Sabtu, 23 Agustus 2014

Skripsi Syariah: PENGARUH ATRIBUT PRODUK DAN PELAYANAN ISLAMI TERHADAP MINAT NASABAH

BAB I.
LATAR BELAKANG.
1.1  Latar Belakang.
Sistem  keuangan   di  Indonesia  dijalankan  oleh  dua  jenis  lembaga  keuangan,  yaitu  lembaga  keuangan  bank  dan  lembaga  keuangan  nonbank.  Bank  adalah  badan  usaha  yang  menghimpun  dana  dari  masyarakat  dalam  bentuk simpanan dan menyalurkanya kepada masyarakat dalam bentuk kredit  dan/atau  bentuk  lainnya  dalam  rangka  meningkatkan  taraf   hidup  rakyat  (pasal  1  angka  2  UU  perbankan  syari’ah  dan  pasal  1  angka  2  UU  No.  10  tahun 1998 tentang perbankan)  Undang-undang  nomor  21  tahun  2008  tentang  perbankan   syari’ah  yang  menjelaskan  pengertian  bank  syari’ah  pada  pasal  1  angka  (1)  yaitu  segala  sesuatu  yang  menyangkut  tentang  bank  syari’ah  dan  unit  usaha  syari’ah,  mencakup  kelembagaan,  kegiatan  usaha,  serta  cara  dan  proses  dalam  melaksanakan  kegiatan  usahanya.  secara  kelembagaan,  perbankan  syari’ah  di  indonesia  dapat  dipetakan  menjadi  bank  umum  syari’ah,  bank  pembiayaan rakyat syari’ah (BPRS) dan Baitul Maal Wat Tamwil(BMT).

 Perkembangan  bank  syari’ah  dalam  dasawarsa   terakhir  mengalami  kemajuan  pesat.  disisi  lain  perkembangan  lembaga  keuangan  syari’ah  non   Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah,Jakarta: Prenada Media Grup,  2009, Cet. Ke 1, hlm.45.
 Zubairi Hasan,  Undang-Undang Perbankan Syari’ah,  Jakarta: Raja Grafindo Persada,  2009, Edisi 1, hlm. 6.
 Dadan Muttaqin,  Aspek Legal lembaga Keuangan Syari’ah Bank, LKM, Asuransi, dan  Reasuransi, Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2008, Cet 1, hlm. 37.    bank juga mengalami hal  yang sama.
 Kehadiran Bank Muamalat Indonesia  (BMI)  pada  tahun  1992,  telah  memberikan  inspirasi  untuk  membangun  kembali  sistem  keuangan  yang  lebih  dapat  menyentuh  kalangan  bawah  (grassroots).
Namun  harapan  ini  terhambat  oleh  undang-undang  perbankan,  karena  usaha  kecil/mikro  tidak  mampu  memenuhi  prosedur  perbankan  yang  telah  dibakukan  oleh  UU.  BMI  sebagai  bank  umum  berkendala  dengan  prosedur  ini.  Meskipun  misi  keumatannya  cukup  tinggi,  namun  realitas  di  lapangan  mengalami  banyak  hambatan,  baik  dari  sisi  prosedur,  plafond  pembiayaan  maupun lingkungan bisnisnya.
Dari  persoalan  diatas,  mendorong  munculnya  lembaga  keuangan  syari’ah alternatif Yakni sebuah  lembaga  yang tidak saja  berorientasi  bisnis  tetapi  juga sosial. Juga  lembaga  yang tidak  melakukan pemusatan kekayaan  pada sebagian kecil orang pemilik modal (pendiri) dengan penghisapan pada  mayoritas orang, tetapi lembaga yang kekayaannya terdistribusi secara merata  dan adil. Lembaga yang terlahir dari kesadaran umat dan “ditakdirkan” untuk  menolong kelompok mayoritas yakni pengusaha kecil/mikro. Lembaga yang  tidak  terjebak  pada  permainan  bisnis  untuk  keuntungan  pribadi,  tetapi  membangun  kebersamaan  untuk  mencapai  kemakmuran  bersama.  Lembaga  yang  tidak  terjebak  pikiran  pragmatis  tetapi  memiliki  konsep  idealis  yang  istiqomah.
 Ibid. hlm. 1.
 Lembaga  tersebut  adalah  Baitul  Maal  Wa  Tamwil  (BMT).
  BMT  merupakan  kependekan  dari  Baitul  Maal  wa  Tamwil.  dimana   Baitul  maal  berfungsi  untuk  mengumpulkan  sekaligus  mentasyarufkan  dana  sosial  sedangkan   baitul  tanwil  merupakan  lembaga  bisnis  yang  bermotif  laba.
 peran  BMT  dalam  menumbuh  kembangkan  usaha  mikro  dan  kecil  di  lingkungannya merupakan sumbangan yang sangat berarti bagi pembangunan  nasional.
Bank  yang  diharapkan  mampu  menjadi  perantara  keuangan  ternyata  hanya  mampu  bermain  pada  level  menengah  atas.  Sementara  lembaga  keuangan  non  formal  yang  notabene  mampu  menjangkau pengusaha  mikro,  tidak mampu meningkatkan kapitalisasi usaha kecil. Maka BMT diharapkan  tidak terjebak pada dua kutub sistem ekonomi yang berlawanan tersebut.
 Adanya  atribut  produk  juga  menjadi  salah  satu  wadah  untuk  mempengaruhi  konsumen  atau  nasabah,  Produk  sebagai  sesuatu  yang  dapat  ditawarkan  untuk  memenuhi  kebutuhan  atau  keinginan.  Pentingnya  suatu  produk  fisik bukan terletak pada kepemilikannya tetapi pada jasa yang dapat diberikannya.
 Keragaman produk (features), dapat berbentuk produk tambahan dari suatu produk  inti  yang  dapat menambah  nilai suatu produk. Keragaman produk biasanya diukur  secara  subyektif  oleh  masing-masing  individu  (dalam  hal  ini  konsumen)  yang  menunjukkan  adanya  perbedaan  kualitas  suatu  produk  (jasa).  Dengan  demikian,    Muhammad  Ridwan,  Manajemen  Baitul  Maal  wa  Tamwil  (BMT),  Yogyakarta:  UUI  Press, 2004, hlm. 73.
 Ibid.hlm. 126.
 Ibid. hlm. 73.
 Philip Kotler & Susanto, Manajemen Pemasaran di Indonesia, Jakarta: Salemba Empat,  eds 1. Hlm. 12.     perkembangan  kualitas  suatu  produk  menuntut  karakter  fleksibilitas  agar  dapat  menyesuaikan  diri  dengan  permintaan  pasar.
 atribut  Produk  menurut  Kotler  produk  meliputi  obyek  fisik,  pelayanan,  orang,  tempat  organisasi  dan  gagasan. Atribut produk adalah faktor yang melekat pada suatu produk yang  merupakan  suatu titik tolak penilaian  bagi konsumen tentang terpenuhi atau  tidaknya  kebutuhan  dan  keinginan  konsumen  yang  diharapkan  dari  suatu  produk  yang  sebenarnya,  maka  dapat  didefinisikan  atribut-atribut  yang  menyertai  suatu  produk   Bukan  hanya  atribut  produk  y ang  mempengaruhi  konsumen,  pelayanan  islami  juga  menjadi  salah  satu  penilaian  dari  masyarakat  karena  sebuah  organisasi  bisnis  yang  islami  harus  senantiasa  memperhatikan  setiap  kebutuhan  dan  kepentingan  pihak  lain,  menyiapkan  segala  sesuatu  sebagai  usaha  untuk  membantu  pengembangan  dan  juga  pembangunan sosial yang lebih baik.
 Pelayanan  diberikan  sebagai  tindakan  atau  perbuatan  seseorang  atau  organisasi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan atau nasabah.
 Dengan  demikian  sebagai  pembisnis  muslim  tentunya  harus  memberikan  yang  terbaik  bagi  umat  islam  khususnya,  dan  untuk  masyarakat  luas  pada  umumnya.
  Minat  merupakan  kecenderungan  hati  yang  tinggi  terhadap    Rambat  lupiyoadi  &  A.  Hamdani,  “Manajemen  Pemasaran  Jasa”, Jakarta:  Salemba  Empat 2006. hlm. 176.     Muchamad Fauzi, Pengaruh Ketaatan Beragama, Atribut Produk Islami, Performance  Quality, Reputation Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Nasabah Baitul Mal Wat Tamwil (BMT)  Kabupaten Pemalang. Penelitian individu, Semarang IAIN Walisongo Semarang 2009, h.
 Johan Arifin, Etika Bisnis Islami,Semarang: Walisongo Press, 2009, cet, 1, hlm. 152.
 Kasmir, Etika Customer Service, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, hlm. 15.
 Johan arifin, loc cit. cet., 1.
 sesuatu  gairah  atau  keinginan.
   Apabila  seseorang  menaruh  perhatian  terhadap  sesuatu,  maka  minat  akan  menjadi  motif  yang  kuat  untuk  berhubungan  secara  lebih  aktif  dengan  sesuatu  yang  menarik  minatnya.
Potensi BMT di wilayah Ngaliyan cukup besar karena di daerah itu terdapat  sekitar  100  usaha  kecil  yang  membutuhkan  modal.
  untuk  melakukan  kegiatan melalui cara yang lebih sesuai dengan ketentuan ajaran agama islam.
Dalam melayani nasabah dan calon nasabah BMT Artha Salsabil mempunyai  strategi  mengutamakan  dukungan  pada  pengembangan  usaha  kecil  dan  menengah,  memberikan  pelayanan  dengan  persyaratan  yang  lebih  mudah,  Mendasarkan pada ketentuan ajaran islam.



Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi