Senin, 25 Agustus 2014

Skripsi Syariah: Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Akad Musyarakah wal Ijarah

BAB I .
PENDAHULUAN .
A.  LATAR BELAKANG.
Saat  ini  rumah  menjadi  sebuah  kebutuhan  setiap  manusia.  Sehingga  permintaan  dari  tahun  ke  tahun  pun  akan  terus  mengalami  peningkatan  seiring dengan perubahan angka pertumbuhan penduduk di suatu negara atau  daerah.  Hal  ini  pun  berimplikasi  terhadap  harga  rumah  yang  terus  berubah  sesuai dengan banyaknya permintaan akan perumahan. Pada saat pendapatan  perkapita  naik,  maka  harga  rumah  pun  akan  mengalami  kenaikan.  Keadaan  ini  terjadi  dalam  keadaan  perekonomian  suatu  negara  mengalami  pertumbuhan.

Kebutuhan manusia akan tempat tinggal merupakan hal yang menjadi  kebutuhan primer tanpa membeda-bedakan suku, ras, agama, jenis kelamin,  dan berbagai aspek sosial lainnya. Saat ini, tidak semua orang mampu untuk  membeli  rumah  karena  tidak  adanya  kemampuan  daya  beli,  dan  juga  tidak  semua  orang  memenuhi  syarat  untuk  melakukan  pinjaman  ke  bank  syariah  maupun konvensional.
Dalam Islam, pembiayaan untuk membantu masyarakat dalam rangka  memenuhi  kebutuhan  akan  rumah  pun  bisa  menjadi  prioritas  dalam  mewujudkan keadilan. Sehingga target pasarnya pun tidak hanya orang-orang  yang  memenuhi  kriteria  bank.  Tidak  hanya  orang  yang  mampu  saja  yang  berhak mendapatkan pinjaman, tetapi juga masyarakat yang tidak mampu pun  15  berhak  untuk  mendapatkan  fasilitas  pembiayaan.  Sebuah  instrumen  pembiayaan  perumahan  harus  memenuhi  akad  atau  kontrak  yang  diperbolehkan  oleh  aturan  Syariah.  Salah  satunya  adalah  mencegah  dari  transaksi  yang  menimbulkan  riba,  gharar  dan  maisir.
  Sebagaimana  ditegaskan  di  dalam  Al-Qur’an  antara  lain  dijelaskan  dalam  ayat-ayat  sebagai berikut:  Artinya : “Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia  bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi  Allah.  dan  apa  yang  kamu  berikan  berupa  zakat  yang  kamu  maksudkan  untuk  mencapai  keridhaan  Allah,  Maka  (yang  berbuat  demikian)  Itulah  orang-orang  yang  melipat  gandakan  (pahalanya).”  (QS  Ar-Ruum  ayat:  Artinya:”Dan  disebabkan  mereka  memakan  riba,  Padahal  Sesungguhnya  mereka  telah  dilarang  daripadanya,  dan  karena  mereka  memakan  harta  benda  orang  dengan  jalan  yang  batil.  Kami  telah  menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang  pedih.”  (QS An-Nisaa’ ayat :161)  http://viewislam.wordpress.com/2010/06/24/skema-pembiayaan-perumahan-syariah/ (29/4/2011 /19:50 )   Depag RI, Alqur’an Dan Terjemahnya, Semarang: CV. Diponegoro, 2005, hlm. 32   Ibid, hlm. 82  16  Dalam hal ini akad musyarakah wal ijarah merupakan salah satu akad  pembiayaan  yang  digunakan  dalam  perbankan  syari’ah  sebagai  akad  pembiayaan  pada  produk  Kongsi  Pemilikan  Rumah  Syariah  (KPRS).  Akad  Musyarakah merupakan  akad  kerja  sama  antara  dua  pihak  atau  lebih  untuk  suatu  usaha  tertentu  dimana  masing-masing  pihak  memberikan  kontribusi  dana  dengan  kesepakatan  bahwa  keuntungan  dan  resiko  akan  ditanggung  bersama sesuai dengan kesepakatan.
 Musyarakah merupakan  istilah  yang  sering  dipakai  dalam  konteks  skim  pembiayaan  syari’ah.  Istilah  ini  berkonotasi  lebih  terbatas  dari pada  istilah Syirkahyang lebih umum digunakan dalam Fiqh Islam. Syirkah berarti  sharing  “berbagi”,  dan  di  dalam  terminologi  Fiqh  Islam  dibagi  dalam  dua  jenis:   a)  Syirkah  al-  milk  atau  syrikah  amlak atau  syirkah  kepemilikan,  yaitu:  kepemilikan  bersama  dua  pihak  atau  lebih  dari  suatu  properti, dan b)  Syirkah  al-  ‘aqd  atau  syirkah  akad,  yang  berarti  kemitraan  yang  terjadi  karena  adanya  kontrak  bersama,  atau  usaha  komersial  bersama.
Ulama’ Hanfiyah mengemukakan bahwa rukun  Syirkah, baik  Syirkah al-  Amlak maupun  Syirkah  al-‘Uqud dengan  segala  bentuknya  adalah  ijab  (ungkapan  penawaran  melakukan  perserikatan)  dan  qabul  (ungkapan   Muhammad Syafi’i Antonio, Bank  Syariah Dari teori ke praktek,Jakarta: Gema Insani  Press. Cet. 1, 2001, hlm.
 Ascarya,  Akad dan Produk bank syari’ah, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Ed. 1,  2008, hlm. 49    17  penerimaam  perserikatan).  Menurut  jumhur  ulama’,  rukun  perserikatan  itu  ada tiga yaitu:  shigat(lafad), ijab dan qabul, kedua orang yang berakad, dan  obyek akad. Bagi ulama Hanafiyah, orang yang berakad dan objeknya bukan  termasuk rukun tetapi termasuk syarat.
 Sedangkan  akad  Ijarah adalah  akad  sewa  menyewa  yang  mana  pemilik dana membeli barang yang dimaksud dan kemudian menyewakannya  kepada yang membutuhkan aset tersebut, bentuk pembiayaan ini merupakan  salah  satu  teknik  pembiayaan  ketika  kebutuhan  pembiayaan  investor  untuk  membeli  aset  terpenuhi.  Dan  investor  hanya  membayar  sewa  pemakaian tanpa  harus  mengeluarkan  modal  yang  cukup  besar  untuk  membeli  aset  tersebut. Rukun dari akad Ijarahyang harus dipenuhi dalam transaksi yaitu:   1)  Pelaku  akad,  yaitu  musta’jir (penyewa)  adalah  pihak  yanmg  menyewa  aset,  dan  mu’jir/  muajir (pemilik)  adalah  pihak  pemilik  yang menyewakan aset.
2)  Objek akad, yaitu  ma’jur(aset yang disewakan), dan  ujrah(haraga  sewa): dan  3)  Shighah,yaitu: ijab dan qabul.
Transaksi  Ijarah dilandasi  dengan  adanya  perpindahan  manfaat  (hak  guna),  bukan  perpindahan  kepemilikan  (hak  milik).  Jadi  pada  dasarnya  prinsip  Ijarah sama  saja  dengan  prinsip  jual  beli,  tapi  perbedaanya  terletak   Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah,Jakarta: Gaya Media Pratama, Cet. 2, 2007, hlm.1  Ascarya, Op. Cit , hlm. 101  18  pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya barang, pada  Ijarah objek transaksinya adalah manfaat.
 Secara  umum  akad  Musyarakah  wal  Ijarah  yang  digunakan  dalam  Kongsi  Pemilikan  Rumah  Syariah  (KPRS)  memiliki  kekhususan,  dalam  hal ini bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja sama antara bank dan nasabah  adalah nasabah menyerahkan bagian modalnya sebagai bentuk  syirkah  dalam  kepemilikan obyek akad (rumah) pada Bank, dalam hal ini Bank Muamalat  Indonesia  menetapkan  nasabah  dapat  memberikan  modal  (syirkah)  minimal  10 % dari harga jual rumah, kemudian bank menyediakan dana sisanya untuk  pengadaan rumah tersebut.
 Kemudian  nasabah  dapat  menyewa  rumah  tersebut  kepada  bank  dengan  ketentuan  dan  perjanjian  bahwa  diakhir  masa  sewa  rumah  tersebut akan  menjadi  milik  nasabah  sepenuhnya  atau  nasabah  akan  melunasi  porsi  kepemilikan  bank  terhadap  rumah  tersebut  sehingga   rumah  tersebut  dapat  dimiliki sepenuhnya oleh nasabah.
Pada pelaksanaannya, aplikasi produk-produk perbankan Syariah akan  menimbulkan  transaksi  atau  akad  antara  pihak  Bank  Syariah  dan  nasabah  maupun  pihak  terkait  lainnya,  secara  otomatis  menimbulkan  hubungan  hukum  antara  para  pihak  dalam  transaksi  tersebut.  Hubungan  hukum  yang  terjalin  sudah  tentu  akan  menimbulkan  hak  dan  kewajiban  yang  harus  dipenuhi oleh para pihak, dalam beberapa peristiwa dan kondisi kadangkala  hubungan hak dan kewajiban ini menimbulkan konflik.
 Adiwarman karim, Bank Islam Analisis fiqih dan keuangan, Jakarta: PT Raja Grafindo  Persada, Ed.3 , Cet.3 , 2006, hlm. 1  www.MuamalatBank.com (Pembiayaan Hunian Syariah )  19  Berdasarkan  latar  belakang  tersebut  maka  penulis  tertarik  untuk  mengadakan  penelitian  tentang  “Tinjauan  Hukum  Islam  Terhadap  Praktek Akad Musyarakah Wal Ijarah (Studi Kasus Pada Produk Kprs Di Bank Muamalat Indonesia Semarang)”.
B.  RUMUSAN MASALAH .
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:  1.  Bagaimana  praktek  akad  Musyarakah  wal  Ijarah dalam  produk  KPRS pada Bank Muamalat Indonesia Semarang ?  2.  Apakah  pelaksanaan  akad  Musyarakah  wal  Ijarah dalam  produk  KPRS  pada  Bank  Muamalat  Indonesia  Semarang  sudah  sesuai  dengan nilai-nilai Muamalah Islam?  C.  TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN.
1.  Tujuan Penelitian .
a.  Untuk  mengetahui  Bagaimana  praktek  akad  pembiayaan  Musyarakah  wal  Ijarah pada  produk  KPRS  di  Bank  Muamalat Indonesia Semarang.
b.  Untuk  mengetahui  apakah  pelaksanaan  akad  Musyarakah  wal Ijarahsudah sesuai dengan nilai-nilai dalam Muamalah  Islam.
2.  Manfaat Penelitian .
a.  Manfaat bagi penulis.
20  Dengan  melakukan  penelitian  tentang  akad  pembiayaan  Musyarakah  wal  Ijarah pada  produk  KPRS  di  Bank  Muamalat  Indonesia  Semarang.  maka  penulis  akan  mengetahui  bagaimana  pelaksanaan  praktek  akad  Musyarakah  wal  Ijarah pada  produk  KPRS   di  Bank  Muamalat Indonesia Semarang secara komprehensif.
b.  Manfaat bagi pihak lain .
Hasil  penelitian  ini  diharapkan  dapat  memberikan  kontribusi  bagi  perkembangan  ilmu  pengetahuan  baik  secara  teori  maupun  praktis  dan  bisa  dijadikan  sebagai  salah  satu  bahan  referensi  dan  rujukan  untuk  penelitianpenelitian selanjutnya.



Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi