Sabtu, 23 Agustus 2014

Skripsi Syariah: STUDI ANALISIS PENDAPAT SAYYID SABIQ TENTANG WAKAF UANG

BAB I.
PENDAHULUAN.
A.  Latar belakang Masalah.
Menurut  arti  bahasanya  wakaf  berarti  menahan  atau  mencegah. Sedangkan  dalam  peristilahan  syara’  wakaf  adalah  sejenis  pemberian  yang  pelaksanaannya  dilakukan dengan jalan menahan (pemilikan)  asal  (tahbisul asl). Lalu menjadikan manfatnya berlaku umum. Yang dimaksud dengan  tahbisul asl  ialah  menahan  barang  yang  diwakafkan  itu  agar  tidak  diwariskan,  digunakan  dalam  bentuk  jual,  dihibahkan,  digadaikan,  disewakan,  dipinjamkan,  dan  sejenisnya.  Sedangkan  cara  pemanfaatanya  ada lah  dengan  menggunakan  sesuai  dengan kehendak pemberi wakaf tanpa imbalan.

 Wakaf telah dikenal dan dilaksanakan umat Islam Indonesia sejak  lama,  tetapi  umat  Islam  Indonesia  s elama  ini  memahami  wakaf  hanya  sebagai  pemberian barang tidak bergerak seperti tanah dan bangunan.
Menurut  data  yang  ada  di  Kementerian  Agama  Republik  Indonesia,  jumlah  seluruh  tanah  wakaf  di  Indonesia  sebanyak  358.791  lokasi  dengan  lusa  818.742.341, 86 meter persegi.
 Sebenarnya wakaf merupakan lembaga islam yang sangat potensial untuk  lebih  dikembangkan  guna  membantu  masyarakat  yang  kurang  mampu.
Sayangnya wakaf yang jumlahnya begitu banyak pada umumnya pemanfaatanya   Muhammad Jawad Mughniyah, fiqih Lima Mazhab, Jakarta: Lentera 2000 , hlm. 635.
 Mustafa Edwin Nasution, Wakaf tunai Inovasi Finansial Islam, Jakarta:  Program  studi timur  Tengah dan Islam Universitas Indonesia 2006, hlm.19.
 masih bersifat konsumtif dan belum dikelola secara  produktif. Dengan  demikian lembaga  wakaf  di  Indonesia  belum  terasa  manfaatnya  secara  optimal  bagi  kesejahteraan masyarakat.
Seiring  berkembangnya  zaman  akhirnya  pemerintah  mengesahkan  undang-undang  Nomor  41  Tahun  2004  Tentang  Wakaf  yang  didalamnya  mengatur  segala aspek yang berkaitan dengan perwakafan di Indonesia. Dengan  disahkannya  undang-undang ini berarti pemerintah sangat serius memperhatikan  dan  memantau  permasalahan  yang  terjadi  di  Indonesia  khususnya  berkaitan  dengan wakaf.
Pada  pasal  16,  Undang-undang  Nomor  41  Tahun  2004  tertulis  :  Harta  benda wakaf terdiri dari; a.  Benda tidak bergerak b.   Benda bergerak Pada  ayat 3 dijelaskan benda bergerak sebagaimana  dimaksud  pada ayat (1) huruf b adalah benda yang tidak bisa habis karena dikonsumsi, meliputi : a.  Uang; b.   Logam mulia; c.  Surat berharga; d.  Kendaraan; e.  Hak atas kekayaan intelektual f .   Hak sewa; dan  Undang-undang dan Peraturan Pemerintah tentang  Wakaf dan Kewarganegaraan Indonesia  Edisi 2008, Semarang: Duta Nusindo, 2008, hlm. 9.
 g.  Benda  bergerak  lain  sesuai  dengan  ketentuan  syariah  dan  peraturan  perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan  penjelasan  mengenai  perwakafan  di  atas  penulis  menemukan  perbedaan  yang  sangat  jelas  mengenai  masalah  wakaf  uang  yaitu  Menurut  Imam  Az-Zuhri  juga  berpendapat  bahwa  mewakafkan  dinar  (benda  bergerak) hukumnya boleh dengan cara menjadikan dinar tersebut  sebagai  modal  usaha.   Keuntungan  dari  usaha  tersebut  kemudian  disalurkan  kepada   mauquf alaih.   Di  samping  Imam  Az-Zuhri  dan  Ulama  Hanafiyah,  sebagian  madzhab  Syafi’i juga membolehkan wakaf benda bergerak (dinar dan dirham).
 Sayyid Sabiq dalam kitabnya “Fiqh Sunnah” di jelaskan mengenai wakaf  yaitu  apa  saja  yang  sah  diwakafkan  dan  apa  saja  yang  tidak  sah  diwakafkan.
 Dalam kitab itu tertulis  “Yang  sah diwakafkan ialah tanah, perabot yang bisa  dipindahkan, mushhaf,  kitab,  senjata  dan  binatang  demikian  pula  sah  untuk  diwakafkan  apa-apa  yang  boleh  diperjual-belikan  dan  boleh  dimanfaatkan  dan  tetap  utuhnya  barang, yang demikian ini telah kami kemukakan. Dan tidak sah mewakafkan  apa  yang  rusak  dengan  dimanfaatkanya,  seperti  uang,  lilin,  makanan,  minuman,  dan  apa  yang  cepat  rusak  seperti  bau-bauan  dan  tumbuhtumbuhan aromatic, sebab ia cepat rusak”.
 Farida Prihatini, dkk.,  Hukum Islam Zakat dan Wakaf, Jakarta: Papas Sinar Sinanti,    2005,  hlm. 114.
 Sayyid Sabiq, fiqh Sunah, Kairo : Darul falah, 1999, hlm 262.
 Di  Indonesia  juga  telah  di  sahkanya  Undang-undang  yang  mengatur  tentang  wakaf uang,  maka berdasarkan permasalahan tersebut penulis  rasa perlu  mengkaji pendapat Sayyid Sabiq  lebih lanjut  karena penulis menganggap bahwa  pendapat Sayyid Sabiq tersebut sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan  zaman  terutama  di  Indonesia,  maka  penulis  teliti  lagi  dalam  skripsi  dengan  rumusan  judul  “STUDI  PENDAPAT  SAYYID  SABIQ  TENTANG  TIDAK  SAHNYA  WAKAF  UANG’’.  Penulis  tertarik  mengkaji  judul  tersebut  dikarenakan  wakaf  benda  begerak  (uang)  pada  masa  sekarang  ini  justru  mempunyai nilai kemanfaatan lebih banyak, tidak hanya sekedar sementara atau  sekali  pakai  sudah  habis.  Seiring  perkembangan  zaman  yang  pesat  di  masa  sekarang,  wakaf  uang  pun  banyak  dimanfaatkan  nilainya  sehingga  jauh  dari  unsur kerusakan.
B.  Perumusan Masalah Berdasarkan  latar  belakang  di  atas,  maka  dapat  penulis  rumuskan  permasalahan yang akan menjadi topik pembahasan dalam penulisan  skripsi ini,  yaitu: 1.  Bagaimanakah Pendapat Sayyid Sabiq mengenai wakaf uang? 2.  Bagaimanakah  istinbath  yang  digunakan  Sayyid  Sabiq  dalam  permasalahan  wakaf uang.
C.  Tujuan Penulisan 1.  Untuk mengetahui pendapat Sayyid Sabiq mengenai wakaf uang   2.  Untuk  mengetahui  istimbath  yang  digunakan  Sayyid  Sabiq  dalam  berpendapat mengenai wakaf uang D.  Telaah Pustaka Dalam menulis sebuah skripsi penulis melakukan telaah pustaka, dengan  membaca  buku,  dengan  melihat  isi  buku  yang  membahas  tentang   wakaf  dan  menganalisa  dengan  tujuan  agar  tidak  terjadi  kemiripan  dengan  skripsi  orang  lain. Buku-buku yang menulis tentang permasalahan wakaf secara umum sangat  banyak dan beredar di masyarakat mulai dari perspektif agama dan hukum: 1.  Dalam perspektif wakaf Muhammad Jawad Mugniyah dalam bukunya “Fiqih  Lima  Mazhab”,  bahwa  manfaat  dari  adanya  perselisihan  mengenai  kepemilikan  barang wakaf tanpa  boleh atau tidak  menjualnya, pada  barang  yang diwakafkan untuk waktu tertentu, dan pada pihak penerima wakaf yang  musnah.
2.  Skripsi  “Studi  Analisis  Terhadap  Fatwa  MUI  tentang  wakaf  uang  Oleh  Muhammad  Sodli  IAIN  Walisongo  2004.  Dalam  skripsi  ini  membahas  tentang    istinbath  hukum  Majelis  Ulama  Indonesia   tentang  kebolehan  wakaf  uang  (cash  waqf),  sebagai  sebuah   upaya   (alternatif)   atas   wakafwakaf   yang   sudah   ada   di   Indonesia,  seperti   perwakafan   tanah,   akan  tetapi   itu   semua   belum   terasa  menyentuh   di  kalangan   umat   Islam,  karena   di   dalamnya  masih   banyak   permasalahan   yang  belum   dapat  diselesaikan,  misalnya  masalah   pensertifikatan   tanah   itu   sendiri  yang   harus   melalui   beberapa   pejabat   yang   terkadang   juga   harus   melalui  birokrasi yang semrawut, yang pada akhirnya harus memakan waktu  yang begitu lama, namun terkadang setelah menunggu lama, hasilnya  pun tidak sesuai dengan data-data aslinya pada pengukuran tanah tersebut.
3.  Skripsi Tinjauan Hukum  Islam Terhadap Pemberdayaan  Wakaf Tunai (Studi  kasus  pemberdayaan  wakaf  tunai  pos  keadilan  peduli  umat  cabang  Jawa  Tengah)  oleh  Abdul  Jalil  IAIN  Walisongo  2006.  Dalam  skripsi  ini  menjelaskan  pemberdayaan  wakaf  tunai,  sebagai  sebuah  upaya  atas  wakafwakaf  yang  sudah  ada  di  Indonesia,  seperti  pada  perwakafan  tanah.  Akan  tetapi,  itu semua  belum terasa  menyentuh di kalangan umat Islam. Karena  pada  prakteknya  perwakafan  tanah  yang  ada  selama  ini,  cenderung  kurang  diberdayakan. Ini tercermin umat Islam di Indonesia selama ini memahami  bahwa peruntukan wakaf hanya terbatas untuk kepentingan peribadatan dan  hal-hal  yang  lazim dilaksanakan  di Indonesia, seperti pembentukan  masjid,  musholla, sekolah,  makam, dan lain-lain.
4.  Skripsi  Studi  Analisis  Putusan  Bahtsul  Masail  Nahdlatul  Ulama  tentang  wakaf  tunai  Tahun  2000  oleh  Abdul  Ghofur  IAIN  Walisongo  semarang  tahun  2004.  Dalam  skripsi  ini.   Wakaf  dengan  uang  kontan  atau  cash  sebagaimana putusan bahtsul masail  NU  adalah  hukumnya  tidak  sah,  dan  bila  dipaksakan  hanya  menjadi  sadaqoh  biasa,  lain  halnya  apabila  si  pemberi  bermaksud  mewakafka n  suatu  barang (bergerak atau tidak bergerak) dengan cara diberikan dalam bentuk uang  kontan  atau  cash,  maka   harus  melalui  prosedur  taukil  (pelimpahan  mandat)   dalam  hal  pemberian  barang  berikut  waqfiah-nya,  dan  nadzir  penerima  harus  melaksanakannya sebagai amanat wakif pemberi.
Dari  pemaparan  diatas  kiranya  dari  pandangan  penulis  belum  ada  yang  mengkaji secara utuh seperti permasalahan  yang penulis angkat sebagai  skripsi  ini. Karena dari penelitian-penelitian yang telah ada seperti beberapa penelitian  yang  penulis  cantumkan  di  atas  penulis  menyimpulkan  bahwa  pada  penelitian  yang  penulis  cantumkan  sebelumnya  mempunyai  sedikit  persamaan  khususnya  dalam  hal-hal  tertentu  dalam  penelitian  penulis  yaitu  dalam  hal  penggunaan  analisis  hukumnya namun dalam pokok bahasan  atau data primer  yang penulis  teliti  dengan  skripsi-skripsi  di  atas  jelas  jauh  berbeda.  Oleh  karena  itu  kiranya  perlu  diadakan  penelitian  lebih  lanjut  khususnya  dalam  hal  Pendapat  Sayyid  Sabiq mengenai tidak sahnya wakaf uang E.  Metode Penelitian Metode  pada  dasarnya  berarti  cara  yang  dipergunakan  untuk  mencapai  tujuan dari suatu penelitian. Langkah-langkah yang akan ditempuh agar relevan  dengan  masalah  yang  telah  dirumuskan,  maka  penulis  menggunakan  metode  penelitian sebagai berikut: 1.  Jenis Penelitian Jenis  penelitian  yang  digunakan  adalah  penelitian  Pustaka  ( Library  Research)  yaitu  serangkaian  kegiatan  yang  berkenaan  dengan  pengumpulan  data  pustaka,  membaca  dan  mencatat  serta  mengolah  bahan  penelitian.
  Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004,   Penelitian  ini  menggunakan  penelitian  Library  research  karena  data  pokok  yang  digunakan  adalah  Kitab  karangan  sayyid  Sabiq  yang  berjudul  “Fiqh  Sunah” 2.  Sumber Data Dalam  penelitian  ini  penulis  menggunakan  sumber-sumber  data  sebagai berikut: a.  Data primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek yang  diteliti.
 Data primer dalam penelitian ini adalah Kitab Fiqih Sunnah.
b.   Data sekunder Data  sekunder  adalah  mencakup  dokumen-dokumen  resmi,  buku-buku,  hasil-hasil  penelitian  yang  berwujud  laporan  dan  sebagainya.
 Dalam  hal  ini  yang  penulis  gunakan  adalah  beberapa  peraturan dan buku-buku yang didalamnya mengatur mengenai Wakaf .
3.  Metode pengumpulan data a.  Metode Dokumentasi Metode  dokumentasi  yakni  mencari  data  mengenai  hal-hal  atau  variabel  yang  berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,  majalah,   Adi, Rianto, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta: Granit, Cet Ke-I 2004, hlm.
57.
 Amirudin,  Zainal  Asikin,  Penghantar  Metode  Penelitian  Hukum,  Jakarta:  Raja  Grafindo  Persada, Cet. Ke-1, 2006. hlm. 30.
 prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.
 Metode dokumentasi ini  penulis gunakan untuk mengumpulkan data-data tentang Wakaf.
4.  Metode Analisa Data Dalam  penelitian  ini  penulis  menggunakan  metode  analisis  data  kualitatif. Dalam  hal  ini data  yang diperoleh  akan dianalisis dengan  metode  analisis  komparatif.  Diskriptif  analitis  adalah  suatu  penelitian  yang  bersifat  penjabaran  dan  anlisis  suatu  masalah.
 Penulis  menggunakan  metode  Diskriptif  analitis  dengan  tujuan  untuk  menganalisis  data  dengan  cara  mengambil  dari  sumber  asli  yaitu  fiqih  Sunah  (Sayyid  Sabiq)  dan  dengan  melakukan  anlisis  pendapat  Sayyid  Sabiq  tentang  mengapa  uang  tidak  diperbolehkan untuk wakaf.



Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi