Sabtu, 23 Agustus 2014

Skripsi Syariah: PENGARUH MOTIVASI KERJA ISLAM DAN BUDAYA KERJA ISLAM TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN BAITUL MAL WAT TAMWIL (BMT) DI KUDUS

BAB I.
PENDAHULUAN.
1.1  LATAR BELAKANG MASALAH.
Produktivitas  kerja  diartikan  sebagai  hasil  pengukuran  mengenai  apa  yang  telah  diperoleh  dari  apa  yang  telah  diberikan  oleh  karyaw an  dalam melaksanakan pekerjaan yang telah dibebankan pada kurun waktu  tertentu.  Produktivitas  melibatkan  peran  aktif  tenaga  kerja  untuk  menghasilkan  hasil  maksimal  dengan  melihat  kualitas  dan  kuantitas  pekerjaan mereka.

Dalam  Islam  menganjurkan  pada  umatnya  untuk  berproduksi  dan  berperan  dalam  berbagai  bentuk  aktivitas  ekonomi.  Islam  memberkati  orang yang bekerja  dan menjadikannya bagian dari ibadah dan jihad  bila  diniatkan  karena  Allah  SWT.  Dengan  bekerja,  individu  bisa  memnuhi  kebutuhan hidupnya, mencukupi kebutuhan keluarganya dan berbuat baik  terhadap tetangganya.
 Allah SWT, berfirman : Surat Al-Isra‟ ayat 70.
Artinya :  Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, kami  angkut  mereka  di  daratan  dan  di  lautan  (untuk  memperoleh  penghidupan), kami beri mereka rezki dari  yang baik-baik dan   Sujudi Ragil  Putra,  Pengaruh Motivasi Kerja, Lingkungan Kerja dan Pengawasan Kerja  Terhadap  Produktivitas  Kerja  Karyawan  Pada  BMT  Bina  Ihsanul  Fitri  Yogyakarta,  Skripsi,  Prodi  Ekonomi UII Yogyakarta, 2006, h. 53.
kami  lebihkan  mereka  dengan  kelebihan  yang  sempurna  atas  kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan.
 .
Ayat  di  atas  menerangkan  bahwa  manusia  memiliki  keunggulan  dibandingkan  makhluk  lain  yaitu  yang  ditunjuk  sebagai  wakil  (khalifah)  Tuhan  di  bumi  yang  bertugas  menciptakan  kehidupan  dengan  memanfa‟atkan sumber daya alam.
Dalam firman Allah SWT yang lain disebutkan: Artinya  :  Dialah  yang  menjadikan  bumi  itu  mudah  bagi  kamu,  maka  berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah  sebahagian dari  rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah)  dibangkitkan. (QS. Al-Mulk : 15).
 Ayat  di  atas  menerangkan  kepada  kaum  beriman  untuk  dapat  meningkatkan  produktivitas  kerja  guna  memperoleh  pendapatan  yang  dapat memperbaiki keadaan ekonominya.
Pada  dasarnya  setiap  perusahaan  selalu  berupaya  untuk  meningkatkan produktivitasnya. Tujuan dari peningkatan produktivitas ini  adalah  untuk  meningkatkan  efesiensi  material,  meminimalkan  biaya  perunit  produk  dan  memaksimalkan  output  per-jam  kerja.  Peningkatan  produktivitas  tenaga  kerja  merupakan  hal  yang  penting,  mengingat   Departemen Agama Republik Indonesia, Al-qur’an dan Terjemahannya, Semarang: CV.
Alwaah, 1989, h. 435.
 Ibid, h. 956.
manusia lah yang mengelola modal, sumber alam dan teknologi, sehingga  dapat memperoleh keuntungan darinya.
 Dengan  demikian,  dapat  disimpulkan  bahwa  produktivitas  kerja  suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh produktivitas kerja karyawannya.
Sedangkan  produktivitas  kerja  karyawan  sangat  dipengaruhi  oleh  faktor  motivasi kerja Islam dan budaya kerja Islam.
 Bekerja  adalah  bagian  dari  hidup  yang  tidak  bisa  dipisahkan  dengan manusia, sebab akan menjadikan manusia hidup lebih bermakna.
Orang bekerja dalam organisasi karena terdorong adanya keinginan untuk  memenuhi  kebutuhan  sehari-hari.  Sesuatu  yang  mendorong  seseorang untuk  bekerja  dalam  organisasi  adalah  cerminan  yang  paling  sederhana  dari motivasi dasarnya.
Motivasi  merupakan  hal  yang  berperan  penting  dalam  meningkatkan suatu aktivitas kerja,  karena motivasi merupakan kekuatan  pendorong  yang  akan  mewujudkan  perilaku.  Motivasi  kerja  adalah  kemauan  kerja  suatu  karyawan  atau  pegawai  yang  timbulnya  karena  adanya dorongan dari dalam pribadi karyawan yang bersangkutan sebagai  hasil integrasi keseluruhan daripada kebutuhan pribadi.
Istilah-istilah  yang  berbeda   banyak  dipaka i  psikolog  dalam  menyebut  sesuatu  yang  menimbulkan  perilaku,  ada  yang  meneyebut  sebagai  motivasi  (motivation)  atau  motif,  kebutuhan  (need),  desakan   Opcit, h. 37.
 Bambang  Tri  Cahyono,  Manajemen  Sumber  Daya  Manusia,  Jakarta:  Badan  Penerbit  IPWI, 1996, h. 282.
(urge), keinginan (wish) dan dorongan (drive).
 Dalam konteks sekarang,  motivasi  adalah  proses-proses  psikologis  meminta,  mengarahkan,  arahan  dan menetapkan tindakan sukarela yang mengarah pada tujuan.
 Pimpinan  suatu  perusahaan  hendaknya  selalu  memotivasi  karyawan  untuk  berprestasi  lebih  baik.  Oleh  karena  itu,  motivasi  merupakan  hal  yang  sangat  penting  untuk  diperhatikan  dalam  rangka  meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Hal ini sesuai dengan firman  Allah SWT Surat Az-Zumar ayat 39.
Artinya  :  "Hai  kaumku,  bekerjalah  sesuai  dengan  keadaanmu,  sesungguhnya  Aku  akan  bekerja  (pula),  maka  kelak  kamu  akan mengetahui.”  Permasalahan lain dalam peningkatan produktivitas adalah tentang  bagaimana  cara  menerapkan  budaya  kerja  Islami.  Budaya  kerja  adalah  suatu  falsafah  dengan  didasari  pandangan  hidup  sebagai  nilai-nilai  yang  menjadi  sifat,  kebiasaan  dan  juga  pendorong  yang  dibudayakan  dalam  suatu  kelompok  dan  tercermin  dalam  sikap  menjadi  perilaku,  cita -cita,  pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja.
 Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku SDM yang   Sukanto  Reksohadiprojo  dan  T.  Hani  Handoko,  Organisasi  Perusahaan,  Teori  Struktur  dan Perilaku, Yogyakarta: BPFE, 2000, h. 252.
 Robert  Kreitner  dan  Angelo  Kinicki,  Perilaku  Organisasi,  alih  bahasa  Erly  Suandy,  Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2003, h. 248.
 Departemen Agama Republik Indonesia,  Al-qur’an dan Terjemahannya,  Semarang: CV.
Alwaah, 1989, h. 751.
 Triguna, Budaya Kerja, Jakarta: Gunung Agung, 1995, h.3.   ada  agar  dapat  meningkatkan  produktivitas  kerja  untuk  menghadapi  berbagai tantangan di masa yang akan datang.
 Dalam  sebuah  jurnal  tentang  budaya  kerja  menurut  perspektif  Islam menyimpulkan bahwa ruang lingkup ibadah di dalam Islam sangat  luas sekali, tidak hanya merangkum kegiatan kehidupan manusia dengan  Tuhan  tetapi  dalam  bermu‟amalah  juga.  Setiap  aktivitas  yang  dilakukan  baik  yang  berkaitan  dengan  individu  maupun  dengan  masyarakat  a dalah  ibadah menurut Islam selagi memenuhi syarat -syarat tertentu, syarat-syarat  tersebut adalah sebagai berikut:  1.  Amalan  yang  dikerjakan  itu  hendaklah  diakui  Islam,  bersesuaian  dengan hukum-hukum Islam dan tidak bertentangan.
2.  Amalan  tersebut  dilakukan  dengan  niat  yang  baik  bagi  tujuan  untuk  memelihara  kehormatan  diri,  menyenangkan  keluarga,  memberi  manfa‟at  kepada  umat  seluruhnya  dan  memakmurkan  bumi  sebagaimana yang dianjurkan oleh Allah.
3.  Amalan tersebut mestilah dibuat dengan sebaik-baiknya demi menepati apa  yang  ditetapkan  Rasulullah  SAW,  yaitu  Allah  SWT  amat  menyukai  seseorang  yang  membuat  suatu  pekerjaan  dengan  bersungguh-sungguh dan dalam keadaan yang baik.
 Erwin Arianto, (Mencintai-Islam) Budaya Kerja. Dambil dari: http://www.mailarchive.com/mencintai-Islam@yahoogroups.com/msg06570.html, 18 oktober 2011, 14.
 Ahlami, Budaya Kerja Menurut Perspektif Islam diambil dari:  http://haslizaali.blogspot.com/2009/12/budaya-kerja-menurut-perspektif-Islam.html, 26  oktober, 22.03  4.  Ketika  membuat  amalan  tersebut  hendaklah  sesuai  menurut  hukumhukum Islam dan ketentuan batasanya, seperti tidak menzalimi orang  lain,  tidak  khianat,  tidak  menipu  dan  tidak  menindas  atau  merampas  hak orang lain.
5.  Tidak  meninggalkan  ibadah-ibadah  khusus  seperti  sholat,  zakat,  dan  sebagainya.
Namun di Indonesia bekerja masih dianggap sebagai sesuatu yang  rutin. Bahkan pada sebagai karyawan, bisa jadi bekerja dianggap sebagai  beban  dan  paksaan  terutama  bagi  orang  yang  malas.  Pemahaman  karyawan  tentang  budaya  kerja  produktif  masih  lemah.  Budaya  kerja  produktif  sama  halnya  dengan  budaya  kerja  yang  Islami,  karena  sesungguhnya  budaya  kerja  Islami  adalah  budaya  kerja  yang  mengutamakan  produktivitas  dengan  memakai  nilai-nilai  Islam.
Kurangnya  pemahaman  karyawan  terhadap  budaya  kerja  yang  memakai  nilai  Islam  menyebabkan  kurang  mendukung  terciptanya  budaya  kerja  produktif.
 Sumber-sumber  ekonomi  yang  digerakkan  secara  efektif  memerlukan  keterampilan  individu  sehingga  mempunyai  tingkat  hasil  guna yang tinggi. Artinya, hasil yang diperoleh seimbang dengan masukan  yang  diolah.  Melalui  berbagai  perbaikan  cara  kerja,  pemborosan  waktu,  tenaga  berbagai  input  lainnya  akan  bisa  dikurangi  sejauh  mungkin.
Hasilnya tentu lebih baik dan banyak hal  yang bisa dihemat. Yang jelas,   Opcit, Dambil dari: http://www.mail-archive.com/mencintaiIslam@yahoogroups.com/msg06570.html, 18 oktober 2011, 14.57  waktu  tidak  terbuang  sia-sia,  tenaga  dikerahkan  secara  efektif  dan  pencapaian  tujuan  usaha  bisa  terselenggara  dengan  baik,  efektif  dan  efisien.
 Pembentukan  sikap  mental  karyawan  dan  pengusaha  yang  memiliki  semangat  kerja  yang  tinggi  dalam  suasana  yang  serasi,  selaras,  serta  seimbang  antara  para  karyawan.  Dalam  hubungan  itu,  maka  untuk  menjalin  kerjasama  yang  lebih  serasi  antara  karyawan  dan  pengusaha,  masing-masing pihak perlu meningkatkan rasa tanggung jawab, rasa ikut  memiliki  dan  keberanian  mawas  diri  dalam  rangka  kelangsungan  hidup  organisasi.
Hadirnya  BMT  sekarang  ini  merupakan  fenomena  baru,  yang  merupakan  upaya  untuk  memenuhi  kebutuhan  umat  Islam  dalam  jasa  keuangan.  Meskipun  pada  dasarnya  tidak  hanya  dikhususkan  pada  umat  Islam saja. Produk dan jasa yang diberikan dan direncanakan untuk masa  depan  tanpa  memandang  jenis  agama  dan  keyakinan,  harus  didasarkan  pada  pertimbangan  yang  seksama  secara  cermat  tentang  kecenderungan  (traid) dalam masyarakat di masa yang akan datang.
 Di wilayah kabupaten Kudus, kehadiran BMT  sangat diminati oleh  masyarakat  karena  manajemen  yang  di  gunakan  bersifat  terbuka,  dapat  diakses  oleh  masyarakat  umum,  mudah  mendapat  informasi  serta  penanganan yang cepat dalam melakukan transaksi.
 Muchdarsyah  Sinungan,  Produktivitas  Apa  dan  Bagaimana,  Jakarta:  Bumi  Aksara,  2003, h. 1.
 Kuat  Ismanto,  Manajemen  Syari’ah  Implementasi  TQ  dalam  Lembaga  Keuangan  Syari’ah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, hal. 294.   Perkembangan yang dapat dilihat dari  wilayah ini adalah  semakin  bertambahnya  nasabah  dan  antusias  masyarakat  dengan  ikut  serta  dalam  mengembangkan  lembaga  keuangan  syariah  sebagai  nasabah,  sehingga  pembiayaan  atau  transaksi  dalam  BMT  di  kabupaten  Kudus  berjalan  dengan lancar.
Keberadaan lembaga keuangan syari‟ah  yang berbentuk BMT di  kabupaten Kudus sangat berperan dan membantu masyarakat sekitar dan  masyarakat  luas  umumnya.  Banyak  lembaga  keuangan  syari‟ah  atau  perbankan  syari‟ah  didirikan  di  Indonesia,  walaupun  masyarakat  secara  menyeluruh  banyak  yang  belum  mengetahui  bagaimana  operasional  tentang BMT tetapi dengan pengenalan dan promosi yang b aik, maka akan  dapat diterima masyarakat.
Perkembangan operasional dan jaringan BMT di kabupaten Kudus  cukup cepat dan potensial. Ini diketahui dari perkembangan BMT sampai  tahun  2011  sudah  mempunyai  10  (Sepuluh),  antara  lain:  BMT  Mitra  Muamalat,  BMT  Syari‟ah  Sejahtera,  BMT  IHYA,  BMT  Amanah  Sejahtera,  BMT  Harapan  Umat,  BMT  Mahardika,  BMT  Al -Amin,  BMT  Giri  Muria  Asly,  BMT  Mubarokah,  BMT  Al-Fatah.  Diantara  BMT  tersebut  sudah  berkembang  menjadi  kantor  cabang.  Setiap  kantor  sudah  menggunakan  komputer  untuk  mempercepat  pelayanan  terhadap  nasabahnya.
  Wawancara  dengan  Bapak  Nurhadi,  Kepala  Bagian  Dinas  UMKM  Kabupaten  Kudus,  Kudus, 28 September 2011, 10.00  Komitmen  untuk  memajukan  dan  mengembangkan  BMT  di  kabupaten  Kudus  telah  dibangun  semenjak  karyawan  bekerja  dan  terus  mengalami  peningkatan  seiring  dengan  bervariasinya  pekerjaan.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  rata-rata  karyawan  mempunyai  penghayatan  yang  tinggi  terhadap  budaya  kerja  Islam,  karena  dalam  budaya  kerja  Islam  terdapat  sikap  dan  pandangan  yang  mengacu  pada  peningkatan  kualitas  SDM (Sumber Daya Manusia).
Peniliti  mengadakan  penelitian  pada  BMT  di  kabupaten  Kudus,  karena  selama  ini  belum  pernah  diadakan  penelitian  mengenai  motivasi  kerja  Islam  dan  budaya  kerja  Islam  dalam  produktivitas  karyawan  di  Kudus.  Produktivitas  karyawan  yang  tinggi  di  BMT  terus  menerus  ditingkatkan  agar  bisa  bertahan  dan  juga  bisa  berkembang  bahkan  bisa  semaksimal mungkin, maka penulis mengambil tema “Pengaruh Motivasi  dan  Budaya  Kerja  Islam  Terhadap  Produktivitas  Kerja  Karyawan  Baitul  Mal Wat Tamwil (BMT) di Kudus”.



Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi