Senin, 25 Agustus 2014

Skripsi Syariah: ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PERALIHAN WALI NASAB KE WALI HAKIM

BAB  I.
PENDAHULUAN.
A.  Latar Belakang Masalah.
Sudah  menjadi  sunatullah  seorang  manusia  diciptakan  untuk  hidup  saling  berdampingan  dengan  manusia  yang  lain  sebagaimana  sifat  manusia  sebagai  makhluk  sosial,  juga  telah  menjadi  kehendak  Allah  bahwa  manusia  akan  mempertahankan  dan  mengembangkan  keturunannya.  Oleh  karena  itu,  tidak ada cara lain untuk mempertahankan dan mengembangkan keturunannya  yang  dapat  dilakukan  oleh  manusia  kecuali  melalui  hidup  bersama  dengan  manusia  yang  lain.  Untuk  itulah  manusia  membutuhkan  hukum  yang  mengatur  hubungan-hubungan  antara  laki-laki  dan  perempuan  untuk  membawa  umat  manusia  itu  sendiri  pada  kehormatan,  sesuai  dengan  kedudukan  manusia  yang  mulia disisi  Allah diantara makhluk-makhluk  yang  lain. Hubungan manusia laki-laki dan perem puan harus didasarkan atas rasa  pengabdian  kepada  Tuhannya  dan  kebaktian  kepada  kemanusiaan  guna  melangsungkan kehidupan jenisnya.

 Ikatan  yang  mengatur  hubungan  antara  laki-laki  dan  perempuan  itu  dituangkan  dalam  suatu  perbuatan  yang  suci  berupa  perkawinan.  Dalam  pandangan Islam, pernikahan memiliki tujuan yang sangat penting. Disamping  untuk  meneruskan  keturunan  (at-tanasul)  ia  juga  bertujuan  untuk  manusia   Ahmad  Azhar  Basyir,  Hukum  Perkawinan  Islam,  Bagian Penerbitan  Fakultas  Hukum  Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 1990, hlm, 1.
 supaya tidak terjerumus kedalam perbuatan tercela. Oleh sebab itu, jangkauan  pernikahan lebih jauh dari pada hukum-hukum sosial yang lain.
Persoalan yang muncul saat ini adalah fenomena yang akhir-akhir ini  menunjukkan  data  peningkatan  secara  signifikan  yaitu  terjadinya  praktik  kumpul  kebo  akibat  dari  pergaulan  yang  terlalu  bebas  antara  laki-laki  dan  perempuan tanpa ikatan yang sah. Kurangnya pengawasan dari orang tua dan  ketidakpahaman  mereka  terhadap  aturan-aturan  hukum  baik  itu  bersumber  dari  nash  maupun  yang  bersumber  dari  hukum  positif,  membuat  mereka  menganggap enteng  masalah  ini.  Kasus  ini dari  hari ke hari semakin  banyak  kita temui. Keadaan ini jika dibiarkan saja tentu akan mengkhawatirkan bagi  generasi  mendatang,  oleh  karena  itu  perlu  adanya  solusi  yang  tepat  bagi  generasi muda pada umumnya agar tidak terjerumus ke dalam perzinaan.
Zina  dapat  menyebabkan  si  wanita  hamil  sebelum  menikah  atau  sebelum  mempunyai  suami,  dan  anak  yang  dikandung  apabila  sudah  lahir  maka  tidak  tahu  siapa  ayah  yang  sebenarnya,  tentu  dikemudian  hari  akan  membawa  beban  mental  dan  permasalahan  baru.  Permasalahan  baru  inilah  yang menjadi problem dalam penentuan wali nikah dari anak yang lahir diluar  nikah tersebut.
Asal-usul anak merupakan dasar untuk menunjukkan adanya hubungan  kemahraman (nasab) dengan ayahnya. Demikianlah yang diyakini dalam fiqh  Sunni.  Karena  para  ulama  sepakat  bahwa  anak  zina  atau  anak  li’an,  hanya  mempunyai hubungan nasab kepada ibu dan saudara ibunya. Berbeda dengan   ulama  Syi’i  bahwa  anak  zina  tidak  mempunyai  hubungan  nasab  dengan  ibu  atau bapak zinanya, karena itu pula ana  k zina tidak bisa mewarisi keduanya.
 Dalam  Undang-undang  Nomor  1  tahun  1974  Pasal  42  menyebutkan  bahwa: Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat  perkawinan yang sah  .
Kompilasi  Hukum  Islam  menjelaskan  arti  dari  anak  sah,  yaitu  dalam  pasal 99:  a.  Anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah.
b.   Hasil  pembuahan  suami  isteri  yang  sah  diluar  rahim  dan  dilahirkan  oleh  isteri tersebut  .
Akan  tetapi,  baik  dalam  undang-undang  maupun  kompilasi  tidak  mengatur  batas  minimal  usia  kandungan.  Namun  Ibnu  Abbas  dan  disepakati  para  ulama  menyebutkan  batas  minimal  usia  kandungan  adalah  6  bulan  atas  dasar penafsirannya terhadap al-Qur’an ayat 15 surat al-Qaf yang berbunyi: Artinya:  “….Mengandungnya  sampai  menyapihnya  adalah  tiga  puluh  bulan”  .
Dan al-Qur’an surat al-Luqman ayat 14: Artinya:”….ibunya  Telah  mengandungnya  dalam  keadaan  lemah  yang  bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun”  .
 Ahmad  Rofiq,  Hukum  Islam  di  Indonesi,Jakarta;  PT  RajaGrafindo  Persada,  Cet.  2,  1997, hlm; 220.
 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
 Kompilasi Hukum Islam di Indonesia.
 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya,  Jakarta: Depag RI, 1986, hlm. 824.
 Ibid, hlm. 654.
 Oleh  sebab  itu,  jika  kelak  anak  yang  dilahirkan  adalah  seorang  perempuan dan ingin menikah, maka menjadikan kendala dalam memilih wali  nikahnya.  Seperti  halnya  yang terjadi di  KUA  Kec. Parakan, penetapan wali  nikah merupakan kendala bagi seorang Penghulu atau PPN (Pegawai Pencatat  Nikah) terhadap calon pengantin yang lahir diluar nikah.
Sebagai  contoh,  kesulitan  penentuan  wali  bagi  anak  perempuan  yang  lahir kurang dari batas minimal dapat dilihat pada penentuan wali nikah pada  calon pengantin  yang  bernama ER  ini  misalnya.  Pada kutipan akta kelahiran  dia  dilahirkan  pada  tanggal  19-02-1994  dan  pernikahan  kedua  orang  tuanya  dilangsungkan  pada  tanggal  09-10-1993.  Sangat  jelas  sekali  kalau  ER  lahir  kurang  dari  6  bulan  dari  pernikahan  kedua  orang  tuanya,  dia  lahir  5  bulan  setelah  pernikahan  kedua  orang  tuanya.  Maka  kejadian  yang  seperti  ini  menjadikan  problem  bagi  seorang  Penghulu  atau  PPN  (Pegawai  Pencatat  Nikah)  KUA  Kec.  Parakan  Kab.  Temanggung  dalam  penentuan  wali  nikah  bagi  calon  pengantin  yang  ber nama  Eka  Ratnasari  tersebut.  Diluar  contoh  diatas, masih banyak kasus-kasus lain yang serupa.
Untuk  mengatasi  kasus-kasus  seperti  diatas,  maka  kebijakan  yang  dilakukan oleh KUA Kec. Parakan adalah sesuai dengan data-data yang telah  diperoleh,  baik  data  itu  dari  Pembantu  Pegawai  Pencatat  Nikah  (P3N)  atau  langsung  menanyakan  kepada  kedua  orang  tuanya  sebelum  akad  nikah  dilangsungkan. Setelah  mengetahui  data-data yang  falid,  KUA  Kec. Parakan   akan  menentukan  wali  nikah  dari  calon  pengantin  tersebut.
 Dalam  praktek  yang  terjadi,  KUA  Kec.  Parakan  menikahkan  anak  perempuan  yang  lahir  kurang dari 6 bulan menetapkan wali nikah berupa wali hakim. Padahal dalam  ketentuan KHI masalah anak perempuan tersebut bisa tetap menggunakan wali  nasab.  Hal  ini  sesuai  dengan  pasal  99  KHI.  Disini  terlihat  adanya  diskresi  yang dilakukan KUA Kec. Parakan. Karena kebijakan yang dilakukan tersebut  tidak sesuai dengan ketentuan KHI.
Berdasarkan latar belakang di atas maka  penyusun  akan melaksanakan  penelitian  lapangan  dengan  judul  “ANALISIS  TERHADAP  PRAKTEK  PERALIHAN WALI NASAB KE WALI HAKIM” (Study Kasus di KUA  Kec. Parakan Kab. Temanggung).
B.  Rumusan Masalah.
Untuk  menjadikan  permasalahan  lebih  fokus  dan  spesifik  maka  diperlukan  suatu  rumusan  masalah  agar  pembahasan  tidak  keluar  dari  kerangka  pokok  permasalahan.  Berdasarkan  latar  belakang  diatas,  penyusun  merumuskan permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:  1.  Apa  dasar  hukum  yang  digunakan  oleh  KUA  Kec.  Parakan  untuk  melaksanakan praktek peralihan wali nikah ? 2.  Bagaimana  status  hukum  pernikahan  yang  pelaksanaanya  menggunakan  peralihan wali nikah?  Hasil wawancara dengan    Bpk. Sujari  (Kepala KUA Kec. Parakan) pada tanggal    10  Agustus 2011, di Kantor KUA Kec. Parakan.
 C.  Tujuan dan Manfaat Penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan diantaranya:.
1.  Untuk  mengetahui  bagaimana  paktek  penentuan  wali  nikah  dan  dasar  hukum yang digunakan dalam penentuan wali nikah di KUA Kec. Parakan  Temanggung.
2.  Untuk  mengetahui  status  hukum  pernikahan  yang  pelaksanaanya  menggunakan peralihan wali nikah.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah:.
1.  Memberikan pengetahuan tentang penetapan wali nikah serta dasar hukum  yang digunakan oleh KUA Kec. Parakan Temanggung.
2.  Memberikan  pemahaman  tentang  status  hukum  pernikahan  yang  pelaksanaanya menggunakan peralihan wali nikah  oleh KUA Kec. Parakan  Temanggung sebagai dasar acuan untuk umat Islam.



Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi