Sabtu, 23 Agustus 2014

Skripsi Syariah: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GANTI RUGI DALAM JUAL BELI TEBASAN

BAB I .
PENDAHULUAN .
A.  Latar Belakang Masalah .
Islam adalah agama universal yang menawarkan sistemsosial yang  adil  dan  bermartabat,  Islam  adalah  agama  revolusioner  yang  memperjuangkan nilai-nilai humanisme.  Islam datang  sebagai agama  yang  membebaskan  manusia  dari  tindakan-tindakan  diskriminatif.  Islam  datang  untuk  membebaskan  golongan  lemah  dari  aniaya  golongan  kuat,  dari  eksploitasi si kaya terhadap si miskin, bahkan membebaskan manusia dari  superioritas  rasial.

  Sebagai  seorang  muslim  kehidupan  sehari-hari  harus mencerminkan  dan  mengaplikasikan  syariat  Islam.  Baik  dalam  kehidupan  berbangsa,  bernegara,  bermasyarakat  dan  beragama.  Firman  Allah.  SWT.
dalam QS. al-Baqarah: 2  Artinya: ” Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam  keseluruhan,  dan  janganlah  kamu  turut  langkah-langkah  syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”   Eggi  Sudjana,  Bayarlah  Upah  Sebelum  Keringatnya  Mengering,  Yogyakarta:  CV.
Adipura, 2000, hal. 65.
 Departemen Agama RI, Al-quran dan Terjemahannya, Jakarta: Pena Ilmu dan Amal,  2006, hal : 33   Dari  ayat  di  atas  sudah  jelas,  sudah  menjadi  sunatullah bahwa  manusia harus bermasyarakat, tunjang-menunjang, topang-menopang antara  satu  dengan  yang  lainnya.  Kenyataan  ini  tidak  dapat dipungkiri,  lebih  jelasnya diterangkan dalam pengetahuan sosiologi.
 Tidak ada alternatif lain  bagi  manusia  normal  kecuali  menyesuaikan  diri  dengan  peraturan  Allah  (sunnatullah)  tersebut  dan  bagi  siapa  yang  menentangnya  dengan  jalan  memencilkan  diri,  niscaya  akan  terkena  sanksi  berupa  kemunduran,  penderitaan,kemelaratan dan malapetaka dalam hidup ini.
Firman Allah. SWT. QS. Ali Imran:112 .
Artinya:  ”Mereka  di  liputi  kehinaan  dimana  saja  mereka  berada,  kecuali  jika  mereka  berpegang  pada  tali  (agama)  Allah  dan  tali  (perjanjian) dengan manusia” Banyak  interaksi  yang  dapat  dilakukan  agar  apa  yang menjadi  kebutuhannya dapat terpenuhi. Disinilah peranan Islam sebagai agama yang  sempurna  mengatur  segala  bentuk  kehidupan,  salah  satunya  adalah  mu’amalah.
 Salah  satu  bentuk  mu’amalah yang  dapat  kita  lihat  dan  itu  merupakan  kegiatan  rutin  yang  dilakukan  masyarakat  yaitu  dagang.
 Sosiologi adalah illmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara  aneka macam gejala sosial misal gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral. Dengan gejala  non sosiol serta mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain. (baca: definisi  sosiologi pitirim sorokin wikipedia bahsa indonesia, ensiklopedia bebas sosiologi)   Departemen Agama RI, Op. Cit, hal : 126    Mu’amalah  secara  harfiah  berarti  “pergaulan”  atau  hubungan  antar  manusia.  Dalam  pengertian  harfiah  yang bersifat  umum,  mu’amalah berarti perbuatan atau pergaulan  manusia di  luar ibadah. Mu’amalah merupakan perbuatan manusia  dalam menjalin hubungan atau pergaulan  antar  sesama  manusia.  (Baca:  Ghufron  A.  Mas’adi,  Fiqh  Mu’amalah  Kontekstual,  Jakarta:  PT.
Raja Grafindo Persada, 2002, hal. 1)   Perdagangan  atau  yang  lebih  akrab  disebut  jual  beli merupakan  bentuk  mu’amalahyang memiliki syarat serta rukun dalam pelaksanaannya.
Perdagangan  atau  jual  beli  menurut  bahasa  berarti  al-Ba’i yakni  menukar  sesuatu  dengan  sesuatu.
  Sedangkan  menurut  istilah  yang  dimaksud  dengan  jual  beli  berarti  menukar  barang  dengan  barang  atau  barang  dengan  uang  dengan  jalan  melepaskan  hak  milik  dari  yang  satu  kepada yang lain atas dasar saling merelakan.
Jual  beli  dalam  arti  umum  ialah  suatu  perikatan  tukar  menukar  sesuatu  yang  bukan  kemanfaatan  dan  kenikmatan.  Perikatan  adalah  akad  yang  mengikat  kedua  belah  pihak.  Tukar  menukar  yaitu  salah  satu  pihak  menukarkan ganti penukaran atas sesuatu yang ditukarkan oleh pihak lain.
Dan sesuatu yang bukan manfaat ialah bahwa benda yang ditukarkan adalah  dzat(bentuk) ia berfungsi sebagai objek penjualan, bukan manfaatnya atau  hasilnya. Sedangkan jual beli dalam arti khusus ialah ikatan tukar menukar  sesuatu  yang  bukan  kemanfaatan  dan  bukan  pula  kelezatan  yang  mempunyai  daya  tarik,  penukarannya  bukan  emas  dan  bukan  pula  perak,  bendanya  dapat  direalisir  dan  ada  seketika  (tidak  ditangguhkan),  tidak  merupakan  utang  baik  benda  itu  ada  dihadapan  pembeli  maupun  tidak,  barang  yang  sudah  diketahui  sifat-sifatnya  atau  sudah  diketahui  terlebih  dahulu.
  Untuk  itu  tidak  bisa  kita  pungkiri  sebagai  masyarakat  sosial  kita  tidak  bisa  lepas  dari  aktifitas  jual  beli,  karena  hal  ini  sudah  merupakan  kebutuhan primer layaknya makanan setiap hari.
 Aliy asa’ad, Fathul Mu’in, Jilid 2, Kudus: Menara Kudus, hal: 158   Hendi Suhendi, Fiqh Mu’amalah, Jakarta: Rajawali Perss, 2002, hal: 67-69   Jual beli dan perdagangan memiliki permasalahan danlika-liku yang  jika  dilaksanakan  tanpa  aturan  dan  norma-norma  yang tepat  akan  menimbulkan bencana dan kerusakan dalam masyarakat.Nafsu mendorong  manusia  untuk  mengambil  keuntungan  sebanyak-banyaknya  melalui  cara  apa  saja,  misalnya  berlaku  curang  dalam  ukuran  dan  takaran  serta  manipulasi dalam kwalitas barang dagangan yang jikahal itu diperturutkan,  niscaya rusaklah sel – sel perekonomian masyarakat.
 Sesungguhnya Allah  SWT. sudah memberikan aturannya dalam QS. an-Nisa’ayat:   Artinya:   ”Hai  orang-orang  yang  beriman,  janganlah  kamu  saling  memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan  jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara  kamu.  dan  janganlah  kamu  membunuh  dirimu   Sesungguhnya  Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”  Dari  ayat  di  atas  udah  jelas  bahwa  dalam  melaksanakan  proses  pemindahan  hak  milik  suatu  barang  dari  seorang  kepada  orang  lain  harus  menggunakan  jalan  yang  terbaik  yaitu  dengan  jual  beli,  bukan  dengan  mencuri, menjambret, merampok, dan menipu.
Dan dalam surat an-Nisa’ ayat 29 juga menjelaskan bahwa transaksi  jual  beli  harus  berdasarkan  atas  dasar  suka  sama  suka.  tidak  ada  unsur   Hamzah Ya’qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam, Bandung: Diponegoro, 1992, hal:  14-16   Departemen Agama RI, Loc. Cit, Hal: 83   larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab  membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, karena umat merupakan suatu kesatuan.
 pemaksaan,  penipuan,  dan  pemalsuan  yang  berdampak  pada  dirugikannya  salah  satu  pihak  baik  dari  penjual  maupun  dari  pembeli  yang  berupa  kerugian materiil maupun kerugian non materii.
Walupun  demikian,  realitanya  masih  banyak  praktek  jual  beli  yang  masih ada unsur penipuan dan pemaksaan yang mana salah satu dari mereka  ada yang dirugikan. Umumnya sebagian dari mereka tidak mengetahui apa  yang mereka lakukan selama ini merupakan bentuk mu’amalah yang tidak  sesuai dengan syariat.
Demikian pula yang terjadi di Desa Brangsong Kecamatan Brangsong  Kabupaten Kendal, di daerah tersebut ada sebuah praktek jual beli padi yang  mana pembeli berani membeli padi yang belum layak panen, karena kurang  kemampuan  seorang  petani  sehingga  petani  mau  menerima  jual  beli  tersebut, dengan kata sepakat dan harga yang sudah  disepakati pula. Dalam  hal ini seorang petani masih dibayar kira – kira sepuluh sampai lima puluh  persen dari harga yang disepakati, yang setengahnyadibayarkan ketika padi  sudah  layak  panen.  Padahal  dalam  jual  beli  tebasan  seharusnya,   resiko  untung dan  rugi di tanggung oleh masing pihak,  yangmana penjual harus  menerima apabila hasil panen jauh lebih baik dari yang dibayangkan, begitu  pula dengan pembeli harus mau menerima apabila hasil panennya tidak baik  (buruk).
Akan tetapi kenyatannya yang terjadi di Desa Brangsong Kecamatan  Brangsong  Kabupaten  Kendal,  apabila  pembeli  untung  pembeli  diam  saja  tapi sebaliknya apabila pembeli rugi, kerugian tersebut dibagi sama penjual   dengan cara memotong pembayaran yang belum di bayarkan. walaupun itu  adalah kelailan dari pembeli sendiri, sehingga menjadikan jual beli tersebut  diasumsikan dengan jual beli yang terlarang.
Setelah jelas bahwa pada prinsipnya berusaha dan berikhtiar mencari  rizqi  itu  adalah  wajib,  namun  agama  tidaklah  mewajibkan  memilih  suatu  bidang  usaha  dan  pekerjaan.  Setiap  orang  dapat  memilih  usaha  dan  pekerjaan  sesuai  dengan  bakat,  keterampilan  dan  faktor-faktor  lingkungan  masing-masing.  Salah  satu  bidang  pekerjaan  yang  boleh  dipilih  berdagang  sesuai tuntutan syari’atAllah SWT. dan Rasul-Nya. Pada prinsipnya hukum  jual  beli  atau  dagang  dalam  Islam  adalah  halal.  Firman  Allah  SWT  dalam  Q.S. al-Baqarah 2  3…   ¨ y mr &u ρ   ª !$ #   y ìø ‹t 7ø 9$ #   t Π§ ­y mu ρ   ( #4 θt /Ìh ­9$ #   4   … Artinya:”…  Padahal  Allah  telah  menghalalkan  jual  beli  dan  mengharamkan riba…”  Berangkat  dari  uraian  di  atas,  maka  yang  menjadi  pertanyaan  penulis, apakah sistem pemberian  ganti rugi dalam jual beli tebasan sudah  sesuai dengan syari’at  Islam?. Dalam hal ini, penulis mencoba menulisnya  sebagai  karya  skripsi  dengan  judul:  ”Analisis  Hukum Islam  Terhadap  Praktek Ganti Rugi Dalam Jaul Beli Tebasan (Studi Kasus Ganti Rugi Pada  Jual Beli Padi Tebasan di Desa Brangsong Kec. Brangsong Kab. Kendal)”.
 Departemen Agama RI, Ibid, hal :35   B.  Rumusan Masalah .
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka  penulis  akan  merumuskan  beberapa  pokok  masalah  yang akan  menjadi  pembahasan dalam skripsi ini. Adapun pokok permasalahan tersebut adalah:  1.  Bagaimana  sistem  pemberian  ganti  rugi  dalam  jaul  beli   padi  tebasan  dan faktor yang melatar belakangi masyarakat untuk  memberikan ganti  rugi di Desa Brangsong, Kec. Brangsong, Kab. Kendal?  2.  Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap sistem pemberian ganti rugi  dalam jual beli padi tebasan di Desa Brangsong, Kec. Brangsong, Kab.
Kendal?  C.  Tujuan Penulisan Skripsi .
Berdasarkan  pada  permasalahan  yang  dirumuskan  diatas,  maka  tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:  1.  Untuk  mengetahui  sistem  pemberian  ganti  rugi  dalam  jaul  beli   padi  tebasan  dan  faktor  yang  melatar  belakangi  masyarakat  untuk  memberikan ganti rugi.
2.  Untuk  mengetahui  dan  mengkaji  pandangan  hukum  Islam terhadap  pemberian ganti rugi dalam jual beli padi tebasan.



Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi