Senin, 25 Agustus 2014

Skripsi Syariah: PENGARUH ETIKA KERJA DAN MOTIVASI KERJA ISLAM TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN

BAB I.
PENDAHULUHAN.
1.1.  Latar Belakang Masalah.
Perkembangan  zaman  terus  melangkah  maju  dan  banyak  menyumbangkan perubahan-perubahan, membangun tatanan dan peradaban  baru,  seperti  ideologi-ideologi  kemanusiaan,  life  style,  dan  sebagainya.

Perilaku  budaya  dan  sosial  masyarakat  telah  banyak  mengabaikan  moralitas,  nilai-nilai,  persahabatan  yang  manusiawi,  bahkan  lebih  condong  pada  materi,  kekuasaan,  kehormatan,  kesenangan  duniawi,  dan  lebih  mementingkan  dunianya  sendiri.
 Hal  ini  karena  orientasi  hidup  manusia  diarahkan  hanya  untuk  ”menguasai”,  meskipun  pada  hakekatnya  manusia  tidak  sadar  bahwa  ia  dikuasai  oleh  emosi  dan  nafsunya.  Spinoza  dalam  karyanya yang disadur oleh Erich Fromm membenarkan adanya gejala atau  kecenderungan yang sama antara zaman modern dan zaman beberapa ratus  tahun  silam  mengenai  kecenderungan  manusia  yang  rakus  dan  ambisius,  yang memikirkan nama harum dirinya.
 Demikian pula yang terjadi pada umat Islam, baik masa lalu maupun  saat  ini.  Berdasarkan  konteks  sejarah,  umat  Islam  pernah  mengalami  masa  kejayaan antara tahun 610-1250 M dan  juga masa kemunduran. Faktor yang  menyebabkan  kemunduran  umat  Islam  salah  satunya  adalah  adanya  pengekangan berfikir (tertutupnya pintu ijtihad) dan pengharaman terhadap   H.  Undang  Ahmad  Kamaludin dan  Muhammad  Alfan,  Etika  Manajemen  Islam,  Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010, h.
 Ibid, h.22   filsafat,  serta  masalah  pendidikan  dan  pengajaran  yang  merupakan  tujuan  diutusnya paraNabi  . Rasulullah SAW. Bersabda ”Sesungguhnya aku diutus  untuk menyempurnakan akhlak”.
Oleh  sebab  itu,  etika  menjadi  bagian  penting  dalam  doktrin  Islam.
Munculnya etika dimulai pada abad kelima sebelum masehi dengan berbagai  mazhab  di  Yunani,  yang  ditandai  dengan  kehadiran  Socrates,  yang  mengatakan  bahwa  kebaikan  adalah  pengetahuan.  Kemudian  plato  yang  berpendapat bahwa pengetahuan dikatakan baik apabila ia dikuasai oleh akal  budi,  dan  dikatakan  buruk  apabila  ia  dikuasai  oleh  keinginan  dan  hawa  nafsu.
 Salah  satu  tokoh  etika  dalam  Islam  adalah  Ibnu  miskawaih.  Ia  mengatakan  bahwa  ada  kalanya  manusia  mengalami  perubahan  Khuluq sehingga  membutuhkan  aturan-aturan  syari’at,  nasihat,  dan  ajaran-ajaran  tradisi  yang  terkait  sopan  santun.
 Dari  aturan-aturan  tersebut  diharapkan  manusia  mendapatkan  petunjuk  dalam  menjalani  hidup  demi  memperoleh  kebahagiaan.
Demi  memperoleh  kebahagiaan  di  dunia  dan  akhirat  agama  Islam  mengajarkan agar umatnya melakukan kerja keras baik dalam bentuk ibadah  maupun amal sholeh. Ibadah adalah merupakan perintah-perintah yang harus  dilakukan oleh umat Islam yang berkaitan langsung dengan Allah SWT dan  telah  ditentukan  secara  terperinci  tentang  tata  cara  pelaksanaannya.
 ibid, h.
 Franz Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika, Yogyakarta : Kanisius, 1997, h. 19.
 http://www.islamic-center.or.id/29/syariah-mainmenu-44/27-syariah/826-ibnumiskawaih-bapak-etika-islam.diakses pada tanggal 9 Nopember 2010 pada pukul 22.30 WIB   Sedangkan  amal  sholeh  adalah  perbuatan-perbuatan  baik  yang  dilakukan  oleh  umat  Islam,  dimana  perbuatan-perbuatan  tersebut  berdampak  positif  bagi diri yang bersangkutan, bagi masyarakat, bagi bangsa dan negara serta  bagi umat islam itu sendiri.
 Bekerja adalah suatu bentuk ibadah yang dilakukan di dunia. Bekerja  dengan etika kerja yang benar sesuai ajaran Islam merupakan syarat mutlak  untuk dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sebab dengan etika  yang  baik  dan  berakhalaq  dapat  meningkatkan  semangat  kerja  yang  berpengaruh  dalam  meningkatkan  produktivitas.  Hal  ini  dikarenakan  nilai  etik,  moral,  susila  atau  akhlaq  adalah  nilai -nilai  yang  mendorong  manusia  menjadi  pribadi  yang  utuh  seperti  kejujuran,  kebenaran,  keadilan,  kemerdekaan,  kebahagiaan  dan  cinta  kasih.  Apabila  nilai  etik  ini  dilaksanakan  akan  menyempurnakan  hakikat  manusia  seutuhnya.  Setiap  orang  boleh  punya  seperangkat  pengetahuan  tentang  nilai,  tetapi  pengetahuan  yang  mengarahkan  dan  mengendalikan  perilaku  orang  Islam  hanya ada dua yaitu Al-Qur’an dan Hadist sebagai sumber segala nilai dan  pedoman dalam setiapsendi kehidupan, termasuk dalam bisnis.
 Dari  pemaparan  di  atas  dapat  diambil  benang  merah  bahwa  sesungguhnya  antara  penghayatan  agama  yang  diwujudkan  dalam  bentuk  iman yang sempurna, mempunyai hubungan timbal balik dengan etika atau  akhlaq  seseorang.  Seseorang  yang  memiliki  iman  yang  sempurna  dapat  dipastikan  bahwa  yang  bersangkutan  memiliki  etika  kerja  yang  baik  pula,   H.  Buchari  Alma  dan  Donni  Juni  Priansa,  Manajemen  Bisnis  Syari’ah,  Bandung:  Alfabeta, 2009, h. 1  Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syari’ah, Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2009, h. 172    Karena etika kerja Islam tidak mengajarkan untuk mendurhakai Allah dalam  bekerja  .  Yaitu  meningkatkan  kejujuran,  keadilan  dan  semangat  dalam  bekerja  sehingga  target  dapat  tercapai  dengan  meningkatnya  produktivitas  tanpa adanya tindakan yang menyimpang seperti korupsi.
Etika  berasal  dari  bahasa  Latin  yaitu  ’etos’  yang  berarti  kebiasaan.
Sedangkan  bahasa  Arabnya  ’Akhlak’,  yang  berarti  budi  pekerti.  Keduanya  bisa  diartikan  sebagai  suatu  kebiasaan  atau  adat  istiadat  (custom  atau  mores),  yang  menunjuk  kepada  perilaku  manusia  itu  sendiri,  tindakan  atau  sikap  yang dianggap  benar atau baik.
 Dalam kamus bahasa Indonesia etos  kerja  adalah  semangat  kerja  yang  menjadi  ciri  khas  seseorang  atau  suatu  kelompok.
 Menurut  Ibnu  Maskawaih,  akhlak  merupakan  bentuk  jamak  dari  khuluq yang  berarti  keadaan  jiwa  yang  mengajak  seseorang  melakukan  perbuatan-perbuatan  tanpa  memikirkan  dan  memperhitungkan  sebelumnya  yang dapat dijadikan  fitrah  manusia ataupun hasil dari  latihan-latihan  yang  telah  dilakukan,  hingga  menjadi  sifat  diri  yang  dapat  melahirkan  khuluq yang  baik.
 Dalam  pengertian  lain  akhlak  atau  etika  dalam  terminologi  Prof.  Dr.  Ahmad  Amin,  kesimpulannya  etika  adalah  sikap  yang  tetap  dan  mendasar  yang  melahirkan  perbuatan-perbuatan  dengan  mudah  dalam  pola  hubungan antara manusia dengan dirinya dan diluar dirinya.
 http://spesialis-torch.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=37 diakses  padatanggal 23 september 2011 pada pukul 19.
 Ali Hasan, op.cit, h. 1  Kh.  Toto  Tasmara,  Membudayakan  Etos  Kerja  Islami,  Jakarta  :  Gema  Insani  Press,  2002, h. 15.
 H. Undang Ahmad Kamaludin dan Muhammad Alfan, Op.cit, h. 103   Etika  kerja  Islam  menekankan  pekerjaan  kreatif  sebagai  sumber  kebahagiaan dan prestasi. Kerja keras dianggap sebagai kebajikan dan orang  yang  bekerja  keras  lebih  besar  kemungkinan  hidupnya  maju,  sebaliknya  tidak  bekerja  keras  dianggap  menyebabkan  kegagalan.  Nilai  pekerjaan  di  dalam etika kerja Islam dihasilkan dari keinginan yang menyertai, bukannya  dari  hasil  pekerjaan.  Ali  (1988)  mengungkapkan  bahwa  keadilan  dan  kebaikan  di  tempat  kerja  adalah  kondisi-kondisi yang  dibutuhkan  untuk  kemakmuran masyarakat.
Permasalahan  lain  dalam  peningkatan  produktivitas  kerja  adalah  motivasi kerja. Target suatu perusahaan akan dapat tercapai apabila kinerja  dari  karyawan  yang  ada  didalamnya  mempunyai  motivasi  yang  tinggi.
Upaya  membedah  teori  motivasi  berangkat  dari  beberapa  asumsi  yang  mendasari  konsep-konsep  tentang  motivasi,  Stoner,  dalam  Winardi  ,  mengemukakan asumsi tentang teori motivasi yaitu sebagai berikut : 1.  Pendapat umum bahwa motivasi merupakan suatu hal yang baik 2.  Motivasi  merupakan  salah  satu  dari  berbagai  faktor  yang  masuk  ke dalam kerja seseorang 3.  Memotivasi merupakan hal yang langka dan ia memerlukan penggantian  secara periodik.
4.  Memotivasi adalah sebuah alat dengan apa para manajer dapat mengatur  dengan hubungan-hubungan pekerjaan di dalam organisasi.
 Winardi,  Memotivasi  Pemotivasian  Dalam  Manajemen,  Jakarta  :  Raja  Grafindo  Persada, 2001, h. 67.    Di  dalam  Al-Qur’an  terdapat  ayat  yang  menyuruh  dan  memotivasi  bekerja.  Dengan  bekerja  dan  berpenghasilan  manusia  dapat  memenuhi  kebutuhan-kebutuhannya.  Dalam  surat  Al-Jum’ah  ayat  10  Allah  telah  menegaskan : Artinya:  apabila  telah  ditunaikan  shalat,  Maka  bertebaranlah  kamu  di  muka  bumi;  dan  carilah  karunia  Allah  dan  ingatlah  Allah  banyak-banyak supaya kamu beruntung  .
Sedangkan  Motivasi kerja  dalam  Islam  itu  adalah  untuk  mencari  nafkah  yang  merupakan  bagian  dari  ibadah.  Motivasi  kerja  dalam  Islam bukanlah  untuk  mengejar  hidup  hedonis,  bukan  juga  untuk  status,  apa  lagi  untuk mengejar kekayaan dengan segala cara. Tapi untuk beribadah. Bekerja  untuk  mencari  nafkah  adalah  hal  yang  istimewa  dalam  pandangan  Islam.
Dalam  sebuah  hadist  diriwayatkan  :  Sesungguhnya  Allah  suka  kepada  hamba  yang  berkarya  dan  terampil  (professional  atau  ahli).  Barangsiapa  bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan  seorang mujahid di jalan Allah Azza wajalla.(HR. Ahmad)  .
Ketika  motivasi  dikaitkan  dengan  niat  dan  niat  dikaitkan  dengan  keikhlasan  maka  hal  ini  sangat  sulit  diukur,  namun  yang  perlu  digaris  bawahi  terlepas  dari  keikhlasan  dan  riya  ketika  motivasi  itu  dibahas  dan   Al-Qur’an Digital, Surat Al-Jum’ah, Ayat 10   http://ummuhanik.wordpress.com/about/jendela-keluarga/motivasi-kerja-dalam-islam/ diakses pada tanggal 9 Nopember 2011 pukul 19.30 WIB    dibicarakan  maka  ada  persamaannya  yaitu  sama–sama  sulit  diklaim  secara  mutlak namun hanya bisa diprediksi kemungkinannya  .
Menurut Asep Ridrid Karana  .kata niat jika disejajarkan lebih tinggi  daripada motivasi karena motivasi seorang muslim harus timbul karena niat  pada  Allah.  Pada  prakteknya  kata  motivasi  dan  niat  hampir  sama–sama  dipakai dengan arti yang sama, yaitu bisa kebutuhan (need), desakan (urge),  keinginan (wish), dorongan (drive) atau kekuatan . Walaupun dalam bahasa  Inggris  intention  diartikan  niat  dan  motivation  dengan  motivasi  namun  dalam berbagai penelitianpun kata motivasi yang digunakan.
Manusia  diciptakan  tidak  lain  hanyalah  untuk  beribadah  pada  Allah  . Semua aspek kehidupan bisa bernilai ibadah ketika diniatkan karena  Allah.  Hal  ini  dikuatkan  dengan  sebuah  hadits  dari  Umar  radhiyallahu  anha  ,  Memurnikan  niat  karena  Allah  semata  merupakan  landasan  amal  yang ikhlas. Maksud niat disini adalah pendorong kehendak manusia untuk  mewujudkan  suatu  tujuan  yang  dituntutnya.  Maksud  pendorong  adalah  penggerak kehendak manusia yang mengarah pada amal. Sedangkan tujuan  pendorongnya banyak sekali dan sangat beragam  .
Dari  pemaparan  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  motivasi  itu  dipengaruhi  dari  dalam  dan  luar  diri.  Motivasi  yang  kuat  adalah  lahir  dari   http://ekisonline.com/component/content/article/39-sumber-daya-manusia/185-motivasi-dalam-islam.htmldiakses pada tanggal 20 Agustus 2011 pukul 22.30 WIB  Kepala  Bagian  SDM  Yayasan  Daarut Tauhiid,  Hasil  wawancara  Asep  Ridrid  Karana tanggal 13 Agustus 20  Adz-Dzariyaat (51):56. dan Al-Baiyinah (98):5.
 The Hadisth Sofware, Revelation, Shahih Bukhari, Vol 1,Book1.
 Yusuf  Al  Qardhawy,  Niat  dan Ikhlas,  Cet-Ke  13,  Jakarta Timur;  Pustaka  Al-Kaustar,  2005, h.17-.
 dalam  diri  sendiri.  Seseorang  yang  termotivasi  akan  melaksanakan  upaya  substansial  guna  menunjang  tujuan-tujuan  produksi  kesatuan  kerjanya  dan  organisasi  dimana  ia  bekerja.  Sedangkan  seseorang  yang  tidak  termotivasi  hanya  memberikan  upaya  minimum  dalam  hal  bekerja  .  Namun  di  Indonesia bekerja masih dianggap sebagai sesuatu yang rutin. Bahkan pada  sebagian  karyawan,  bisa  jadi  bekerja  dianggap  sebagai  beban  dan  paksaan  terutama bagi orang yang malas. Pemahaman tentang etika kerja Islam dan  motivasi  kerja  islami  juga  masih  lemah,  khususnya  di  lembaga  keuangan  syari’ah.
Dari  pemikiran  ini  didapatkan  bagaimana  cara  untuk  meningkatkan  produktifitas kerja dengan menerapkan etika dan motivasi kerja Islam yang  tinggi. Setiap manajer pasti selalu menginginkan karyawannya untuk bekerja  secara  maksimal  agar  produktifitas  meningkat.  Akan  tetapi  menuntut terus  menerus  karyawan  tanpa  melihat  kondisi  mereka  bukanlah  hal  yang  bijaksana,  malah  dapat  membuat  karyawan  patah  semangat  atau  kondisi  fisiknya  menurun.  Hal  ini  menjadi  tugas  para  manajer  untuk  senantiasa  memotivasi  karyawannya  agar  dapat  bekerja  sesuai  dengan  target. Dalam  perbankan,  motivasi  juga  sangat  penting  bagi  karyawan.  Karyawan  yang  memiliki motivasi tinggi otomatis akan meningkatkan semangatnya.
Pada  penelitian  ini  penulis  menerapkan  pada  perbankan  syari’ah.
Perkembangan  Bank  Syariah  di  Indonesia  tergolong  pesat.  Dengan  adanya  Undang-Undang  no  10  tahun  1998  dalam  waktu  kurang  dari  15  tahun   Winardi, op.cit, h.68   banyak  Bank-Bank  yang  semula  bersifat  konvensional  akhirnya  membuka  Cabang Perbankan yang bersifat syariah. Perusahaan-perusahaanPerbankan  tersebut  bukanlah  hanya  sekedar  mencoba  untuk  mengembangkan  prinsip  syariah  di  Indonesia,  tetapi  faktor  yang  lebih  penting  adalah  produktivitas  dan peningkatan  untuk dibentuknya Perbankan syariah.  Perbankan syariah  mulai dipakai dan diminati oleh bukan hanya negara-negara Islam, tetapi di  Eropa  juga  telah  mengembangkan  prinsip-prinsip  syariah  pada  sektor  Perbankan mereka karena Perbankan syariah mampu bertahan dalam gejolak  tingkat suku bunga yang tinggi.
Di  Indonesia  banyak  bermunculan Bank-Bank  yang  operasionalnya  yang berlandaskan syariah. Akan tetapi, munculnya perbankan syariah tidak  cukup  untuk  mendukung   pertumbuhan penghimpunan  dana  dari  pihak  ketiga  (DPK)  atau  dari  masyarakat  Perbankan  Syariah  Indonesia.  Terbukti  jelas dalam grafik 1.1 :   Sumber : Outlook Perbankan Syariah Indonesia 20 Dari  grafik  diatas,  jumlah  penghimpun  dana  Perbankan  Syariah  di  Indonesia dari tahun ke tahun memang mengalami peningkatan. Akan tetapi  permasalahannya  adalah  pertumbuhan  jumlah  dana  yang  dihimpun  Perbankan  Syariah  di  Indonesia  itu  mengalami  penurunan  dan  tidak  konsisten.  Sampai  dengan  pertengahan  tahun  2010  kinerja  penghimpunan  dana  Perbankan  Syariah  sempat  melambat  hingga  pertengahan  2010.
 Untuk meningkatkan  pertumbuhan  penghimpunan  dana  dari  masyarakat  di  Indonesia. Perbankan  Syariah  di  Indonesia  perlu  bekerja  keras  untuk  meningkatkan produktivitas kerja.
 Direktorat Perbankan Syariah,  Outlook Perbankan Syariah Indonesia 2011,  Jakarta:  Bank Indonesia, 2011, hlm. 39.
 Salah satu BUS  yang ada di wilayah Semarang, yaitu BNI Syari’ah.
Pada  data  yang  diperoleh  dari  koran  Jawa  Pos  tertanggal  8  Oktober  2011  menyebutkan  bahwa  pertumbuhan  dan  kinerja  perbankan  syari’ah  di  tanah  air melaju pesat. Tapi itu tidak dibarengi ketersediaan sumber daya manusia  (SDM).
Minimnya  jumlah  SDM  dapat  menjadi  penghambat  utama  perkembangan  perbankan  syari’ah  kedepan.  Dalam  koran  ini  Dirut  BNI  Syari’ah  Rizqullah  mengatakan,  ”dalam  tiga  tahun  kedepan  industri  perbankan syari’ah secara nasional  membutuhkan 30 ribu tenaga  baru, tapi  SDM yang tersedia hanya berkisar 50%”. Selain itu, beliau juga menyatakan  ”minimnya  SDM  berkualitas  ini  dapat  berdampak  pada  produktivitas  dan  perkembangan  bank  syari’ah.  Sebab  keterbatasan  tenaga  kerja  membuat  industri perbankan syari’ah tidak bisa melakukan ekspansi cepat”. Suplai itu  banyak  berasal  dari  perguruan  tinggi  yang  membuka  jurusan  ekonomi  syari’ah,  namun  yang  terserap  tidak  bisa  langsung  fungsional.  ”perbankan  masih harus mendidik lagi, karena SDM yang siap pakai masih terbatas”.
 Untuk  SDM,  BNI  syari’ah  tahun  ini  telah  merekrut  500  pegawai  baru. Tahun depan akan bertambah lagi menjadi 1200 orang seiring dengan  berkembangnya  jaringan.  Hal  ini  juga  diungkapkan  oleh  Direktur  Bisnis  BNI syari’ah yang mengatakan ”pada 2012 BNI Syari’ah akan membuka 40  outlet sehingga total jaringan tahun kedepan adalah 153 kantor”. Dari data  ini menunjukkan bahwa kebutuhan tenaga kerja yang banyak tidak didukung   Dio,  Perbankan  Syari’ah  Minim  SDM  Siap  Pakai,  Jawa  Pos  Edisi  Sabtu,  8  Oktober  2011. h.7   dengan  ketersediaan  SDM  yang  berkualitas  dan  siap  pakai.  Hal  ini  merupakan  identifikasi adanya  masalah  yang  mengakibatkan produktivitas  perbankan  syari’ah  mengalami  penurunan  dan  peningkatan.  Karena  tidak  tercukupinya  kebutuhan  SDM  agar  produktivitas  perbankan  syari’ah  dapat  melaju  pesat.  Selain  masalah  tersebut,  penelitian  ini  dilakukan  untuk  membuktikan argumentasi dari beberapa  literatur yang  menyatakan bahwa  etika  dan  motivasi  adalah  salah  satu  faktor  yang  dapat  mempengaruhi  produktivitas.
Dari  uraian  permasalahan  diatas,  penulis  mencoba  suatu  penelitian  tentang seberapa besar pengaruh etika kerja Islam dan motivasi kerja Islam  terhadap produktivitas kerja yang berjudul, “ PENGARUH ETIKA KERJA  DAN  MOTIVASI  KERJA  ISLAM  TERHADAP  PRODUKTIVITAS  KERJA  KARYAWAN”.  Studi  penelitian  ini  pada  karyawan  Bank  Negara  Indonesia Syari’ah di wilayah kota Semarang.
1.2.  Rumusan Masalah.
Etika  kerja  dan  motivasi  kerja  Islami  memegang  peranan  penting  dalam  upaya  peningkatan  produktivitas  kerja  pada  lembaga  keuangan  syari’ah,  bahkan  sudah  seharusnya  lembaga  keuangan  syari’ah  menggunakan nilai-nilai syari’at Islam dalam segala aktifitasnya. Agar dapat  tercapainya kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Berdasarkan uraian diatas  dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut:   1.  Adakah pengaruh yang signifikan antara Etika kerja dan motivasi kerja  Islami terhadap peningkatan produktifitas kerja? 2.  Seberapa  besar  pengaruh  Etika  kerja  dan  motivasi  kerja  Islami  secara  parsial dan simultan terhadap peningkatanproduktifitas kerja? 1.3.  Tujuan dan Manfaat Penulisan.
Tujuan penelitian  ini adalah untuk membuktikan  apakah etika kerja  dan motivasi kerja Islam berpengaruh terhadap produktifitas. Disamping itu  untuk  membuktikan  argumen  dalam  literatur  maupun  jurnal  yang  menyatakan bahwa etika dan motivasi dapat mempengaruhi produktifitas.
Hasil  penelitian  ini  diharapkan  dapat  memberikan  kontribusi  pada  pengembangan  teori  terutama  yang  berkaitan  dengan  etika  kerja  dan  motivasi kerja Islam. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan  kontribusi  praktis  bagi  perbankan  khususnya  Bank  Umum  syari’ah  (BUS)  dan  Unit  Usaha  Syari’ah  (UUS)  guna  kesuksesan  perencanaan  dan  implementasi lingkungan kerja Islam.



Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi