Senin, 25 Agustus 2014

Skripsi Syariah: ETIKA BISNIS DAN MARKETING MUHAMMAD BIN ABDULLAH

BAB I .
PENDAHULUAN .
A.  Latar Belakang Masalah .
Persaingan  perekonomian  semakin  menjadi  tantangan  para  pelaku  usaha dalam mengembangkan usahanya. Seiring dengan berkembang pesatnya  teknologi,  kita  sudah  masuk  pada  era  globalisasi,  yang  semuanya  serba  menggunakan teknologi dan fasilitas canggih.

Sekarang  kita  hidup  dalam  zaman  globalisasi,  dimana semua  informasi,  komunikasi  dan  teknologi  sudah  berkembang  dengan  begitu  pesatnya.  Perjalanan  dari  zaman  ke  zaman  berikutnya,  tentunya  membawa  sebuah  perubahan  dalam  semua  lini  masyarakat,  mulai dari  hal  yang  sepele  hingga  yang  mempunyai  pengaruh  besar.  Bayangkan,  hanya  dengan  duduk  santai  di  kamar  kita  bisa  menjual  dan  membeli  barang  sesuai  yang  kita  inginkan.
Era  globalisasi  sudah  membawa  perubahan  besar  dalam semua  lini  kehidupan  masyarakat,  baik  sosial,  politik,  hukum  dan  ekonomi  dan  lain  sebagainya.  Perilaku  manusia  yang  menjadi  wilayah  kompetensi  moral,  sekarang banyak orang mempertanyakan kembali kompetensi, sekaligus peran  dan  kemampuan  moral  untuk  mengantisipasi,  mengatur  dan  mengendalikan  moral masyarakat.
   Muhammad  Djakfar,  Agama,  Etika  dan  Ekonomi,  Wacana  Menuju  Pengembangan  Ekonomi Rabbaniyah, Malang: UIN Malang Press, 2007, h. 4  2  Kaitannya  dengan  masalah  perekonomian,  bangsa  kita  dihadapkan  pada  realitas  perilaku  sebagian  masyarakat  yang  hanya  memikirkan  keuntungan belaka. Keuntungan yang sebanyak-banyaknya menjadi hal wajib  yang  harus  dipenuhi.  Sehingga  tata  cara  maupun  aturan-aturan  yang  ditetapkan dikesampingkan.
Antara  pelaku  bisnis  cenderung  terjadi  tabrakan  kepentingan,  saling  menghalalkan cara untuk memperoleh keuntungan sebanyak mungkin, bahkan  saling  mendominasi  pasar,  sementara  pelaku  bisnis  dengan  modal  yang  paspasan semakin tersudutkan, yang pada akhirnya gulung tikar.
Realitas  di  atas  salah  satu  cermin  terjadinya  perubahan  moralitas  masyarakat.  Kecenderungan  bisnis  sekarang  kian  tidak  memperhatikan  masalah  etika.  Akibatnya,  sesama  pelaku  bisnis  sering  bertabrakan  kepentingan,  bahkan  saling  “membunuh”.  Kondisi  ini  menciptakan  pelaku  ekonomi yang kuat semakin merajai, sebaliknya yang  kecil semakin tertindas  dalam ketidakmampuannya.
Melihat  fenomena  tersebut  etika  dalam  berbisnis  sangat  diperlukan,  sebagai  bentuk  kerangka  pemahaman  untuk  membedakan  antara  yang  baik  dan buruk, antara praktek bisnis yang halal dan haram. Meskipun sebetulnya  banyak  pihak  yang  menyangsikan  gagasan  etika  bisnis,  karena  etika  bila  diterapkan  dalam  dunia  bisnis  dianggap  akan  mengganggu  upaya  mencapai  tujuan bisnis, mencari keuntungan sebanyak-banyaknya.
   Muhammad  dan  Alimin,  Etika  dan  Perlindungan  Konsumen  dalam  Ekonomi  Islam,  Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UGM, 2004, h. 61  3  Laiknya  Islam  memberikan  petunjuk  mengenai  cara  yang  benar  dan  tepat  untuk  bertingkah  laku  dalam  segala  bidang  kehidupan,  ia  pun  memberikan  petunjuk  untuk  menangani  hal-ikhwal  yang berkaitan  dengan  produksi,  pekerjaan,  properti  dan  modal.  Dalam  perkembangan  terkini  ini,  misalnya,  masyarakat  dihadapkan  pada  perkembangan  ekonomi  yang  begitu  kental akan persaingan dalam mencari kebutuhan perut. Dan pendeknya, Islam  bisa  memberikan  cara  yang  benar  untuk  mengatur  kehidupan  akan  ekonomi  tersebut.
 Bisnis  di  dalam  Islam  merupakan  kegiatan  muamalah  yang  pertama  kali  menanggalkan  etika,  kemudian  disusul  oleh  bidang  politik,  dan  terakhir  adalah  persoalan  seks.  Namun,  bisnis  yang  sehat  adalah  bisnis  yang  berlandaskan  etika,  oleh  karena  itu  pelaku  bisnis  hendaknya  memiliki  dan  memahami  kerangka  bisnis  yang  kuat,  sehingga  dapat  mengantarkan  pada  aktivitas bisnis yang nyaman dan berkah.
Dalam  dunia  bisnis  marketing  atau  pemasaran  menjadi ujung  tanduk  dari sebuah perusahaan, untuk mencapai kesuksesan seorang pengusaha harus  mampu  menguasai  strategi-strategi  marketing  yang  bisa  menarik  hati  calon  konsumen. Sehingga sudah pasti dalam sebuah perusahaan ada divisi khusus  marketing.
Dalam  sebuah  perusahaan,  marketer  atau  pemasar  dituntut  untuk  mendapatkan  konsumen  sebanyak  mungkin,  oleh  karena  itu  pemasar  harus  mengetahui  dan  memahami  konsep  serta  prinsip  pemasaran  yang  menjadi   Murad W. Hofman, Menengok Kembali Islam Kita, terj. Bandung: Pustaka Hidayah, 2002,  h. 163  4  dasar  pemenuhan  konsumen.  Mulai  dari  pemenuhan  produk  (product),  penetapan  harga  (price),  pengiriman  barang  (place),  dan  mempromosikan  barang (promotion).
 Pemasaran  yang  berdaya  saing  merupakan  wujud  kesuksesan  sebuah  strategi  pemasaran,  dan  ini  tentunya  juga  menentukan  kesuksesan  sebuah  perusahaan. Sebagai sebuah entitas, ada kesamaan antara individu, organisasi  dan perusahaan. Individu, organisasi dan perusahaan, masing-masing memiliki  kebutuhan yang besar untuk menjaga keberlanjutan dan kelangsungannya.
 Di  era  globalisasi  dan  liberalisasi,  tingkat  daya  saing  perusahaan  meningkat pesat. Mereka semua mengejar keuntungan semaksimal mungkin.
Sehingga  munculah  berbagai  konsep  marketing  dari  yang  tradisional  hingga  yang up to dateatau modern.
Perkembangan  yang  terjadi  sekarang  adalah  semakin  banyaknya  pesaing mendorong setiap perusahaan untuk mencari formulasi-formulasi atau  strategi  marketing  sehingga  target  penjualan  menjadi  tujuan  utama.  Namun,  yang terjadi para pelaku bisnis kerap kali menggunakan “jalan pintas” untuk  mencapai cita-cita mereka, dengan mendobrak dindingetika dalam berbisnis.
Sehingga melahirkan anggapan bahwa bisnis adalah “dunia hitam”.
 Realitas  dan  fenomena  di  atas,  mendorong  banyak  para  akademisi  untuk mencari solusi konsep yang bisa diterima semua kalangan masyarakat.
 www.wikipedia.org, diakses tanggal 20 September 2011   Triton PB, Marketing Strategic, Yogyakarta: Tugu Publisher, 2008, h. 29    Muhammad  dan  Lukman  Fauroni,  Visi  Al  Qur’an  tentang  Etika  dan  Bisnis,  Jakarta:  Salemba Diniyah, 2002, h. 2  5  Bagaimana  bisa  memasukkan  etika  dalam  bisnis,  sehingga  tercipta  suatu  persaingan yang sehat, dan peka terhadap kondisi sosial masyarakat.
Islam  sebagai  agama  rahmatan  lil  alamin memberi  solusi  terhadap  berbagai  polemik  di  atas,  dalam  bisnis  yang  menerapkan  nilai  Islami  tidak  hanya meraih keuntungan belaka. Di sisi lain nilai ibadah harus dimiliki untuk  mendapat ridho Allah.
Umat  Islam  telah  menjadikan  agama  sebagai  sebuah  pijakan  dalam  menjalani  rutinitas  hidup  di  dunia,  tidak  terlepas  pula,  kebutuhan  ekonomi  yang  menjadi  oase  semangat  tersendiri  dalam  proses  pendekatan  terhadap  Tuhan.  Di  mana  agama  dijadikan  sebagai  spirit  dalam etos  kerja  manusia,  dengan dalil-dalil yang sudah termaktub dalam narasi al Qur’an.
Karena  itu,  paham  keagamaan  menjadi  jelas  sebagai  pendorong  semangat  usaha  mereka  dalam  proses  usaha  mereka.  Terkait  dengan  agama  sebagai  semangat  dalam  perekonomian,  mengutip  Max  Weber  pernah  mempertanyakan  dengan  nada  sinisnya,  bahwa  agama-agama  seperti  Islam,  Katolik, dan Budha adalah agama-agama yang tidak mendukung pada proses  produksi atau munculnya kapitalisme awal. Sebab, kata dia, agama-agama ini  merupakan agama yang menyebarkan paham asketik dalam hidup membiara,  serta agama prajurit, bukan agama kapital.
 Dalam konteks sekarang, saya kira pernyataan Weber  di atas bertolak  belakang  dengan  perkembangan  yang  terjadi  sekarang, di  mana  masyarakat  sudah  memiliki  penafsiran  yang  cemerlang  terhadap  paham  kegamaan  yang   Abdullah, M. Amin,  Agama dan Kesalehan Sosial Pengusaha Muslimdalam Zuly Qodir,  Agama dan Etos Dagang, Solo: Pondok Edukasi, 2002, h. x  6  dapat  mendorong  dalam  proses  perekonomian.  Hal  ini  bisa  terlihat  dengan  maraknya  dinamika  pertumbuhan  ekonomi  Indonesia,  yang  diwarnai  dengan  perkembangan  pesat  sistem  dan  mekanisme  ekonomi  Islam.  Muncul  dan  berkembangnya ekonomi Islam ini menjadi trend dalammasa sekarang, yakni  sebuah sistem yang berawal dari pemahaman teologis  yang disandarkan pada  ajaran Islam yang berdasarkan pada teks al Qur’an dan Hadits yang menjadi  sumber utama ajaran umat Islam.
Sebagaimana  mestinya,  manusia  tidak  bisa  lepas  dari perekonomian,  walaupun  ini  berdasar  pada  pilihan  antara  keinginan untuk  menjadi  seorang  konsumen, menjadi seorang produsen. Atau, ia hanya  ingin menjadi seorang  pelayan jasa.
 Menengok  ke  belakang  sejarah  datangnya  Islam  di  Arab,  kita  mengenal  sosok  Muhammad.  Putra  Abdullah  dan  Aminah  ini  telah  menjadi  aktor  utama  dalam  misi  datangnya  Islam  di  bangsa  Arab  tepatnya  di  area  Makkah.  Secara  geografis,  Arab  bukan  merupakan  tempat  yang  ideal  untuk  sebuah  kehidupan.  Banyak  para  peneliti  yang  menjelaskan  bagaimana  tandusnya  kondisi  bangsa  Arab.  Merujuk  Philip  K.  Hitti  yang  menuliskan,  Semenanjung  Arab  merupakan  semenanjung  barat  daya  Asia,  sebuah  semenanjung  terbesar  dalam  peta  dunia.  Lalu,  para  ahli  geologi  mengatakan  bahwa  wilayah  itu  pada  awalnya  merupakan  bagian  yang  tidak  terpisahkan  dari  dataran  Sahara  (kini  dipisahkan  oleh  lembah  Nil  dan  Laut  Merah)  dan   Johan Arifin, Etika bisnis Islami, Semarang: Walisongo Press, 2009, h. 31  7  kawasan berpasir yang menyambungkan Asia melalui Persia bagian tengah ke  Gurun Gobi.
 Menurut Karen Armstrong, jazirah Arab terdiri dari  tanah-tanah yang  tinggi  yang  membujur,  luas,  bergunung-gunung  batu,  dan  kebanyakan  tanahnya  terdiri  dari  gurun  pasir.  Juga,  curah  hujan  amat  jarang  turun  di  semenanjung  jazirah  Arab  ini.  Keadaan  demikian  menyebabkan  bagian  terbesar  dari  jazirah  Arab  itu  menjadi  panas,  kering,  gersang,  dan  tandus.
Meskipun sebenarnya diapit oleh lautan di sebelah barat dan timur, akan tetapi  laut itu terlalu kecil untuk mempengaruhi kondisi cuaca Afro-Asia yang jarang  turun hujan.
 Daerah yang lebih sering turun hujan adalah daerah  Yaman, sehingga  tanahnya  subur  dibanding  daerah  Arab  lainnya.  Keadaan  tersebut  juga  menyebabkan  tidak  adanya  sungai  di  daerah  Arab.  Yang  ada  hanyalah  semacam oase, yaitu mata air di tengah gurun.
Di  lain  sisi,  semenanjung  Arab  yang  merupakan  bagian  dari  Timur  Tengah  yang  pada  zaman  pra  Islam  belum  pernah  dijamah  oleh  kekuasaan  asing  dari  manapun.  Bahkan  kekuasaan  besar  Romawi  dan  Persia  tidak  berminat  sekalipun  dengan  Arab,  dikarenakan  daerahnya  sangat  miskin,  tandus, dan kering. Karena dilihat dari sisi ekonomi, daerah Arab sama sekali  tidak  menguntungkan.  Sedangkan  untuk  pengembangan  kemiliteran  juga  memiliki medan yang terlalu berat dan sangat berbahaya.
 Philip K. Hitti, History oh The Arabs, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2010, h. 16   Ibid., h. 20  8  Sedangkan  Hijaz,  tempat  pertama  yang  dijadikan  sasaran  dakwah  Islam,  karena  di  sinilah  Muhammad  lahir,  tumbuh,  dan  berkembang.
 Sebagaimana  telah  disinggung  sekilas  di  atas,  bahwa Islam  lahir  di  wilayah  yang  kering.  Karena  di  kota  ini  musim  kering  yang  berlangsung  tiga  tahun  berturut-turut adalah hal lumrah. Kemudian Phillip  K. Hitti menggambarkan  hujan  badai  yang  singkat  dan  banjir  yang  cukup  besar  kadang-kadang  menimpa  Makkah  dan  Madinah,  dan  pernah  beberapa  kali  hampir  meruntuhkan bangunan ka’bah.
Kata  Al  Baladhuri,  sebagaimana  yang  dikutip  Phillip K.  Hitti,  telah  menuliskan  satu  bab  penuh  untuk  mengisahkan  banjir  bandang  yang  menyerang  Makkah.  Setelah  hujan  turun,  tanaman  gurun  untuk  makanan  ternak bertumbuhan. Di sebelah utara Hijaz, oasis terpencil yang paling besar  luasnya  sekitar  17  KM  persegi,  merupakan  sumber  pendukung  kehidupan  satu-satunya bagi penduduk sekitar.
 Jazirah Arab yang sangat luas ini namun tidak ada satupun sungai yang  mengalir  di  dataran  jazirah  Arab.  Sebab,  musim  hujan  yang  akan  dapat  dijadikan pegangan dalam mengatur sesuatu usaha juga tidak menentu.
 Tak salah bila masyarakat Arab pra Islam dikenal sebagai masyarakat  tanpa  aturan,  tidak  mempunyai  nilai-nilai  kemanusiaan  dalam  segala  aktifitasnya.  Dan,  ada  pula  yang  menyebut  sebagai  zaman  jahiliyyah   atau    Ahmad  al  Usairy,  Sejarah  Islam,  Sejak  Zaman  Nabi  Adam  Hingga  Abad  XX,  Jakarta:  Akbar Media Eka Sarana, 2007, h. 69   Op.cit.,h. 21   Muhammad Husain Haikal, Sejarah Hidup Muhammad, ebook.
  Masyarakat  Jahiliyah  memiliki  pola  pikir,  sikap  dan  tingkah  laku  terpuji  dan  tercela.
Husein Ibrahim Hasan sebagaimana dikutip Quraish Shihab menyebutkan beberapa adat kebiasaan  9  zaman kebodohan. Salah satunya Ibnu Khaldun yang berpendapat bahwa pada  masa  jahiliyah  mereka  adalah  orang-orang  tidak  beradab,  gemar  melakukan  perampasan  dan  kerusakan.  Mereka  memiliki  watak  sukar  tunduk  kepada  pimpinan. Ia tidak memiliki bakat dalam pekerjaan pertukangan dan ilmu lain.
Walaupun  pembawaan  mereka  sebenarnya  adalah  bersih  dan  murni,  pemberani dan sanggup berkorban untuk hal-hal yang dipandang baik.
Dalam sektor perekonomian, melihat dari kondisi wilayah dan kultur  sosial  jazirah  Arab  yang  demikian,  ada  berbagai  macam  sumber  mata  pencaharian mereka, antara lain; pertanian, perkebunan dan peternakan.
 Namun  yang  menjadi  sumber  utama  penghasilan  orang-orang  arab  adalah  perdagangan  dan  bisnis,  mereka  di  masa  jahiliyyah  sangat  dikenal  dengan bisnis dan perdagangannya.
Mereka melakukan perjalanan bisnis ke Yaman pada musim dingin  dan  perjalanan  bisnis  ke  Syam  pada  musim  panas.
  Kondisi  alam  jazirah  Arab  yang  tandus  dan  panas  memang  menjadi  faktor  penting  mengapa  mereka  bisa  dikatakan  dalam  pola  hidup  yang  penuh  dengan  kekejaman.
Kehidupan  yang  monoton  dan  kegersangan  gurun  tercermin  dengan  baik  dalam karakteristik fisik dan mental orang-orang badui.
 mereka yang tercela: a) politeisme dan penyembahan berhala; b) pemujaan kepada ka’bah secara  berlebihan;  c)  perdukunan  dan  khurafat;  d)  mabuk-mabukan  dan  sebagainya.  Sementara  ahmad  Amin  menerang  sifat  positifnya,  seperti;  a)  semangat  dan  keberanian;  b)  kedermawanan;  c)  kebaktian kepada suku. M. Quraish Shihab,  Membumikan Al Qur’an, Bandung: Mizan, 1994, h.
245    Muhammad  Solahuddin,  World  Economic  Revolution  With  Mohammad,  Sidoarjo:  Masmedia, 2009, h. 26-27   Ahmad al Usairy, op.,cit  Philip K. Hitti, h. 29  10  Phillip  K.  Hitti  menambahkan,  bahwa  kegersangan  tanah  mereka  tercermin dalam tampilan fisik mereka. Makanan harian mereka adalah buah  kurma dan beragama panganan dari tepung, atau jagung bakar yang dicampur  dengan air atau susu.
Mencermati situasi dan kondisi Jazirah Arab yang seperti itu, ternyata  berpengaruh  besar  dalam  pembentukan  watak  dan  tabiat  masyarakat  Arab.
Baik dari sisi yang positif maupun negatif. Adanya tanah gersang dan tandus,  cuaca  panas  dan  kering  serta  udara  yang  sangat  dingin  di  malam  hari  telah  membuat mereka berjuang untuk hidup lebih keras.
Dengan  pandangan  demikian,  sebetulnya  tradisi  pertanian  dan  perdagangan  di  Arab  sudah  ada  sejak  lama  sebelum  Islam  datang,  namun  kondisi  sosial  masyarakat  Arab  yang  tidak  menjunjung  nilai-nilai  kemanusiaan  telah  menjadi  catatan  tersendiri  bagi  penulis.  Oleh  karena  ini,  praktek-praktek  perekonomian  yang  tidak  memiliki  ruh  atau  semangat  kesetaraan  dan  keadilan  tersebut  menjadikan  kebudayaan  dan  pranata  sosial  mereka  yang  mengenaskan.  Sehingga  muncullah  istilah jahiliyyah  bagi  mereka.
 Sejak  Islam  datang,  maka  nilai-nilai  keadilan  dan  persamaan  mulai  dimasukkan dalam perekonomian masyarakat Arab.
 Tentunya, inilah adalah  langkah konkrit dan campur tangan yang dilakukan oleh Muhammad.
  Namun  istilah  jahiliyyah  identik  dengan  kebodohan  dan  kesesatan  ditentang  dengan  lantang  oleh  Khalil  Abdul  Karim,  dia  memberikan  kesimpulan  berdasarkan  analisis  yang  tajam  atas ayat-ayat al Qur’an, bahwa sebenarnya masyarakat Arab mempunyai kebudayaan yang maju  dan menjadi pusat peradaban. Lebih lengkap lihat dalam, Khalil Abdul Karim,  Syari’ah, Sejarah  Perkelahian Pemaknaan, Yogyakarta: LKiS, 2003   Nur Chamid, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, h. 14  11  Muhammad adalah sosok yang komplit. Beliau bisa menjadi seorang  komandan  perang,  pemimpin  kharismatik,  seorang  politikus,  suami  yang  penuh  kasih  sayang,  dan  tentunya  beliau  seorang  pedagang.  Jelasnya,  Muhammad bisa mempengaruhi karakter teologis, bahasa, politik, ekonomi,  sosial,  budaya  dan  pengetahuan.  Ini  sebuah  perubahan  yang  bisa  dikatakan  radikal  (menyentuh  hingga  ke  akar-akarnya).  Dan  hal ini  tidak  mampu  diwujudkan kecuali hanya oleh beberapa gelintir revolusioner besar saja.



Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi