’ah  serta  sesuai  dengan  undang-undang  yang  menyangkut  Bank Syari’ah, tentu saja baik Organisasi maupun Sistim Operasional Bank  syari’ah  terdapat  perbedaan  dengan  bank  konvensional,  terutama  adanya  Dewan  Pengawas  Syari’ah  dalam  struktur  organisasi  dan  adanya  system  bagi hasil.

 Perkembangkan sistem perbankan syari’ah di Indonesia, dalam kurun  waktu  17  tahun  total  aset  industri  perbankan  syari’ah  telah  meningkat  sebesar 27 kali lipat dari Rp 1,79 triliun pada tahun 2000, menjadi Rp 49,6  triliun  pada  akhir  tahun  2008.  Laju  pertumbuhan  aset  secara  impresif  tercatat  46,3%  per tahun  (  rata-rata  pertumbuhan  dalam  5  tahun  terakhir).
Untuk periode 2007  sampai dengan 2008, pertumbuhan bank syari’ah ratarata  mencapai  36,2%  pertahun  bahkan  lebih  tinggi  dari  pada  laju  pertumbuhan  aset  perbankan  syari’ah  regional  (asia  tenggara)  yang  hanya  berkisar 30% pertahun untuk periode yang sama.
  Muhammad,  Sistem  Dan  Prosedur  Operasional  Perbankan  Syari’ah,  UII  Press,Yogyakarta, 2000, hlm.
 Hasil kajian  Bank Indonesia yang berjudul Kinerja Sektor Keuangan Domestik di Tengah  Krisis Global tahun 2009, hlm. 120   Angka-angka  pertumbuhan  yang  impresif  tersebut  tidak  hanya  berhenti  di  atas  kertas  sebagai  perputaran  uang  di  sektor  finansial.
Perbankan  syari’ah  membukt ikan  dirinya  sebagai  sistem  perbankan  yang  mendorong sektor riil, seperti diindikasikan oleh rasio pembiayaan terhadap  penghimpunan  dana  (Financing  to  Deposit  Ratio,  FDR)  yang  rata-rata  mencapai  diatas  100%  pada  dua  tahun  terakhir.  Hingga  akhir  2008,  pembiayaan yang disalurkan untuk modal kerja mencapai 20,55 %.
 Untuk  mencapai  prestasi  yang  semakin  meningkat,  perbankan  membutuhkan  peranan  teknologi  informasi  untuk  mempercepat  pertumbuhannya,  dari  berbagai  bidang  industri,  perbankan  merupakan  perusahaan pengadopsi terbesar teknologi informasi, penggunaannya sangat  meluas  baik  untuk  efisiensi  internal  seperti  ERP  dan  SAP,  maupun  untuk  kepentingan  nasabah  seperti  jaringan  cabang  online,  ATM,  dan  internet  banking.
Internet  banking  adalah  salah  satu  pelayanan  jasa  bank  yang  memungkinkan  nasabah  untuk  memperoleh  informasi,  melakukan  komunikasi  dan  melakukan  transaksi  perbankan  melalui  jar ingan  internet,  dan  bukan  merupakan  bank  yang  hanya  menyelenggarakan  layanan  perbankan melalui internet.
 Dalam  transaksi  ekonomi  terdapat  interaksi  antara  penjual  dengan  pembeli  untuk  memperkuat  hubungan  jangka  panjang  antara  penjual  dan   Ibid, hlm.
 Nelson  Tampubolon,  Surat  Edaran:  Penerapan  Manajemen  Risiko  pada  Aktivitas  Pelayanan  Jasa  Bank  Melalui  Internet  (Internet  Banking),  (online).  August  24,  2005.
http://www.bi.go.id/biweb/utama/peraturan/se-6-18-04-apnp.pdf.
 pembeli begitu juga dalam transaksi  internet  banking, pihak bank berusaha  untuk  membangun  dan  menjaga  hubungan  atau  ikatan  jangka  panjang  dengan nasabahnya. Dalam  internet banking, adanya pemisahan secara fisik  antara  bank  dengan  konsumennya  dan  tidak  adanya  interaksi  secara  fisik  antara  konsumen  dengan  karyawan  bank  dalam  internet  banking  menyebabkan  situasi  yang  unik,  sehingga  kepercayaan  dari  konsumen  adalah  yang  terpenting  bagi  bank.  Dalam  al-Qur’an  dijelaskan  mengenai  tatacara transaksi  yang dilakukan tid ak tunai  yaitu keterangan dalam  surat  al–Baqarah ayat 282 :                                                          Artinya: Hai orang-orang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak  secara  tunai  untuk  waktu  yang  ditentukan,  maka  tuliskanlah.
 Internet  banking  menawarkan  kemudahan  dan  kecepatan  dalam  melakukan  transaksi  perbankan.  Keuntungan  dari  menyediakan  layanan  internet  banking  bagi  bank  adalah  internet  banking  bisa  menjadi  solusi  murah  pengembangan  infrastruktur  dibanding  membuka  outlet  ATM,  contohnya  clikbca  saat  ini  telah  menggantikan  fungsi  160  ATM  dan  menghemat  biaya  pencetakan  formulir  yang  harus  diisi  nasabah  untuk  bertransaksi,  brosur,  katalog,  dan  menggantinya  dengan  data  elektronik.
Tetapi  internet  banking  juga  membuka  peluang  timbulnya  kejahatan.
Seperti  halnya  masalah  keamanan  dan  kerahasiaan  data-data  pribadi   Al-Quran  surat  Al-Baqarah  ayat  282,  Al-quran  dan  terjamahnya,  CV  Penerbit  Diponegoro, Bandung, 2005, hlm.  37   maupun  keuangan  dalam  internet  banking  seringkali  dipertanyakan  oleh  nasabah  sebelum  mereka  memutuskan  untuk  menggunakan  internet  banking.  Internet  banking  yang  mampu  meyakinkan  nasabahnya  akan  keamanan  dan  kerahasiaan  data-data  nasabah  akan  memperoleh  kepercayaan dari nasabah.
Tahun  2002  terjadi  pembobolan  rekening  nasabah  dengan  menggunakan internet, tepatnya terjadi di bank BCA dengan  menggunakan  clikbca  dan  apa  bila  masalah  ini  tidak  diatasi,  maka  kepercayaan  masyarakat  akan  amannya  transaksi  internet  banking  menjadi  luntur  dan menyebabkan layanan ini dihindari.
 Secara umum dunia perbankan melalui  e-banking  Indonesia  dikejutkan  oleh  ulah  seseorang  bernama  Steven  Haryanto,  seorang  hacker  dan  jurnalis  pada  majalah  Master  Web.  Lelaki  asal  Bandung  ini  dengan  sengaja  membuat  situs  asli  tapi  palsu  layanan  internet   banking  Bank  Central  Asia,  (BCA).  Steven  membeli  domaindomain  dengan  nama  mirip  www.klikbca.com  (situs  asli  Internet  banking  BCA),  yaitu  domain  wwwklik-bca.com,  kilkbca.com,  clikbca.com,  klickca.com, dan klikbac.com. Isi situs-situs plesetan  ini  nyaris  sama. Jika  nasabah  BCA salah mengetik situs BCA asli maka nasabah tersebut masuk perangkap  situs  plesetan  yang  dibuat  oleh  Steven  sehingga  identitas  pengguna  (user  id)  dan  nomor  identitas  personal  dapat  diketahuinya.
Diperkirakan,  130  nasabah  BCA  tercuri  datanya.  Menurut  pengakuan   Kompas  (2002,  19  Maret). Indonesia  Tempati  Posisi  ke  Enam  Kejahatan  Internet.  Data  diunduh tanggal 5 Juni 2011. http://www.kompas.com/internet/news/0203/19 /104052.htm  B. Rahardjo,  Arsitektur  Internet Banking yang Terpercaya,  Data diunduh tanggal 5  Juni 2011. http://www.ilmukomputer.com/populer/budir ahardjo-banking.php.
 Steven pada situs bagi para webmaster di Indonesia,  www.webmaster.or.id  tujuan  membuat  situs  plesetan  adalah  agar  publik  berhati-hati  dan  tidak  ceroboh  saat  melakukan  pengetikan  alamat  situs  (typo  site),  bukan  untuk  mengeruk keuntungan.
 Kepercayaan  (trust)  menjadi  katalisator  bagi  transaksi  penjual  dan  pembeli  yang  membuat  konsumen  memiliki  harapan  besar  untuk  puas  terhadap  hubungan  tukar-menukar  dalam  transaksi.  Kepercayaan  terhadap  electronic  vendor  akan  menentukan  putusan  konsumen  untuk  melakukan  hubungan penyedia bisnis e-commerce    dan apabila ada kekurangpercayaan  terhadap  web  vendor  maka  akan  menghalangi  konsumen  menggunakan  produk web vendor yang disediakan perusahaan.
Untuk  membangun  hubungan  jangka  panjang  dengan  nasabahnya  maka  bank  harus  selalu  berkomunikasi  dengan  nasabahnya  sehingga  nasabah  merasa  aman  dan  percaya  terhadap  bank  tersebut  karena  nasabah  dapat  dengan  mudah  memperoleh  informasi  yang  mereka  inginkan  dari  bank  tersebut.  Pada  tahap  dimana  suatu  web  site  dapat  mempertinggi  komunikasinya (communication) yang meliputi openness, speed of response  dan  quality  of  information  akan  mempengaruhi  kemampuan  situs  tersebut  untuk memenuhi kebutuhan pengguna internet.
Kepercayaan  secara  jelas  sangat  bermanfaat  dan  penting  untuk  membangun  relationship,  walaupun  menjadi  pihak  yang  terpercaya  perbankan tidak  mudah untuk  meraihnya dan  memerlukan usaha  bersama,   Petrus  Reinhard  Golose, Perkembangan Cyber Crime dan Upaya Penanggulangannya di  Indonesia Oleh Polri, Jakarta: Buliten Hukum Perbankan dan Kebanksentralan,  Volume 4 Nomor  2, Agustus, 2006, hlm. 30-31   keyakinan  satu  pihak  (konsumen)  pada  keamana  data  pribadi  (security),  adanya ruang privasi (privacy), dan  unsur  etika  (ethich) pada pihak  bank  akan  memberikan  nilai  lebih.  Nilai-nilai  yang  terkandung  dalam  suatu  produk  merupakan  hal  mendasar  untuk  mengembangkan  kepercayaan.
Pihak-pihak  dalam  relationship  yang  memiliki  perilaku,  tujuan  dan  kebijakan  yang  sama  akan  mempengaruhi  kemampuan  mengembangkan kepercayaan.  Pihak-pihak  yang  terlibat  sulit  untuk  saling  percaya  apabila  ide  masing-masing  pihak  tidak  konsisten.  Maka  dari  itu  untuk  menumbuhkan  kepercayaan  maka  mutlak  dibutuhkan  shared  value  (nilai  lebih).
Sedangkan  opportunistic  behaviour  control  (pengendalian  perilaku  oportunitis)  dapat  terjadi  dalam  transaksi  internet  banking  dimana  pihak  bank  memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan  nasabah sehingga  pihak  bank  bisa dengan  mudah  memberikan  informasi  yang tidak  lengkap maupun  informasi  yang  tidak  mencerminkan  keadaan  yang  sebenarnya.
Konsumen  yang  tidak  mendapatkan  informasi  yang  lengkap  tentang kualitas suatu produk, seringkali kehilangan  kepercayaan untuk melakukan  transaksi online. karena itu harus ada opportunistic behaviour control.
Semakin  banyaknya jumlah bank baik konvensional maupun syari’ah  yang  menawarkan  fasilitas  internet  banking  menyebabkan  terjadinya  persaingan  yang  kompetitif  antar  bank.  Kondisi  ini  memicu  bank  terlebih  bank syari’ah untuk  meningkatkan  loyalitas  nasabahnya dan  salah satunya  yaitu kepecayaan nasabah terhadap penggunaan internet banking.    Salah satu bank syari’ah yang menyediakan layanan  internet banking adalah BSM, kebijakan yang dipilah BSM dalam menyediakan infrastruktur  e-banking  berbasis  in-house  development  yaitu  sisten  transaksi  internet  banking  yang dikelola sendiri oleh BSM dan tidak menggunakan teknologi  dari  pihak  luar  bank  (vendor).  Kebijakan  BSM  ini  dirasakan  belum  memiliki  quality  of  service  yang  baik  dalam  hal  kecepatan  memproses  tarnsaksi ,  tingkat  ketersediaan  layanan,  bentuk  fitur  yang  berbeda  dengan  internet banking pada bank lain dan sistem keamanan internet banking.
 Seorang nasabah BSM  yang  bernama Muhammad Amin Masa  telah  melaporkan  kasus  pembobolan  uangnya  lewat  ATM  kepada  Kepolisian  Kota  Palembang,  Sumatra  Selatan.  Peristiwa  hilangnya  uang  ditabungan  Amin  terjadi saat ia sedang naik haji. Penarikan uangnya itu terjadi dari 11  Desember hingga 21 Desember 2009 dan  etiap menarik uang, pelaku  selalu  mengambil  maksimal  Rp  1.250.000,00  total  kerugian  yang  dialami  Amin  diperkirakan  Rp  42.000.000,00.
 Kejadian  ini  menarik  penulis  untuk  mengkaji  produk  internet  banking  yang  dimiliki  BSM  melalui  variabel  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  tingkat  kepercayaan  nasabah  pengguna  internet banking.
Untuk  meningkatkan  kepercayaan   nasabah  pengguna  internet  banking  maka  sangat  penting  bagi  bank  untuk  mengetahui  faktor-faktor   Rulianto  Ischak,  Evaluasi  atas  Infrastruktur  Internet  Banking  in-house  dengan  Pendekatan Kantitatif: Studi Kasus: pada Bank Syariah Mandiri, Tesis, FASILKOM, Universitas  Indonesia, 2008, hlm. 2. data diunduh di http://lontar.ui.ac.id/ pada tanggal 30 Desember 20  Ajmal  Rokian,  Rekening  Nasabah  Bank  Syariah  Mandiri  Juga  Dibobol,  Berita  Liputan6.com, diterbitkan tanggal 22 Januari 2010, jam 14:23, pada web http://berita.liputan6.com data diunduh tanggal 05 Januari 2010.
 yang  mempengaruhi  nasabah  pengguna  internet  banking.  Pentingnya  bagi  bank  untuk  mengetahui  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  kepercayaan  nasabah   pengguna  internet  banking  menimbulkan  ketertarikan  penulis  untuk  mengangkat  judul  “ANALISIS  FAKTOR-FAKTOR  YANG  MEMPENGARUHI  TINGKAT  KEPERCAYAAN  NASABAH  PENGGUNA INTERNET BANKING”.
1.2  Rumusan Masalah.
Dari latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah:  1.  Seberapa  besar  Shared  Value  (nilai  lebih)  berpengaruh  pada  tingkat  kepercayaaan pengguna Internet Banking di BSM ? 2.  Seberapa  besar  Cummunication  (komunikasi)  berpengaruh  terhadap  tingkat kepercayaaan pengguna Internet Banking di BSM ? 3.  Seberapa  besar  Opportunistic  Behavior  Control  (pengendalian  perilaku  oportunitis)  berpengaruh  pada  tingkat  kepercayaaan  pengguna Internet Banking di BSM ? 1.3   Tujuan Penelitian.
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.  Untuk  menganalisis  besarnya  pengaruh  Shared  Value  pada  tingkat  kepercayaaan pengguna Internet Banking di BSM.
2.  Untuk  menganalisis  besarnya  pengaruh  Cummunication  terhadap  tingkat kepercayaaan pengguna Internet Banking di BSM.
3.  Untuk  menganalisis  besarnya  pengaruh  Opportunistic  Bahavior  pada  tingkat kepercayaaan pengguna Internet Banking di BSM.
 1.4   Manfaat Penelitian.
Penelitian  ini  diharapkan  dapat  berguna  dan  bermanfaat  bagi  penulis  dan bagi pihak lain yang bersangkutan.
1.  Bagi Penulis 1)  Untuk  menambah wawasan dan pengetahuan  bagi penulis tentang  faktor-faktor yang mempengaruhi pengguna internet banking pada  BSM.
2)  Memberi  motivasi  pada  diri  penulis  untuk  dapat  berusaha  terusmenerus  menggali  suatu  keilmuan  dalam  kata  lain  untuk  terus  belajar sepanjang hayat.
3)  Untuk  melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan  pada jurusan ekonomi Islam.
2.  Bagi Lembaga.
Memberikan kontribusi (kegunaan) teoritik / konsep bagi lembaga  sebagai  penambah  informasi  dan  acuan  dalam  melaksanakan  prosedur perbankan.
3.  Bagi Pembaca.
Dapat memberikan kontribusi positif dalam rangka menyediakan  informasi tentang kondisi internet banking dan mensosialisasikan  kepada masyarakat.



Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi