Kamis, 28 Agustus 2014

Skripsi Syariah: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERJANJIAN ANTARA CALON TKI DAN PJTKI DI PT PELITA KARYA

BAB I.
PENDAHULUAN.
A.  Latar Belakang Masalah.
Manusia  terlahir  sebagai  individu  yang  saling  berhubungan  dengan  sesamanya,  karena  manusia  disebut  sebagai  makhluk  sosial.  Setiap  individu  memiliki  beraneka  ragam  kebutuhan  yang  harus  dipenuhi  dalam  hidupnya.

Untuk  memenuhi  kebutuhan  tersebut  manusia  harus  saling  berinteraksi  satu  sama lain, saling bertukar keperluan, bahkan tidak hanya terbatas soal materi  saja, melainkan juga jasa dan keahlian atau ketrampilan.
 Salah  satu  wujud  manusia  sebagai  makhluk  sosial  adalah  manusia  saling membutuhkan antara satu orang dengan orang yang lain, maka dari itu  Allah  menyuruh  kita  untuk  saling  tolong  menolong  sebagaimana  dinyatakan  dalam Al- Qur‟an surat Al-Ma‟idah ayat 2:  Artinya  :  “….dan  tolong  menolonglah  kamu  dalam  mengerjakan  kebaikan,  kebajikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam perbuatan  dosa dan pelanggaran…” (Q.S. Al-Ma‟idah: 2).
  Soerjono  Soekanto,  Sosiologi  (Suatu  Pengantar),  Jakarta:  Radja  Grafindo  Persada,  Cet.ke-38, 2005, h. 57.
 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya, Bandung: J-ART, 2005, h. 107.    Allah SWT berfirman dalam surat lain yaitu surat Az-Zukhruf ayat 32:
Artinya  :  “Apakah  mereka  yang  membagi-bagi  rahmat  Tuhanmu?  Kami  telah  menentukan  antara  mereka  penghidupan  mereka  dalam  kehidupan  dunia,  dan  kami  telah  meninggikan  sebagian  mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian  mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat  Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.
( Q.S. Az-Zukhruf: 32 ).
 Dalam  rangka  memenuhi  kebutuhan  dan  meningkatkan  taraf  hidup  serta  kesejahteraannya  manusia  diwajibkan  untuk  bekerja  ,  karena  Islam  memerintahkan  pemeluknya untuk bekerja dan berusaha, menyebar di seluruh  penjuru bumi guna  mencari anugerah Allah, karena Allah telah menyediakan  segala fasilitas di muka  bumi ini diperuntukkan hanya untuk manusia.  Maka   Ibid, h. 492.
 Bekerja  ditinjau  dari  segi  kepentingan  individu  adalah  pengerahan  tenaga  dan  fikiran  seseorang  dengan  mana  yang  bersangkutan  akan  memperoleh  sesuatu  yang  bermanfaat  bagi  kelangsungan hidupnya.
Ditinjau dari  segi  kepentingan masyarakat,  bekerja  adalah pengerahan  tenaga  dan  fikiran  seseorang  dalam  lingkungan  masyarakat,  untuk  menghasilkan  barang  atau  jasa  yang  akan  disuguhkan  kepada  masyarakat  guna  mencukupi  sesuatu  kebutuhan  para  anggota  masyarakat,  dengan  mana  yang  bersangkutan  akan  memperoleh  pendapatan  guna  kepentingan  kelangungan  hidupnya.  Dengan  demikian  para  anggota  masyarakatakan  terpenuhi  kebutuhannya  dan  yang  bersangkutanpun demikian pula sama halnya.
Ditinjau  dari  segi  spiritual,  bekerja  adalah  hak-hak  dan  kewajiban  seseorang  dalam  memuliakan  serta  mengabdi  kepada  Tuhan  YME  dengan  bersungguh-sungguh  penuh  ketekunan  untuk  memperoleh  ridho-Nya.  Baca  G.  Kartasapoetra  dalam  Hukum  Perburuhan  di  Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, Cet. 4, 1994, h. 15.
 dalam  perspektif   Hukum  Islam,  tidak  ada  nilai  bagi  hidup  seseorang  tanpa  pekerjaan, karena bekerja adalah ibadah dan salah satu kewajiban.
 Setiap orang berhak mendapat pekerjaan dan penghidupan yang layak  bagi  kemanusiaan,  hal  inilah  yang  melandasi  buruh  migran  Indonesia  mengadu nasib di Negeri asing.
Sempitnya lapangan kerja ditanah air dan tingginya angka kemiskinan  juga rendahnya skill (keahlian) yang dimiliki serta besarnya gaji yang diterima menjadi  salah  satu  pemicu  utama  meningkatnya  angka  buruh  migran  Indonesia yang keluar  Negeri  setiap tahunnya, tapi adanya kondisi seperti ini  malah  tidak  jarang  dimanfaatkan  oleh  beberapa  perusahaan  penyalur  tenaga  kerja untuk mencari keuntungan yang dapat merugikan buruh migran.
 Salah satunya dalam kontrak kerja yang dibuat tidak disebu tkan secara  jelas, sehingga kerap kali kurang menjelaskan akan   hak dan kewajiban buruh  migran.  Dibuatnya  kontrak  perjanjian  kerja  sangat  penting  karena  memiliki  kekuatan hukum dan juga menjadi bukti tertulis apabila suatu hari nanti terjadi  pelanggaran-pelanggaran,  baik  antara  TKI  dan  pihak  majikan  atau  PJTKI  maupun antar negara.
Hubungan  kerja  terjadi  setelah  adanya  perjanjian  kerja  antara  buruh  dan majikan yaitu suatu perjanjian dimana pihak kesatu (buruh) mengikatkan  diri  untuk  bekerja  dengan  menerima  upah.  Pihak  kedua  (majikan)  mengikatkan  diri  untuk  mempekerjakan  buruh  itu  dengan  membayar  upah   Saifudin  Mujtaba‟,  Istri  Menafkahi  Keluarga  (Dilema  Perempuan  Antara  Mencari,  Menerima dan Memberi), Surabaya: Pustaka Progresif. 2001, h. 112.
 Wawancara, calon TKI Hongkong Ratih Lusiana Ningrum asal Kaliwungu Kendal, di  tempat pelatihan pembekalan, PT Pelita Karya Juhari Cabang Kendal, 20 April 2012 jam 10.00  WIB.    sesuai  perjanjian. Jika  sudah  terjadi  suatu  perjanjian ,  secara  otomatis  timbul  suatu ikatan, maka  para pihak berhak untuk menjalankan hak dan kewajiban  yang sudah ditentukan.
 Dalam pembuatan perjanjian kerja harus memenuhi syarat-syarat yang  telah ditentukan yaitu mengenai subyek, obyek atau isinya dan bentuk -bentuk  perjanjian.  Dalam  membuat  perjanjian  apapun  bentuknya  ada  unsur  yang  harus dipenuhi yaitu salah satunya merupakan hasil kesepakatan kedua belah  pihak.
 Seseorang  sebelum  melakukan  hubungan  kerja  dengan  orang  lain,  terlebih  dahulu  akan  diadakan  sesuatu  perjanjian  kerja  baik  dalam  bentuk  sederhana  yang  pada  umumnya  dibuat  lisan  atau  dibuat  secara  formal  yaitu  dalam  bentuk  tertulis.  Semua  upaya  tersebut  dibuat  untuk  maksud  perlindungan  dan  kepastian  akan  hak  dan  kewajiban  dari  masing-masing  pihak.
Hubungan  kerja  sebagaimana  realisasi  dari  perjanjian  kerja  hendaknya  menunjukkan  kedudukan  masing-masing  pihak  yang  pada  dasarnya akan menggambarkan hak-hak  dan  kewajiban-kewajiban pengusaha  terhadap pekerja yang berpangkal pada   melakukan pekerjaan dan pembayaran   Iman Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, (Penerbit Djambatan), 2003, h. 52.
 Toha,  Halili,  Hubungan Kerja antara Majikan dan Buruh, Jakarta: Rineka Cipta, 1991,  h. 9.
 Berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 14 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, hubungan  kerja adalah hubungan antara penguasaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang  mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah.Unsur-unsur perjanjian kerja yang menjadi dasar  hubungan  kerja  sesuai  dengan  ketentuan  pasal  1  angka  4  Undang-Undang  No.  13  Tahun  2003  adalah:  Adanya  pekerjaan,  di  bawah  perintah/gezag  ver  houding  (maksdunya  buruh  melakukan  pekerjaan atas perintah majikan,  sehingga bersifat subordinasi), adanya  upah tertentu/loan,  dalam  waktu (tijd) yang ditentukan (dapat tanpa batas  waktu/pensiun atau berdasarkan waktu tertentu).
Baca selengkapnya Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
 upah.  Mengenai  orang-orang,  hanya  orang  dewasa  yang  mempunyai kemampuan untuk menyelenggarakan perjanjian kerja.
Perjanjian  dalam Hukum Islam digolongkan kepada perjanjian sewamenyewa  yaitu ijarah amal yang artinya sewa-menyewa tenaga manusia untuk melakukan perjanjian-perjanjian.
 Ijarah  yang  berupa  perjanjian  kerja  ,  adakalanya  merupakan  perjanjian  dengan  orang-orang  tertentu  untuk  mengerjakan  pekerjaanpekerjaan  khusus  bagi  seorang  atau  beberapa  orang  musta‟jir  tertentu,  tidak  untuk musta‟jir lain dan adakalanya merupakan perjanjian dengan orang-orang  tertentu untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak khusus bagi seorang  atau beberapa orang musta‟jir tertentu.
 Dalam istilah  Hukum  Islam pihak yang  melakukan pekerjaan disebut “ajir” (ajir ini terdiri dari  ajir khas yaitu seseorang atau  mustarak yaitu orangorang  yang bekerja untuk kepentingan  orang banyak). Sedangkan orang yang memperoleh  manfaat  dari  pekerjaan  ajir  disebut  “musta‟jir”  dimana,  ijarah merupakan transaksi terhadap jasa tertentu dengan disertai kompensasi.
  Perjanjian  secara  etimologis  adalah  perbuatan  dimana  seseorang  atau  lebih  mengikatkan dirinya terhadap seseorang lain atau lebih. Dalam bahasa arab perjanjian diistilahkan  dengan aqad. Baca Chairuman Pasaribu,  Hukum Perjanjian dalam Islam,  Jakarta: Sinar Grafika,  1996, hlm. 1.
 Lubis, Suhrawardi, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2000, h. 152.
 Perjanjian  kerja  adalah  perjanjian  yang  diadakan  oleh  2  orang  pihak  atau  lebih  yang  mana  satu  pihak  berjanji  untuk  memberikan  pekerjaan  dan  pihak  yang  lain  berjanj  untuk  melakukan pekerjaan tersebut. Baca Chairuman  Pasaribu et. al,  Hukum  Perjanjian dalam Islam,  Jakarta : Sinar Grafika,1996. h.153.
Perjanjian  Kerja  menurut  pasal  1601  a  KUH  Perdata  adalah  suatu  persetujuan  bahwa  pihak  kesatu  yaitu  buruh/pekerja  mengikatkan  diri  untuk  menyerahkan  tenaganya  kepada  pihak  lain, yaitu majikan/pengusaha dengan upah selama waktu tertentu.    Ahmad  Azar  Basyir,  Hukum  tentang  Wakaf,  Ijarah  dan  Syirkah,  Bandung:  Ma‟arif,  1987,  h. 31.
 Ibid., h. 153.
 Perjanjian  kerja  dalam  Hukum  Islam  harus  memuat  beberapa ketentuan  dan  kesepakatan  bersama  minimal  mencantumkan    pokok  yaitu: Pertama, bentuk atau  jenis pekerjaan merupakan unsur utama yang tidak bisa tidak  harus  dimuat  dalam  perjanjian  kerja.  Hal  ini  karena  mempekerjakan  sesuatu  pekerjaan  yang  masih  belum  diketahui  hukumnya  tidak  boleh  dan  batal  menurut  jenis  pekerjaan  yang  akan  dikerjakan.  Kedua ,  kejelasan  gaji atau  upah.  Hukum  Islam  sangat  memperhatikan  tentang  upah  untuk  para  pekerja. Hal ini kewajiban  yang  harus dipenuhi oleh majikan atau pengusaha,  oleh  karenanya  upah  yang  diberikan  kepada  pekerja  haruslah jelas  dan  bisa diketahui.  Ketiga,  batas  waktu  pekerjaan,  merupakan  hal  yang  ada  dalam  perjanjian kerja,  karena dapat menimbulkan hal-  hal yang positif bagi kedua  belah pihak seperti majikan akan tahu persis berapa  upah yang akan dibayar  pada pekerjaan dan relatif  memperhitungkan dana yang  akan dikeluarkannya  untuk biaya pekerja tersebut.
 Tapi perselisihan antara pengusaha dan buruh  atau pekerja sering terjadi dalam dunia ketenagakerjaan di tanah air.
Dari kondisi ini  ada  ketidakseimbangan posisi antara TKI dan PJTKI  di satu sisi, ada pihak yang berkuasa penuh, yang bebas menentukan peraturan  semau mereka dan pihak lain  yaitu calon TKI  mempunyai posisi yang lemah,  yang harus mematuhi peraturan yang diberikan oleh pihak pengusaha.
Dalam  suatu hubungan kerja,  perjanjian harus dibuat atas kesepakatan  kedua belah pihak dan keduanya  memiliki posisi yang sama tidak ada pihak   Izzuddin  Khatib  Al-Tamimi,  Nilai  Kerja  dalam  Islam,  Jakarta:  Fikahayati  Aneska,1992, h.119.
 yang lebih penting karena pengusaha dan TKI (Pekerja) masing-masing saling  membutuhkan.   Perjanjian  kerja  ini  harus  diwujudkan  dengan  seadil-adilnya  sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing yang telah diatur dengan  ketentuan hukum dan perundang-undangan atau kebiasaan-kebiasaan yang baik.
 Dari berbagai uraian tersebut penulis tertarik  mengangkat masalah ini  menjadi  penelitian  dalam  bentuk  skripsi  dengan  judul  “  Analisis  Hukum  Islam  Terhadap  Perjanjian  Antara  Calon  TKI  dan  PJTKI  di  PT  Pelita  Karya Juhari Cabang Kendal”.
B.  Rumusan Masalah Dari  latar  belakang  masalah  diatas  dapat  ditarik  beberapa  rumusan  masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana  Praktek  Perjanjian Kerja  antara  Calon  Tenaga Kerja  Indonesia  (TKI) dengan PJTKI di PT Pelita Karya Juhari Cabang Kendal?
2.  Bagaimana  Analisis  Hukum  Islam  terhadap  pelaksanaan  perjanjian  kerja  antara  Calon  TKI  dengan  PJTKI  di  PT  Pelita  Karya  Juhari  Cabang  Kendal?
 G. Kartasapoetra, et al., Hukum Perburuhan di Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika,  Cet. 4, 1994, h. 73.
 C.  Tujuan Penelitian
Tujuan  utama  penelitian  ini  adalah  mendiskripsikan  dan  mengkaji  secara kritis masalah perjanjian kerja antara TKI dengan PJTKI di PT. Pelita  Karya Juhari Cabang Kendal secara spesifik, deskripsi mencakup:
1.  Untuk  mengetahui  bagaimana  praktek  perjanjian  kerja  antara  calon  TKI  dengan PJTKI di PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal
2.  Untuk  mengetahui  bagaimana  Analisis  Hukum  Islam  terhadap  perjanjian  kerja  antara  calon  TKI  dengan  PJTKI  di  PT.  Pelita  Karya  Juhari  Cabang  Kendal.
D.  Kegunaan Penelitian Adapun  manfaat  pembahasan  permasalah  dan  penulisan  ini,  diharapkan berguna dan memiliki nilai guna sebagai berikut: 1. Sebagai kepentingan ilmiah diharapkan studi ini menjadi kontribusi penulis  dalam  akad  perjanjian  khususnya  dalam  hal  perjanjian  kerja  antara  PJTKI  dengan calon TKI.
2.  Sebagai  kepentingan,  harapan  studi  ini  diharapkan  menjadi  sumbangan  pemikiran bagi CTKI dan PJTKI dalam hal akad perjanjian kerja.
3.  Dapat  digunakan  bahan  kajian  lebih  lanjut  bagi  yang  berminat  berkaitan  dengan skripsi ini dalam bentuk dan aspek lain.
 E.  Telaah Pustaka Persoalan  tentang  perjanjian  kerja  merupakan  suatu  permasalahan  yang  sangat sering terjadi di masyarakat, tetapi dalam akadnya masih banyak  yang  tidak  sesuai  dengan  norma-norma  Islam,  kajian  pustaka  ini  pada  dasarnya adalah  untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hubungan  antara  judul  yang  akan  diteliti  dengan  penelitian  sejenis  yang  pernah  dilakukan oleh peneliti sebelumnya, sehingga tidak terjadi pengulangan.
Adapun topik yang pernah diteliti sebelumnya adalah: Skripsi  Umi  Zaidah  Alumnus  Fakultas  Syari‟ah  IAIN  Walisongo  (2196151)  yang  berjudul:  „’Perjanjian  Kerja  dan  Hak  Pensiun  Pegawai  Negeri  Sipil  (PNS)  Dalam  Perspektif  Hukum  Islam”.  Pada  intinya  penyusun skripsi menjelaskan perjanjian kerja (untuk selanjutnya di tulis PK)  bagi  PNS,  merupakan  pertemuan  antara  dua  kehendak,  kehendak  negara  (pemerintah)  di  satu  pihak  dan  kehendak  warga  negara  yang  ingin  menjadi  PNS.  Dalam  hubungan  keduanya,  PNS  sebagai  ‘amil  (pekerja),  sedangkan  pemerintah  sebagai  shohibul  ‘amal  (pemberi  pekerjaan).  Bagi  kedua  belah  pihak ini harus tunduk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Skripsi  Nailis  Sa‟adah,  Alumnus  Fakultas  Syari‟ah  Iain  Walisongo  Semarang  tahun  2008  yang  berjudul:  “Analisis  Perjanjian  Kerja  Antara  Pengusaha  Bus  dengan  Serikat  Pekerja  (Studi  Kasus  Jaminan  Sosial  Tenaga  Kerja  di  PT.  Pahala  Kencana  Kudus)’’  membahas  mengenai  pelaksanaan  perjanjian  kerja  bersama  adalah  hak  dan  kewajiban   masing- Umi  Zaidah,  Perjanjian  Kerja  dan  Hak  Pensiun  Pegawai  Negeri  Sipil  (PNS)  Dalam  Perspektif  Hukum  Islam,  Skripsi  Sarjana  Fakultas  Syari‟ah  Jurusan  Muamalah,  Semarang  :  Perpustakaan Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo Semarang, 1999.
 masing  pihak.  Salah  satu  kewajiban  pengusaha  antara  lain  memberikan  kesejahteraan  sosial  bagi  tenaga  kerja  yang  meliputi  jaminan  kecelakaan  kerja,  jaminan  kematian,  jaminan  hari  tua,  dan  jaminan  pemeliharaan  kesehatan.
 Skripsi  Andi  Riswan,  Alumnus  Fakultas  Syari‟ah  IAIN  Walisongo  Semarang  tahun  2005  yang  berjudul:  “Tinjauan  Hukum  Islam  Terhadap  Pelaksanaan Kontrak Kerja Karyawan di PT. Laksana Kurnia  Mandiri  Sejati  Kabupaten  Tegal”  membahas  mengenai  mekanisme  kontrak  kerja (sewa-menyewa)  antara  karyawan  dengan  perusahaan  yang  meliputi  pelaksanaan  pemberian  upah,  jaminan  sosial  serta  pemberian  tunjangan lainnya bagi tenaga kerja  F.  Metode Penelitian Untuk  mempermudah  penelitian  ini,  maka  peneliti  menggunakan  metode-metode sebagai berikut: 1.  Jenis Penelitian Data  yang dikumpulkan dalam  pengumpulan data yang penulis pakai  adalah  penelitian  lapangan  (field  research)  yaitu  penelitian  yang  datanya   Nailis  Sa‟adah,  Analisis  Perjanjian  Kerja  Antara  Pengusaha  Bus  dengan  Serikat  Pekerja (studi kasus jaminan sosial tenaga kerja di PT. Pahala Kencana Kudus),  Skripsi Sarjana  Fakultas  Syari‟ah  Jurusan  Muamalah,  Semarang  :  Perpustakaan  Fakultas  Syari‟ah  IAIN  Walisongo Semarang, 2008.
 Andi Riswan, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Kontrak Kerja Karyawan  di PT. Laksana Kurnia Mandiri Sejati Kabupaten Tegal, Skripsi Sarjana  Fakultas Syari‟ah Jurusan  Muamalah, Semarang : Perpustakaan Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo Semarang, 2005.
 diambil atau dikumpulkan dari  lapangan dimana kasus itu berada, termasuk  dokumen-dokumen yang memuat akad perjanjian.
 2. Sumber Data a. Sumber  Primer  adalah  data  yang diperoleh  penulis  secara langsung dari keterangan  pimpinan  dan  karyawan  yang  ada  di  PT.  Pelita  Karya  Juhari  Cabang Kendal.
 Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab  pertanyaan penelitian. Data primer dapat berupa opini subyek (orang) secara  individual  atau  kelompok.  Penelitian  dengan  menggunakan  data  primer  ini  dapat memperoleh data sesuai yang diinginkan.
Data primer ini dapat dikumpulkan dengan dua metode, yaitu: metode  survei  dan  metode  observasi.  Metode  survei  ini  dapat  dilakukan  antara lain  dengan  metode  wawancara.  Dalam  penelitian  ini,  data  primer  diperoleh  dengan  wawancara  antara  lain  dengan  wawancara  secara  langsung  dengan  pimpinan atau karyawan di PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal dan arsiparsip atau dokumen-dokumen yang berkaitan dengan perjanjian kerja.
b. Sumber Sekunder  Sumber  data yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah data data  yang  diperoleh  dari  data  tertulis  atau  buku  serta  karya  ilmiah  lainnya  yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini.
  Sumardi Suryabrata, metodelogi penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. 2,  1998, h. 22.
 Amirudin,  Abidin  Zaenal,  Pengantar  Metode  dan  Peneltian  Hukum,  Jakarta:  Raja  Grafindo Persada, 2003, h. 30.
 Sumardi Suryabrata, Op. Cit, h. 85.
 3. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : a. Observasi Dalam pengertian psikologi  observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan,  meliputi  kegiatan  pemuatan  perhatian  terhadap  sesuatu  objek  dengan menggunakan seluruh alat indera. Metode ini digunakan agar masalah  pokok  dapat  dilihat  secara  langsung  pada  PT.  Pelita  Karya  Juhari  Cabang  Kendal baik secara formal atau informal di lapangan.
b. Interview Interview yang sering disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan, adalah  sebuah  dialog  yang  dilakukan  pewawancara  (interviewer)  untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer).
 Interview ini digunakan untuk memperoleh yang tidak dapat diperoleh  dengan  data  dokumenter.  Dalam  hal  ini  penulis  mengadakan  interview dengan  pimpinan,  karyawan  atau  staf  di  PT  Pelita  Karya  Juhari  Cabang  Kendal  yang  sekira  bisa  dijadikan  dan  dapat  dimintai  keterangan  yang  ada  kaitannya  dengan  yang  penulis  kaji.  Ditinjau  dari  segi  pelaksanaannya  interview, dibedakan atas : 1.  Interview  bebas  (inguided  interview),  dimana  pewawancara  bebas menanyakan  apa  saja,  tetapi  juga  mengingat  akan  data  apa  yang  akan  dikumpulkan.
 Suharsimi Arikunto,  Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,  Jakarta : Rineka  Cipta, Cet. ke-12, 2002, h. 132.
 2.  Interview  terpimpin  (guided  interview)  yaitu  interview  yang  dilakukan  pewawancara dengan membawa sederet pertanyaan  lengkap dan terperinci  seperti yang dimaksud dalam interview terstruktur.
3.  Interview  bebas  terpimpin  yaitu  kombinasi  antara  interview  bebas   dan  interview terpimpin.
 c. Dokumentasi Yaitu  pengambilan  data  yang  dilakukan  dengan  jalan  mempelajari dokumen-dokumen  dan  berkas-berkas  pada  Instansi  dan  pihak-pihak  yang digunakan  sebagai  tahap  penelitian  sehingga  data  itu  diperoleh  sebagai masukan yang berhubungan dengan pokok pembahasan.
 4. Metode Analisis Data Metode  yang  dipakai  dalam  penelitian  ini  adalah  metode  deskriptif analisis,  yaitu  dengan  memaparkan  data-data  tentang  prosedur  perjanjian kerja yang disertai dengan analisis untuk kemudian diambil kesimpulan, cara ini  digunakan  karena  penulis  ingin  memaparkan ,  menjelaskan  dan menguraikan  data-data  yang  terkumpul  kemudian  disusun  dan  dianalisis untuk diambil kesimpulan.
 Data  yang  diperoleh  dalam  peneliti  kualitatif  adalah  prosedur penelitian  yang  menghasilkan  data  deskriptif  yang  berupa  kata -kata  tertulis  Ibid,   Ibid, h. 133.
 Deni Saibani, Metode Penelitian Hukum, Bandung: Pustaka Setia, 2009, h. 57.
 atau lisan  dari  orang-orang  dan  perilaku yang  dapat  diamati  akan  dianalisis dengan cara berfikir deduktif.
Deduktif adalah analisis dari pengertian  dan fakta-fakta yang bersifat  umum,  yaitu  ketentuan  hukum  Islam  mengenai  perjanjian  kerja  kemudian  diteliti  dan  hasilnya  dapat  memecahkan  tentang  masalah  perjanjian  kerja  antara calon TKI dengan PJTKI di PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal.



Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi