Selasa, 26 Agustus 2014

Skripsi Syariah:ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PENAMBANGAN BATU (STUDY KASUS DI DESA BOJONG KABUPATEN TEGAL)

 BAB I  PENDAHULUAN
 A.  Latar Belakang Masalah  Sejak  manusia  lahir  ke  dunia  sudah  memerlukan  materi  (harta)  sebagai  bekal  hidup,  karena  manusia  perlu  makanan,  pakaian  dan  papan  (rumah  tempat  berlindung).
Sesudah  beranjak  besar,  keperluan  anak  bertambah  banyak.Disamping  keperluan pokok, ditambah lagi dengan keperluan lainya, seperti biaya pendidikan  dan  biaya-biaya  lainya.Mau  atau  tidak  manusia  harus memeras  otak  dan  kerja  keras untuk menutupi keperluan hidup masing-masing.
Dengan  demikian  Allah  menjadikan  manusia  untuk  hidup  berbangsa,  bersuku-suku  menandakan  bahwa  manusia  tidak  bisa  hidup  sendiri  melainkan  saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lainnya.
Manusia  sebagai  subyek  hukum  tidak  mungkin  hidup  dialam  ini  sendiri  saja,  tanpa  berhubungan  dengan  manusia  lainnya.Eksistensi  manusia  sebagai  mahluk  sosial  sudah  merupakan  fitrah  yang  ditetapkan  oleh  Allah  bagi  mereka.
Suatu  hal  yang  paling  mendasar  dalam  memenuhi  kebutuhan  seorang  manusia  adalah  adanya  interaksi  sosial  dengan  manusia  lain. Dalam  kaitan  dengan  ini,  Islam  datang  dengan  dasar-dasar  dan  prinsip-prinsip yang  mengatur  secara  baik  persoalan-persoalan yang akan dilalui oleh setiap manusia dalam kehidupan sosial  mereka.

Hubungan  antar  sesama  manusia  dalam  Islam  disebut  dengan  istilah  Muamalah.Ajaran  tentang  Muamalah  berkaitan  dengan  persoalan-persoalan  hubungan  antar  sesama  manusia  dalam  memenuhi  kebutuhan  masing-masing,  sesuai  dengan  ajaran  dan  prinsip  yang  terkandung  dalam  Al-qur’an  dan  Assunnah.Itulah sebabnya bidang muamalah tidak bisa dipisahkan dengan nilai-nilai  ketuhanan.Dengan  demikian,  Akidah,  Ibadah  dan  Muamalah  merupakan  tiga  rangkaian yang tidak bisa dipisahkan.
Kata muamalah berasal dari bahasa arab yang secara  etimologi sama dan  semakna  dengan  Al-mufa’alah (Saling  berbuat).  Kata  ini  menggambarkan  suatu  aktifitas  yang  dilakukan  oleh  seseorang  dengan  seseorang  atau  beberapa  orang  dalam memenuhi kebutuhan masing-masing.
 Menurut  istilah,  pengertian  muamalah  dapat  dibagi  menjadi  dua  macam,  yaitu pengertian muamalah dalam arti luas dan pengertian muamalah dalam arti  sempit.  Definisi  muamalah  dalam  arti  luas  dijelaskan  oleh  para  ahli  sebagai  berikut:  a.  Menurut  Muhammad  Yusuf  Musa  sebagaimana  dikutip  oleh  Dr.
Hendi  Suhendi  berpendapat  bahwa  muamalah  adalah  peraturanperaturan  Allah  yang  harus  diikuti  dan  ditaati  dalam  hidup  bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia.
b.  Sedangkan  menurut  Dr.  Hendi  Suhendi  didalam  buku  FiqhMuamalah,Muamalah  adalah  segala  peraturan  yang  diciptakan   Nasrun Haroen, FiqhMuamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama,2007), hal. vii   Hendi Suhendi, FiqhMuamalah, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), hal.1  Allah  untuk  mengatur  hubungan  manusia  dengan  dengan manusia  dalam hidup dan kehidupan.
Dari pengertian dalam arti luas kiranya dapat diketahui bahwa muamalah  adalah  aturan-aturan  (hukum)Allah  untuk  mengatur  manusia  kaitannya  dalam  urusan duniawi dalam pergaulan sosial.
Sedangkan  muamalah  dalam  arti  sempit  (khas),  didefinisikan  oleh  para  ulama sebagai berikut sebagaimana dikutip oleh Dr.Hendi Suhendi di dalam buku  Fiqh Muamalah:  a.  Menurut  Hudlari  Byk,  muamalah  adalah  semua  akad  yang  membolehkan manusia saling menukar manfaatnya.
b.  Sedangkan  menurut  Idris  Ahmad,  Muamalah  adalah  aturan-aturan  Allah  yang  mengatur  hubungan  manusia  dengan  manusia dalam  usahanya  untuk  mendapatkan  alat-alat  keperluan  jasmaninya  dengan  cara yang paling baik.
c.  Dan menurut Rasyid Ridha, Muamalah adalah tukar menukar barang  atau sesuatu yang bermanfaat dengan cara-cara yang telah ditentukan  Dalam  Islam  telah  dijelaskan  macam-macam  bentuk  dan tata  cara  ber  muamalah  seperti  jual  beli,  sewa  menyewa,  bagi  hasil  dan  sebagainya,  namun  tingkat pengetahuan Agama yang berbeda-beda pada setiap orang atau masyarakat  akan mempengaruhi sistem akad yang sering dilakukanoleh masyarakat. Apakah  telah sesuai dengan hukum Islam atau tidak?   Ibid, hal.2  Banyak  masyarakat  melakukan  akad  atau  perjanjian  hanya  berdasarkan  kebiasaan  tanpa  memperhatikan  seluk-beluk  hukumnya  terutama  dalam  hukum  Islam. Seperti persoalan yang terjadi di Desa Bojong, Kabupaten Tegal.
Desa Bojong adalah salah satu Desa di Kabupaten Tegal  yang tanahnya  mengandung  batu-batuan.  Batu-batuan  tersebut  mempunyai  nilai  jual  dan  manfaat.Karena  dapat  digunakan  untuk  berbagai  macam kebutuhan.Sehingga  masyarakat Desa Bojong berinisiatif untuk menambang.
Namun  Penambang  yang  tidak  mempunyai  lahan  pertambangan  mencari  lahan dengan menyewa kepada orang lain.Sementara Pemilik lahan merasa lebih  menguntungkan  jika  lahannya  disewakan.Karena  lahan  tersebut  memiliki  kandungan  batu  dan  kurang  potensial  untuk  pertanian,  sedangkan  pemilik  lahan  tidak punya keahlian untuk menambang.
Praktek  penambangan  batu  di  Desa  Bojong  melibatkan  dua  belah  pihak.Yaitu,  antara  Pemilik  lahan  dan  pengelola  lahan,  kemudian  kedua  belah  melakukan akad  atau perjanjian dimana masing-masingpihak memiliki hak dan  kewajiban.Pihak  Pemilik  lahan  memberikan  lahannya  kepada  Penambang  untuk  di  tambang  batunya  dengan  memberikan  pembayaran  dalam  jangka  waktu  yang  telah ditentukan sesuai dengan kesepakatan.Setelah  akad atau perjanjian berakhir  maka lahan tersebut dikembalikan lagi kepada pemiliknya.
Praktek  tersebut  menurut  masyarakat  Desa  Bojong  disebut  sebagai  perjanjian sewa-menyewa.Perjanjian sewa menurut Syara’ adalah suatu jenis akad  untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian.
Perjanjian  sewa  yang  dilakukan  oleh  masyarakat  Desa Bojong  tentunya  belum sesuai dengan pengertian sewa yang dimaksudkan kerena adanya peralihan  terhadap objek yang diakadkan, sedangkan dalam perjanjian sewa tidak boleh ada  peralihan terhadap materi objek perjanjian.

Penambang  bebas  mengambil  batu  sampai  pada  batas  waktu  yang  ditentukan  atau  sampai  habis  batunya.Berapapun  jumlah  kandungan  batu  yang  dihasilkan,  itulah  yang  menjadi  hak  Penambang.Jadi  yang  menjadi  obyek  akad  dalam  akad  tersebut  adalah  batu  yang  masih  dalam  tanah  dengan  harga  yang  sudah disepakati.

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi