Selasa, 26 Agustus 2014

Skripsi Syariah:ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG No.889/Pid/B/2010/P.N.SMG TENTANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT)

BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah Kekerasan dalam masyarakat sebenarnya bukan suatu hal  yang  asing  didengar.  Kekerasan  sering  dilakukan  bersama  dengan  salah  satu  bentuk  tindak  pidana,  kekerasan  yang  biasa  kerap  terjadi  yakni  di  dalam  rumah  tangga,  kekerasan ini  merupakan  gejala yang telah menjangkiti masyarakat  dunia. Perempuan, menurut banyak laporan, menempati posisi yang rentan  terhadap  terjadinya  tindakan  kekerasan  dalam  rumah  tangga  ini.  Pada  konteks yang lebih umum, kekerasan terhadap perempuan memang menjadi  perbincangan yang terus mengemuka akhir-akhir ini.
 Tindak  pidana  tersebut  dilakukan  dengan  kekerasaan  atau  ancaman  kekerasaan,  sedangkan  cara bagaimana kekerasaan dilakukan atau alat apa  yang  dipakai,  masing-masing  tergantung  pada  kasus  yang  timbul.  Jadi  sifatnya  kasuistis.  Perbuatan  tersebut  dapat  menimpa  siapa  saja,  baik  lakilaki  maupun  perempuan,  dari  anak-anak  sampai  dewasa.  Namun  yang  menarik  perhatian  publik,  adalah  kekerasaan  yang  menimpa  perempuan  (istri).
 Perkara  semacam  ini  bisa  diproses  sampai  ke  pengadilan  jika  menimbulkan  kekerasan  yang  berujung  penganiayaan.  Dalam  Hukum   Cahyadi Takariawan,  Pernik-pernik Rumah Tangga Islami,  Surakarta: Era Intermedia,  2007, hlm. 279.

 Moerti Hadiati Soeroso,  Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif YuridisViktimologis, Jakarta: Sinar Grafika, 2010, Cet ke-1, hlm. 1.
 Pidana    tiada  suatu  perbuatan  dapat  dipidana  kecuali  atas  kekuatan  aturan  pidana  dalam  perundang-undangan  yang  telah  ada  sebelum  perbuatan  dilakukan. Hal ini dikenal dengan azas yang dirumuskan dalam bahasa latin  : “Nullum delictum, nulla poena, sine pravia lege poenali” atau bisa disebut  Azas  Legalitas.  Hal  ini  bisa  dikategorikan  melawan  hukum  sehingga  bisa  dipidanakan karena perkara penganiayaan.
 Hal itu akan menjadi hukuman,  tentunya  hukuman  untuk  pelaku  tersebut,  sedang  hukuman  itu  suatu  penderitaan  atau  siksaan  yang  dijadikan  oleh  negara  terhadap  seseorang,  yang melakukan perbuatan melanggar undang-undang.
 Seperti  yang  diatur  dalam  Kitab  Undang-Undang  Hukum  Pidana  (KUHP) Pasal 351 ayat (3) KUHP tentang penganiayaan yang berbunyi : “Jika  mengakibatkan  mati,  dikenakan  pidana  penjara  paling  lama tujuh tahun”.
 Dan  jika  kekerasan  atau  penganiayaan  tersebut  menimbulkan  kematian  maka  akan  terjerat  pada  pasal  338  KUHP  tentang  kejahatan  terhadap nyawa yang berbunyi : “Barang  siapa  merampas  nyawa  orang  lain,  diancam,  karena  pembunuhan,  dengan  pidana  penjara  paling  lama  lima  belas  tahun” .
Dalam  membina  rumah  tangga  peran  Al-Quran  dan  As-Sunnah  sangat besar dalam mencapai keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah.
 Soedarto, Hukum Pidana 1, Semarang: Yayasan Soedarto, 1990, cet. Ke II, hlm. 22.
 Kansil  dan  Cristine  S.T.  Kansil,  Pengantar  Hukum  Indonesia,  Jakarta:  Sinar  Grafika,  2007, hlm. 289.
 Moeljatno, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Jakarta: Bumi Aksara,  2011, Cet. ke-29, hlm, 125.
 Ibid, hlm. 122   Akan tetapi dalam memahami teks Al-Quran hanya sebagian atau setengahsetengah bahkan menimbulkan tafsir yang berlainan dan menyimpang, tentu  dalam  rumah  tangga  akan  kurang  harmonis,  bahkan  bisa  menimbulkan  percekcokan  yang  bisa  berakibat  kekerasan  dalam  rumah  tangga  (KDRT),  jika  dalam  rumah  tangga  istri  tidak  taat  terhadap  suami  bahkan  melawan  kepada  suami  (nusyuz)  maka  hendaklah  diperingatkan,  jika  tidak  ada  perubahan  maka  pukullah,  hal  ini  sesuai  dengan  Firman  Allah,  Surat  AnNisa ayat 34 yang berbunyi : “Kaum  laki-laki  itu  adalah  pemimpin  bagi  kaum  wanita,  oleh  karena  Allah  telah  melebihkan  sebahagian  mereka  (laki-laki)  atas  sebahagian  yang  lain  (wanita),  dan  karena  mereka  (lakilaki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu  Maka  wanita  yang  saleh,  ialah  yang  taat  kepada  Allah  lagi  memelihara  diri  ketika  suaminya  tidak  ada,  oleh  karena  Allah  telah  memelihara  (mereka).  wanita-wanita  yang  kamu  khawatirkan  nusyuznya,  Maka  nasehatilah  mereka  dan  pisahkanlah  mereka  di  tempat  tidur  mereka,  dan  pukullah  mereka.  kemudian  jika  mereka  mentaatimu,  Maka  janganlah   Nusyuz  adalah kedurhakaan  istri terhadap suami dalam hal ketaatan kepada  Allah. Baca  Kamus  Ilmiah  Populer  Internasional  yang  disusun  oleh  Budiono,  M.A.  Surabaya  :  Alumni  Surabaya, 2005, hlm. 444.
 Soenarjo  Al-Qur’an  dan  Terjemahnya,  Jakarta  :  Yayasan  Penyelenggara  Penterjemah  Al-Quran, 1985, hlm. 123.
 kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya  Allah Maha Tinggi lagi Maha besar” (Q.S. An-Nisa : 34) Di  dalam  surat  mengandung  maksud  untuk  memberi  pengajaran  kepada istri yang  dikuatirkan  pembangkangannya. Maka    mula-mula diberi  nasehat, bila nasehat tidak bermanfaat baru  diperbolehkan memukul mereka  dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas. Bila cara pertama telah ada  manfaatnya janganlah dijalankan cara yang lain dan seterusnya.
Apabila istri tidak menurut atau taat kepada suami  (nusyuz), tentunya  sesuatu  yang  baik  untuk  ditaati  maka  suami  boleh  melakukan  pemukulan  akan tetapi tidak boleh keras atau meninggalkan    bekas pada luka  tersebut,  akan  tetapi  karena  suami  kesal  dan  menyinggung  perasaan  suami  hingga  dibuat marah sehingga terjadi pemukulan atau penganiayaan terhadap istri.
Pada kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dilakukan oleh  suami  terhadap  istrinya  akan  dikenai  pasal  351  ayat  (1)  tentang  penganiayaan yang berbunyi sebagai berikut : “Jika  mengakibatkan  mati,  dikenakan  pidana  penjara  paling  lama tujuh tahun”.
 akan  tetapi  kasus  tersebut  sampai  menghilangkan  nyawa  sehingga  dikenai  Pasal 338 tentang  kejahatan menghilangkan nyawa  yang berbunyi sebagai  berikut : “Barang  siapa  merampas  nyawa  orang  lain,  diancam,  karena  pembunuhan,  dengan  pidana  penjara  paling  lama  lima  belas  tahun” .
 Moeljatno, op. cit., hlm. 125.
 Ibid., hlm. 122.

 Jika kekerasan terhadap istri kemudian mengkibatkan kematian seperti  kasus  yang  diteliti  oleh  penulis  yakni  kekerasan  rumah  tangga  yang  mengakibatkan  kematian.  Kasus  ini  berawal  dari  percekcokan  yang  dilakukan oleh suami istri kemudian berpisah selama kurang lebih 5 bulan.

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi