BAB I.
PENDAHULUAN.
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH.
Produktivitas kerja
diartikan sebagai hasil
pengukuran mengenai apa
yang telah diperoleh
dari apa yang telah
diberikan oleh karyaw an dalam melaksanakan pekerjaan yang telah
dibebankan pada kurun waktu tertentu. Produktivitas
melibatkan peran aktif
tenaga kerja untuk menghasilkan hasil
maksimal dengan melihat
kualitas dan kuantitas pekerjaan mereka.
Dalam Islam
menganjurkan pada umatnya
untuk berproduksi dan berperan dalam
berbagai bentuk aktivitas
ekonomi. Islam memberkati orang yang bekerja dan menjadikannya bagian dari ibadah dan
jihad bila diniatkan
karena Allah SWT.
Dengan bekerja, individu
bisa memnuhi kebutuhan hidupnya, mencukupi kebutuhan
keluarganya dan berbuat baik terhadap
tetangganya.
Allah SWT, berfirman : Surat Al-Isra‟ ayat 70.
Artinya : Dan sesungguhnya telah kami muliakan
anak-anak Adam, kami angkut mereka
di daratan dan di lautan
(untuk memperoleh penghidupan), kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Sujudi Ragil
Putra, Pengaruh Motivasi Kerja,
Lingkungan Kerja dan Pengawasan Kerja Terhadap Produktivitas
Kerja Karyawan Pada
BMT Bina Ihsanul
Fitri Yogyakarta, Skripsi,
Prodi Ekonomi UII Yogyakarta,
2006, h. 53.
kami lebihkan
mereka dengan kelebihan
yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang Telah kami ciptakan.
.
Ayat di
atas menerangkan bahwa
manusia memiliki keunggulan dibandingkan
makhluk lain yaitu
yang ditunjuk sebagai
wakil (khalifah) Tuhan
di bumi yang
bertugas menciptakan kehidupan
dengan memanfa‟atkan sumber daya
alam.
Dalam firman Allah SWT yang lain
disebutkan: Artinya : Dialah
yang menjadikan bumi
itu mudah bagi
kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan
makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu
(kembali setelah) dibangkitkan. (QS.
Al-Mulk : 15).
Ayat
di atas menerangkan
kepada kaum beriman
untuk dapat meningkatkan
produktivitas kerja guna
memperoleh pendapatan yang dapat
memperbaiki keadaan ekonominya.
Pada dasarnya
setiap perusahaan selalu
berupaya untuk meningkatkan produktivitasnya. Tujuan dari
peningkatan produktivitas ini adalah untuk
meningkatkan efesiensi material,
meminimalkan biaya perunit
produk dan memaksimalkan
output per-jam kerja.
Peningkatan produktivitas tenaga
kerja merupakan hal
yang penting, mengingat Departemen Agama Republik Indonesia,
Al-qur’an dan Terjemahannya, Semarang: CV.
Alwaah, 1989, h. 435.
Ibid, h. 956.
manusia lah yang mengelola modal,
sumber alam dan teknologi, sehingga dapat
memperoleh keuntungan darinya.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan
bahwa produktivitas kerja suatu
organisasi sangat dipengaruhi oleh produktivitas kerja karyawannya.
Sedangkan produktivitas
kerja karyawan sangat
dipengaruhi oleh faktor motivasi kerja Islam dan budaya kerja Islam.
Bekerja
adalah bagian dari
hidup yang tidak
bisa dipisahkan dengan manusia, sebab akan menjadikan manusia
hidup lebih bermakna.
Orang bekerja dalam organisasi
karena terdorong adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Sesuatu yang
mendorong seseorang untuk bekerja
dalam organisasi adalah
cerminan yang paling
sederhana dari motivasi dasarnya.
Motivasi merupakan
hal yang berperan
penting dalam meningkatkan suatu aktivitas kerja, karena motivasi merupakan kekuatan pendorong
yang akan mewujudkan
perilaku. Motivasi kerja
adalah kemauan kerja
suatu karyawan atau
pegawai yang timbulnya
karena adanya dorongan dari dalam
pribadi karyawan yang bersangkutan sebagai hasil integrasi keseluruhan daripada kebutuhan
pribadi.
Istilah-istilah yang
berbeda banyak dipaka i
psikolog dalam menyebut
sesuatu yang menimbulkan
perilaku, ada yang
meneyebut sebagai motivasi
(motivation) atau motif,
kebutuhan (need), desakan Opcit, h. 37.
Bambang
Tri Cahyono, Manajemen
Sumber Daya Manusia,
Jakarta: Badan Penerbit IPWI, 1996, h. 282.
(urge), keinginan (wish) dan
dorongan (drive).
Dalam konteks sekarang, motivasi
adalah proses-proses psikologis
meminta, mengarahkan, arahan dan menetapkan tindakan sukarela yang mengarah
pada tujuan.
Pimpinan
suatu perusahaan hendaknya
selalu memotivasi karyawan
untuk berprestasi lebih
baik. Oleh karena itu,
motivasi merupakan hal
yang sangat penting
untuk diperhatikan dalam
rangka meningkatkan produktivitas
kerja karyawan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT Surat Az-Zumar ayat 39.
Artinya :
"Hai kaumku, bekerjalah
sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya
Aku akan bekerja
(pula), maka kelak
kamu akan mengetahui.” Permasalahan lain dalam peningkatan
produktivitas adalah tentang bagaimana cara
menerapkan budaya kerja
Islami. Budaya kerja
adalah suatu falsafah
dengan didasari pandangan
hidup sebagai nilai-nilai
yang menjadi sifat,
kebiasaan dan juga
pendorong yang dibudayakan
dalam suatu kelompok
dan tercermin dalam
sikap menjadi perilaku,
cita -cita, pendapat, pandangan
serta tindakan yang terwujud sebagai kerja.
Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah
sikap dan juga perilaku SDM yang Sukanto Reksohadiprojo dan
T. Hani Handoko,
Organisasi Perusahaan, Teori
Struktur dan Perilaku,
Yogyakarta: BPFE, 2000, h. 252.
Robert
Kreitner dan Angelo
Kinicki, Perilaku Organisasi,
alih bahasa Erly
Suandy, Jakarta: Penerbit Salemba
Empat, 2003, h. 248.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-qur’an dan Terjemahannya, Semarang: CV.
Alwaah, 1989, h. 751.
Triguna, Budaya Kerja, Jakarta: Gunung Agung,
1995, h.3. ada
agar dapat meningkatkan
produktivitas kerja untuk
menghadapi berbagai tantangan di
masa yang akan datang.
Dalam
sebuah jurnal tentang
budaya kerja menurut
perspektif Islam menyimpulkan
bahwa ruang lingkup ibadah di dalam Islam sangat luas sekali, tidak hanya merangkum kegiatan
kehidupan manusia dengan Tuhan tetapi
dalam bermu‟amalah juga.
Setiap aktivitas yang
dilakukan baik yang
berkaitan dengan individu
maupun dengan masyarakat
a dalah ibadah menurut Islam
selagi memenuhi syarat -syarat tertentu, syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Amalan yang dikerjakan
itu hendaklah diakui
Islam, bersesuaian dengan hukum-hukum Islam dan tidak
bertentangan.
2. Amalan
tersebut dilakukan dengan
niat yang baik
bagi tujuan untuk memelihara kehormatan
diri, menyenangkan keluarga,
memberi manfa‟at kepada
umat seluruhnya dan
memakmurkan bumi sebagaimana yang dianjurkan oleh Allah.
3. Amalan tersebut mestilah dibuat dengan
sebaik-baiknya demi menepati apa
yang ditetapkan Rasulullah
SAW, yaitu Allah
SWT amat menyukai
seseorang yang membuat
suatu pekerjaan dengan bersungguh-sungguh dan dalam keadaan yang baik.
Erwin Arianto, (Mencintai-Islam) Budaya Kerja.
Dambil dari:
http://www.mailarchive.com/mencintai-Islam@yahoogroups.com/msg06570.html, 18
oktober 2011, 14.
Ahlami, Budaya Kerja Menurut Perspektif Islam
diambil dari: http://haslizaali.blogspot.com/2009/12/budaya-kerja-menurut-perspektif-Islam.html,
26 oktober, 22.03 4.
Ketika membuat amalan
tersebut hendaklah sesuai
menurut hukumhukum Islam dan
ketentuan batasanya, seperti tidak menzalimi orang lain,
tidak khianat, tidak
menipu dan tidak
menindas atau merampas hak orang lain.
5. Tidak
meninggalkan ibadah-ibadah khusus
seperti sholat, zakat,
dan sebagainya.
Namun di Indonesia bekerja masih
dianggap sebagai sesuatu yang rutin.
Bahkan pada sebagai karyawan, bisa jadi bekerja dianggap sebagai beban
dan paksaan terutama
bagi orang yang
malas. Pemahaman karyawan
tentang budaya kerja
produktif masih lemah.
Budaya kerja produktif
sama halnya dengan
budaya kerja yang
Islami, karena sesungguhnya
budaya kerja Islami
adalah budaya kerja
yang mengutamakan produktivitas
dengan memakai nilai-nilai
Islam.
Kurangnya pemahaman
karyawan terhadap budaya
kerja yang memakai nilai
Islam menyebabkan kurang
mendukung terciptanya budaya
kerja produktif.
Sumber-sumber
ekonomi yang digerakkan
secara efektif memerlukan
keterampilan individu sehingga
mempunyai tingkat hasil guna
yang tinggi. Artinya, hasil yang diperoleh seimbang dengan masukan yang
diolah. Melalui berbagai
perbaikan cara kerja,
pemborosan waktu, tenaga
berbagai input lainnya
akan bisa dikurangi
sejauh mungkin.
Hasilnya tentu lebih baik dan
banyak hal yang bisa dihemat. Yang
jelas, Opcit, Dambil dari:
http://www.mail-archive.com/mencintaiIslam@yahoogroups.com/msg06570.html, 18
oktober 2011, 14.57 waktu tidak
terbuang sia-sia, tenaga
dikerahkan secara efektif
dan pencapaian tujuan
usaha bisa terselenggara
dengan baik, efektif
dan efisien.
Pembentukan
sikap mental karyawan
dan pengusaha yang memiliki semangat
kerja yang tinggi
dalam suasana yang
serasi, selaras, serta
seimbang antara para
karyawan. Dalam hubungan
itu, maka untuk menjalin kerjasama
yang lebih serasi
antara karyawan dan
pengusaha, masing-masing pihak
perlu meningkatkan rasa tanggung jawab, rasa ikut memiliki
dan keberanian mawas
diri dalam rangka
kelangsungan hidup organisasi.
Hadirnya BMT
sekarang ini merupakan
fenomena baru, yang merupakan upaya
untuk memenuhi kebutuhan
umat Islam dalam
jasa keuangan. Meskipun
pada dasarnya tidak
hanya dikhususkan pada
umat Islam saja. Produk dan jasa
yang diberikan dan direncanakan untuk masa depan
tanpa memandang jenis
agama dan keyakinan,
harus didasarkan pada
pertimbangan yang seksama
secara cermat tentang
kecenderungan (traid) dalam
masyarakat di masa yang akan datang.
Di wilayah kabupaten Kudus, kehadiran BMT sangat diminati oleh masyarakat
karena manajemen yang
di gunakan bersifat
terbuka, dapat diakses
oleh masyarakat umum,
mudah mendapat informasi
serta penanganan yang cepat dalam
melakukan transaksi.
Muchdarsyah
Sinungan, Produktivitas Apa
dan Bagaimana, Jakarta:
Bumi Aksara, 2003, h. 1.
Kuat
Ismanto, Manajemen Syari’ah
Implementasi TQ dalam
Lembaga Keuangan Syari’ah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009,
hal. 294. Perkembangan yang dapat dilihat dari wilayah ini adalah semakin bertambahnya
nasabah dan antusias
masyarakat dengan ikut
serta dalam mengembangkan
lembaga keuangan syariah
sebagai nasabah, sehingga pembiayaan
atau transaksi dalam
BMT di kabupaten
Kudus berjalan dengan lancar.
Keberadaan lembaga keuangan
syari‟ah yang berbentuk BMT di kabupaten Kudus sangat berperan dan membantu
masyarakat sekitar dan masyarakat luas
umumnya. Banyak lembaga
keuangan syari‟ah atau perbankan syari‟ah
didirikan di Indonesia,
walaupun masyarakat secara menyeluruh
banyak yang belum
mengetahui bagaimana operasional tentang BMT tetapi dengan pengenalan dan
promosi yang b aik, maka akan dapat
diterima masyarakat.
Perkembangan operasional dan
jaringan BMT di kabupaten Kudus cukup
cepat dan potensial. Ini diketahui dari perkembangan BMT sampai tahun
2011 sudah mempunyai
10 (Sepuluh), antara
lain: BMT Mitra Muamalat, BMT
Syari‟ah Sejahtera, BMT
IHYA, BMT Amanah Sejahtera,
BMT Harapan Umat,
BMT Mahardika, BMT Al
-Amin, BMT Giri
Muria Asly, BMT
Mubarokah, BMT Al-Fatah.
Diantara BMT tersebut
sudah berkembang menjadi
kantor cabang. Setiap
kantor sudah menggunakan
komputer untuk mempercepat
pelayanan terhadap nasabahnya.
Wawancara dengan Bapak Nurhadi, Kepala
Bagian Dinas UMKM
Kabupaten Kudus, Kudus, 28 September 2011, 10.00 Komitmen
untuk memajukan dan
mengembangkan BMT di kabupaten Kudus
telah dibangun semenjak
karyawan bekerja dan
terus mengalami peningkatan
seiring dengan bervariasinya
pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa
rata-rata karyawan mempunyai
penghayatan yang tinggi
terhadap budaya kerja
Islam, karena dalam
budaya kerja Islam terdapat sikap
dan pandangan yang
mengacu pada peningkatan
kualitas SDM (Sumber Daya
Manusia).
Peniliti mengadakan
penelitian pada BMT di kabupaten
Kudus, karena selama
ini belum pernah
diadakan penelitian mengenai
motivasi kerja Islam
dan budaya kerja
Islam dalam produktivitas
karyawan di Kudus.
Produktivitas karyawan yang
tinggi di BMT
terus menerus ditingkatkan
agar bisa bertahan
dan juga bisa
berkembang bahkan bisa semaksimal
mungkin, maka penulis mengambil tema “Pengaruh Motivasi dan
Budaya Kerja Islam
Terhadap Produktivitas Kerja
Karyawan Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) di Kudus”.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi