Senin, 25 Agustus 2014

Skripsi Syariah: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENALTI PADA PENGAMBILAN SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA

BAB I.
PENDAHULUAN.
A.  Latar Belakang Masalah.
Peran  strategis  lembaga  keuangan  bank  dan  lembaga  keuangan  non  bank  adalah  sebagai  wahana  yang  mampu  menghimpun  dan  menyalurkan  dana  masyarakat  secara  efektif  dan  efisien  ke  arah  peningkatan  taraf   hidup  rakyat.  Lembaga  keuangan  bank  dan  bukan  bank  merupakan  lembaga  perantara  keuangan  sebagai  prasarana  pendukung  yang  amat  vital  untuk  menunjang kelancaran perekonomian.

Selain  giro  dan  tabungan,  produk  perbankan  syariah  lainnya  yang  termasuk  produk  penghimpunan  dana  adalah  deposito.  Berdasarkan  undangundang   nomor  21  tahun  2008  tentang  perbankan  syariah,  yang  dimaksud dengan deposito adalah inveasi dana berdasarkan akad  mudharabah  atau akad  lain  yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat  dilakukan  pada  waktu  tertentu  berdasarkan  akad  antara  nasabah  penyimpan dan Bank syariah.
Adapun yang dimaksud dengan deposito syariah adalah deposito yang  dijalankan  berdasarkan  prinsip  syariah.  Dalam  hal  ini,  Dewan  Syariah  M Sholahudin, Lembaga Ekonomi Dan Keuangan Islam, Surakarta: Muhammad University  Press, 2006, hlm, .
Zubair Hasan, Undang- Undang Perbankan Syariah, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, hlm,  262.
Nasional  MUI  telah  mengeluarkan  fatwa  yang  menyatakan  bahwa  deposito  yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah.
Dalam  hal  ini,  BMT  bertindak  sebagai  mudharib  (pengelola  dana),  sedangkan  anggota  bertindak  sebagai  shohibul  maal  (pemilik  dana).  Dalam  kapasitasnya  sebagai  mudharib,  BMT  dapat  melakukan  berbagai  macam  usaha  yang  tidak  bertentangan  dengan  prinsip  syariah  serta  mengembangkannya,  termasuk  melakukan  akad  mudharabah  dengan  pihak  ketiga.
Dengan  demikian,  BMT  dalam  kapasitasnya  sebagai  mudharib memiliki  sifat  sebagai  seorang  wali  amanah,  yakni  harus  berhati-hati  atau  bijaksana serta beritikad baik dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang  timbul akibat kesalahan atau ke lalainnya.  Disamping itu, BMT juga bertindak  sebagai  kuasa  dari  usaha  bisnis  pemilik  dana  yang  diharapkan  dapat  memperoleh keuntungan seoptimal mungkin tanpa melanggar berbagai aturan  syariah.
Dari  hasil  pengelolaan  dana  mudharabah,  BMT  akan  membagihasilkan  kepada  pemilik  dana  sesuai  dengan  nisbah  yang  telah  disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Dalam mengelola  dana tersebut, BMT  tidak  bertanggung  jawab terhadap kerugian  yang  bukan  disebabkan  oleh  kelalaiannya.  Namun,  apabila  yang  terjadi  adalah  mis  management  (salah  urus), BMT  bertanggung  jawab penuh  terhadap kerugian  tersebut.
Sebagaimana  pemberitaan  melalui  media  cetak  maupun  elektronik,  bahwa kabar likuidasi 16 Bank Nasional pada tahun 1997 bukan semata-mata  disebabkan  oleh  sumber  daya  manusia  yang  tidak  amanah.  Tutupnya  Bank  Global,  perserikatan  dan  BPR  telah  mempertebal  sejarah  hitam  Perbankan  Nasional, tetapi dilain pihak, perbankan  yang dikembangkan dengan sistem  syariah justru eksis dan terus berjaya.
Hal   ini  semakin  memperkuat  keyakinan  bahwa  lembaga  keuangan  yang  dioperasikan  dengan  sistem  syariah  lebih  mampu  bertahan,  yang  kemudian diikuti tumbuhnya koperasi-koperasi Simpan Pinjam yang berbasis  syariah yang dikenal dengan “Baitul Maal Wa Tamwil”.
Secara  harfiah  baitul  maal  berarti  rumah  dana  dan  baitut  tamwil berarti  rumah  usaha.  BMT  merupakan  organisasi  bisnis  yang  juga  berperan  sosial.  Peran  sosial  BMT  akan  terlihat  pada  definisi  baitul  maal,  sedangkan  peran bisnis BMT terlihat dari definisi baitut tamwil.
Sebagai  lembaga  bisnis,  BMT  lebih  mengembangkan  usahanya  pada  sektor  keuangan,  yakni  simpan  pinjam.  Usaha  ini  seperti  usaha  perbankan  yakni  menghimpun  dana  anggota  dan  calon  anggota  (nasabah)  serta  menyalurkannya  kepada  sektor  ekonomi  yang  halal  dan  menguntungkan.
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih Dan Keuangan, Jakarta: PT RajaGrafindo  Persada, 2004, hlm, 277-27Brosur BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna Tegal   Namun  demikian,  terbuka  luas  bagi  BMT  untuk  mengembangkan  lahan  bisnisnya  pada  sektor  riil  maupun  sektor  keuangan  lain  yang  dilarang  dilakukan  oleh  lembaga  keuangan  bank.  Karena  BMT  bukan  bank,  maka  ia  tidak tunduk pada aturan perbankan.
Baitut  Tamwil  adalah  lembaga  keuangan  yang  kegiatan  utamanya  menghimpun  dana  masyarakat  dalam  bentuk  tabungan  (simpanan)  maupun  deposito  dan  menyalurkannya  kembali  kepada  masyarakat  dalam  bentuk  pembiayaan  berdasarkan  prinsip  syariah  melalui  mekanisme  yang  lazim  dalam dunia perbankan.
BMT tumbuh sebagai upaya menopang ekonomi kelas bawah sebagai  wujud  kepedulian  masyarakat  bersama-sama  pemerintah  membangun  Indonesia agar mampu dan bangkit menghadapi krisis yang berkepanjangan.
Maka  dari  itu  Pengurus  MWC  NU  Adiwerna  melalui  lembaga  Perekonomian NU bersama anggota membentuk suatu Lembaga Keuangan  Syariah,  dan  pada  hari  Ahad  04  Maret  2002  didirikan  BMT  Syirkah  Muawanah MWC NU Adiwerna.
BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna merupakan BMT yang  berdiri  dikabupaten  Tegal  tepatnya  di  Jl.  Raya  Kalimati  No.  15  Kecamatan  Adiwerna Kabupaten Tegal.
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII Press,  2004, hlm, 126.
.Makhalul Ilmi SM, Teori Dan Praktek Mikro Keuangan Syariah, Yogyakarta: UII Press,  2002, hlm, 67.
BMT  Syirkah  Muawanah  MWC  NU  Adiwerna  Tegal  salah  satu  lembaga keuangan Islam yang menawarkan simpanan  mudharabah  berjangka  (deposito).  Penarikan  simpanan  mudharabah  hanya  dapat  dilakukan  pada  waktu tertentu berdasarkan perjanjian  anggota  dan  pihak BMT. Jangka waktu  yang ditawarkan oleh BMT adalah 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan. Terkadang  ada  anggota BMT  yang  membutuhkan  simpanan  tersebut untuk kepentingan  mendadak,  akhirnya  dengan  terpaksa  anggota  menarik  simpanan  tersebut  sebelum  jatuh  tempo.  Karena  anggota  tersebut  mengambil  simpanannya  sebelum  jatuh  tempo  maka  pihak  BMT  akan  memotong  atau  mengenakan  penalti  simpanan  tersebut.  Besar  penalti  atau  potongan  yang  dikenakan  kepada  anggota  tersebut  tergantung  kesepakatan  dari   pihak  anggota  dan  BMT. Dalam kegiatan  mudharabah  berjangka di BMT ini peristiwa  tersebut  pernah terjadi namun kuantitasnya rendah.
Pada  tahun  2011  tercatat  50  orang  yang  menjadi  anggota  simpanan  mudharabah  berjangka  (Deposito)   di  BMT  Syirkah  Muawanah  MWC  NU  Adiwerna  Tegal dan diantara 50 anggota tersebut ada 3 orang anggota yang  dikenai penalti.
Berdasarkan  latar  belakang  diatas,  penulis  tertarik  untuk  melakukan  penelitian  tentang  TINJAUAN  HUKUM  ISLAM  TERHADAP  PENALTI PADA  PENGAMBILAN  SIMPANAN  MUDHARABAH  BERJANGKA  (DEPOSITO)  SEBELUM  JATUH  TEMPO  DI  BMT  SYIRKAH MUAWANAH MWC NU ADIWERNA TEGAL.   B.  Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar  belakang diatas,  yang menjadi permasalahan  adalah sebagai berikut:  1.  Bagaimana  praktek  penalti  pada  pengambilan  simpanan   mudharabah berjangka  (deposito)  sebelum  jatuh  tempo  di  BMT  Syirkah  Muawanah  MWC NU Adiwerna Tegal.
2.  Bagaimana  pandangan  hukum  Islam  terhadap  penalti  pada  pengambilan  simpanan   mudharabah  berjangka  (deposito)  sebelum  jatuh  tempo  di  BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna Tegal.
C.  Tujuan Dan Manfaat Penelitian.
Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan di atas maka tujuan  penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:  1.  Untuk mengetahui praktek penalti pada pengambilan simpanan  mudharabah berjangka (deposito) sebelum jatuh tempo di BMT Syirkah  Muawanah MWC NU Adiwerna Tegal, 2.  Untuk mengetahui pandangan hukum Islam terhadap penalti pada  pengambilan simpanan mudharabah  berjangka (deposito) sebelum jatuh  tempo di BMT Syirkah Muawanah MWC NU  Adiwerna Tegal, Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1.  Menambah  wawasan  keilmuan  terutama  dibidang  permasalahan  pelaksanaan simpanan mudharabah  berjangka (deposito) serta diharapkan  dapat  digunakan  sebagai  pemikiran  alternatif  mengenai  permasalahan  diatas.
2.  Bagi BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna Tegal penelitian ini  dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan  dalam mengambil kebijakan  juga  sebagai  masukan  dalam  meningkatkan  pelayanan  kepada  anggotanya.



Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi