Selasa, 26 Agustus 2014

Skripsi Syariah:TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMINDAHAN HAK SEWA TANAH BONDO DESO KEPADA PIHAK KETIGA DALAM PERJANJIAN SEWA LELANG (Studi Kasus Perjanjian Sewa Lelang Tanah Bondo Deso di Desa Tanjungmojo Kangkung Kendal)

BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah Islam  sebagai  agama  terakhir  merupakan  tuntunan  agama  yang  lengkap  dari kitab-kitab yang diturunkan  sebelumnya berdasarkan firman  Allah dalam surat an-Nahl ayat 89 “Dan  kami  turunkan  kepadamu  Al  Kitab  (Al  Qur’an  untuk menjelaskan segala sesuatu.” 1 Muhammad sebagai pengemban  risalah, mewariskan kepada umat  muslim yakni berupa al-Qur’an dan hadits untuk dijadikan pedoman dalam  kehidupan  sehari-hari,  baik  yang  berupa  ibadah  mahdhoh  atau  ibadah  ghairu mahdhoh.
Ibadah  mahdhoh  yang  berarti  suatu  perbuatan  yang  berhubungan  langsung  dengan  Allah  yang  terumuskan  dalam  fiqh  ibadah  kaitannya  dengan  shalat,  puasa,  zakat  dan  sebagainya.  Di  sini  terjadi  subordinasi  antara manusia sebagai makhluk dan Allah sebagai Khalik.
2 Ibadah  ghairu mahdhoh  adalah suatu perbuatan yang berhubungan  dengan  hablumminnannas  yang  terumuskan  dalam  fiqh  muamalah  kaitannya dengan jual beli, sewa menyewa, utang piutang dan sebagainya.

1 Al-Qur’an al-Karim dan Terjemah Bahasa Indonesia, Kudus: Menara Kudus, 2006,  h.277 2 Abdul Ghofur, Menguak Dinamika Fiqh dan Kontekstualisasinya, dalam Justisia, edisi  35, 2010, h.76    2 Fiqh  muamalah  menurut  Musthafa  Ahmad  Zarqa  dalam  Ghufron  Ajib  adalah hukum-hukum yang berkaitan dengan perbuatan manusia dan  hubungan  sesama  manusia  dalam  urusan  kebendaan,  hak-hak  kebendaan  serta  penyelesaian  perselisihan  di  antara  mereka.  Dapat  dilihat  di  sini  bahwa fiqh muamalah dapat dipahami sebagai hukum perdata  Islam  tetapi  terbatas pada hukum kebendaan dan hukum perikatan.
3 Ruang lingkup fiqh muamalah dibagi menjadi dua. Pertama, ruang  lingkup  al-Muamalah  al-Adabiyah  dan  al-Muamalah  al-Maliyah.  AlAdabiyah  adalah  pembahasan-pembahasan  yang  mengenai  aspek  moral  seperti ridha, tidak terpaksa, transparan, jujur, bebas dari unsur gharar dan  menjauhi  sifat-sifat  seperti  tadlis  (tidak  transparan),  gharar  (tipuan),  risywah (sogok), ikhtikar (penimbunan).
Sedangkan  Al-Muamalah  al-Maliyah  pembahasannya  meliputi  bentuk-bentuk  perikatan  (akad)  tertentu  seperti  jual  beli  (al-Ba’i),  gadai  (rahn), al-Ijarah  (sewa menyewa), al-Istishna’  (pesanan), al-Kafalah  (jasa  tanggungan),  al-Hawalah  (pengalihan  utang),  al-Wakalah  (pemberian  kuasa),  al-Shulh,  al-Syirkah, al-Mudlarabah, al-Hibah, al-Muzara’ah, alMusaqah,  al-Wadi’ah,  al-Ariyah,  al-Qishmah,  al-Qardl  dan  lain  sebagainya.
4 Sewa  menyewa  di  dalam  hukum  Islam  diperbolehkan  karena  ini  tergolong  dalam  al-Muamalah  al-Maliyah.  Dalam  hukum  Islam  sewa  3 Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, Jakarta: Rajawali Press, 2002, h.2 4 M. Yazid Afandi, Fiqh Muamalah dan Implementasinya dalam Lembaga Keuangan  Syariah, Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009, h.8-9  3 menyewa dinamakan  ijarah  yang artinya sewa, jasa, atau  upah/imbalan.
5 Berdasarkan firman Allah   Berkata  dia  (Syu’aib):  ”Sesungguhnya  aku  bermaksud  menikahkan kamu dengan salah seorang dari putriku ini, atas dasar kamu  bekerja denganku delapan tahun, dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun,  maka  aku  tidak  ingin  memberati  kamu.  Dan  kamu  insya  Allah  akan  mendapatiku termasuk orang-orang yang baik .” (Al qashas ayat:27) 6 Dalam  Ghufron  A.  Mas’adi  menyampaikan  pengertian  ijarah menurut  terminologi  para  fuqaha  sebagai  berikut,  ”  Menurut  fuqaha Hanafiyah,  ijarah  adalah  akad  atau  transaksi  terhadap  manfaat  dengan  imbalan.  Menurut  fuqaha  Syafi’iyah  ijarah  adalah  traksaksi  terhadap  manfaat  yang  dikehendaki  secara  jelas  harta  yang  bersifat  mudah  dan  dapat dipertukarkan dengan imbalan tertentu. Menurut  fuqaha  Malikiyah  dan  Hanabilah  ijarah  adalah  pemilikan  manfaat  suatu  harta  benda  yang  bersifat mubah selama periode waktu tertentu dengan suatu imbalan.” 7 Di  dalam  sewa  menyewa  terdapat  syarat  dan  rukun  yang  harus  dipenuhi.  Menurut  jumhur  ulama  rukun  ijarah  ada  empat  yakni;  orang  yang berakal, sewa/imbalan, manfaat dan  sighat  (ijab dan kabul).  Adapun  5 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat), Jakarta: Rajawali Press, 2003, h.227 6 Al-Qur’an al-Karim dan Terjemah Bahasa Indonesia, Kudus: Menara Kudus. 2006,  h.388  7 Ghufron A. Mas’adi, op.cit, h.181-182  4 syarat-syaratnya  adalah  orang  yang  berakad  harus  baligh,  kedua  pihak  yang  berakad  harus  saling  rela,  manfaat  obyek  harus  jelas,  obyek  harus  tidak  cacat  dan  obyek  sewa  tidaklah  sesuatu  yang  diharamkan  oleh  syara’.
8 Dalam  suatu  akad  kesepakatan  awal  dari  suatu  transaksi  harus  benar-benar  diketahui  oleh  para  pihak  karena  meminimalisir  adanya  kecurangan  atau  manipulasi  dari  salah  satu  dari  masing-masing  pihak.
Baik  itu  kesepakatan  dalam  bentuk  tertulis  atau  dalam  bentuk  lisan  (hukum  adat).  Oleh  karena  itu  perjanjian  sewa  menyewa  bondo  deso dilakukan secara tertulis untuk menghindari hal-hal yang  tidak diinginkan bagi kedua belah pihak.
Bentuk  perjanjian  ini  secara  hukum  perdata  sah  karena  memuat  unsur-unsur yang diatur dalam undang-undang.  Di dalamnya  berisi  antara  lain; identitas para pihak, obyek transaksi dan prestasi (hak dan kewajiban  para  pihak).  Salah  satu  prestasi  yang  ditulis  dalam  surat  perjanjian  sebagaimana  pasal  1559  menyebutkan  bahwa,  ”Si  penyewa  jika  kepadanya  tidak  telah  diperizinkan,  tidak  diperbolehkan  mengulangsewakan  barang,  yang  disewanya,  maupun  melepaskan  sewanya  kepada  orang  lain,  atas  ancaman  pembatalan  perjanjian  sewa  dan  penggantian  biaya,  rugi  dan  bunga,”  terdapat  dalam  surat  perjanjian  pasal  3  yakni  selama  persewaan  pihak  kedua  (penyewa)  dilarang  keras  untuk  memindahkan hak sewanya kepada pihak lain.
8 M.Ali Hasan, op.cit, h.231-233  5 Pelaksanaan  sewa  menyewa  bondo  deso  diawali  dengan  sewa  lelang  yang dihadiri oleh seluruh warga desa Tanjungmojo, serta pejabat  pemerintahan  mulai  dari  tingkat  kabupaten,  kecamatan  hingga  desa.

Setelah diumumkan pemenang sewa lelang oleh  panitia, secara langsung  terjadi perikatan antara pihak desa dengan pihak pemenang lelang. Pihak  yang  terikat  ini  kemudian  saling  menjalankan  hak  dan  kewajiban  yang  sudah tertulis dalam surat perjanjian.  Dalam  hal ini berlaku firman Allah dalam surat al-Maidah ayat ”Hai  orang-orang  yang  beriman,  penuhilah  akad  (perjanjian-perjanjian) tersebut.” 9 Dalam  pelaksanaannya,  pihak  pemenang  berhak  menggunakan  barang yang disewanya sesuai dengan koridor-koridor yang diperbolehkan  dalam  Islam.  Antara  lain,  seorang  penyewa  yang  tidak  merusak,  menelantarkan dan merawat dengan baik pula. Si pihak penyewa berhak  memanfaatkan  barang  setelah  menunaikan  kewajibannya  dengan  membayar uang sewa kepada pihak yang menyewakan.

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi