Selasa, 26 Agustus 2014

Skripsi Syariah:TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI ZAKAT BALEN DALAM PELAKSAAN ZAKAT FITRAH DI DESA BENDA KECAMATAN SIRAMPOG KABUPATEN BREBES

 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Zakat  merupakan  salah  satu  rukun  Islam  dan merupakan  salah  satu bangunan yang sangat penting, Hal ini sebagaimana tampak jelas dalam ayat-ayat Al-Quran dan Hadist Nabi  Muhammad Saw.  Salah  satu  ayat Al-Quran yang menjelaskan mengenai zakat terdapat dalam QS An-Nur ayat 56: :“Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat”.
 Di dalam Al-Quran Allah menyebutkan perintah untuk menunaikan zakat beriringan  dengan  perintah  untuk  shalat  sebanyak  82  kali.
 Gaya  bahasa  ini memberikan tanda bahwa shalat dan zakat merupakan kewajiban yang tidak dapat dipisahkan. Tuntutan menunaikan zakat bagi mereka yang memenuhi syarat dan rukunnya  sama  kuatnya  dengan  tuntunan  shalat  tidak  boleh  dibedakan  atau  di abaikan.
 Kewajiban dalam menunaikan zakat yang terdapat dalam salah satu Hadist Nabi Muhammad Saw.
 Mahmud Junus, Terjemah Al-Qur’an Al-Karim, Bandung ; Al-Ma’arif, Tth, hlm. 322.
 Saleh al-Fauzan, Al-Mulakhkhasul  fiqh, diterjemahkan  oleh  Abdul  Hayie  Al-Kattani dengan judul Fiqih Sehari-hari. Depok: Gema Insani 2006, hlm. 244.
 Nasruddin Baidan, TafsirMaudhu’i Solusi  Qurani atas Masalah  Sosial  Kontemporer , Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2001, hlm. 145.

 “Diceritakaan  kepada  kita  Abdullah  Ibnu  Maslamah  Ibnu Qo’nab  dan  Qutaibah  Ibnu  Said  keduanya  berkata  :  diceritakan kepada kita Malik dan diceritakan kepada kita Yahya Ibnu Yahya berkata : saya telah membaca dihadapan Malik dari Nafi’, dari Ibn Umar sesungguhnya Rasulullah SAW telah mewajiban zakat fitrah dari ramadhan sebanyak satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum kepada  orang  merdeka  dan  hamba,  laki-laki  dan  wanita,  dari kalangan kaum muslimin” Menunaikan zakat disamping  merupakan sebuah kewajiban bagi seorang muslim zakat  juga sebagai  wujud  solidaritas  sosial  terhadap  sesama.  Dalam kehidupan sehari-hari dihadapkan pada realitas sosial ekonomi umat yang masih memerlukan perhatian dan solusi. Konsepsi pemberdayaan ekonomi umat melalui pengamalan  ibadah  zakat  yang  diajarkan  oleh  Islam  merupakan  salah  satu alternatif  yang  dapat ditempuh dalam  mengatasi  masalah  sosial  tersebut.
 Zakat jika  dikelola  dengan  baik, profesional  dan  bertanggung  jawab akan  berfungsi sebagai sumber  perekonomian  rakyat.  Oleh  karena  itu  peran pengelola  zakat (amil) sangatlah penting dalam pendistribusian zakat.
Zakat diwajibkan dalam Islam pada tahun kedua Hijriyah, ibadah ini diisyaratkan  untuk  mensucikan  jiwa  dan  harta  serta  sebagai  bentuk  muamalah.
 Imam Muslim, Shahih Muslim, Beirut :Juz II, Tth, hlm. 68.
 Departemen  Agama  Republik  Indonesia, Manajemen  Pengelolaan  Zakat, Jakarta: Direktorat  Pengembangan  Zakat  dan  Wakaf  dan  Bimbingan  Masyarakat  Islam  dan Penyelenggaraan Haji, 2005, hlm.
 Imam Nawawi berpendapat bahwa zakat akan menambah banyak sisa harta yang dizakati, membuat lebih berarti dan melindungi kekayaan dari kebinasaan.
 Zakat ada dua macam, yaitu zakat yang berkaitan dengan jiwa yang biasa disebut zakat fitrah dan zakat yang berkaitan dengan harta atau disebut zakat mal.
 Zakat  fitrah  ialah  zakat  yang  wajib  dikeluarkan   setiap  muslim  disebabkan berakhirnya puasa pada bulan Ramadhan.
 Zakat mal adalah zakat harta tertentu yaitu  emas,  perak,  binatang  ternak,  tumbuh-tumbuhan  dan  barang  perniagan dengan ketentuan sudah mencapai nishab  dan haul  .
 Begitu pentingnya  esensi  zakat  tersebut  sehingga  Al-Qur’an  juga memberikan perhatian khusus  dengan  menerangkan  secara  detail  kapada  siapa saja zakat tersebut diberikan, Zakat diberikan kepada delapan golongan atau asnaf samaniah . Sebagaimana yang dijelaskan dalam QS At-Taubah ayat 60 “Sesungguhnya  zakat-zakat  itu,  hanyalah  untuk  orang-orang  fakir, orang-orang  miskin,  pengurus-pengurus  zakat,  Para  mu'allaf  yang  Fahrur  Mu’is, Zakat  A-Z Panduan  Mudah,  Lengkap  dan  Praktis tentang  Zakat.Solo: Tinta Medina, 2011, hlm. 21.
 Fahrur Mu’is, ibid. hlm. 51.
 Op.cit, hlm. 115.
 Nishab adalah mecapai kwantitas tertentu yang ditetapkan dengan hukum syara’ (Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, Jakarta : PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 2006, hlm 170)  Haul mempunyai dua pengertian, pertama ialah jangka waktu satu tahun sebagai salah satu  syarat  untuk  beberapa  jenis kekayaan  yang  wajib  dikeluarkan  zakatnya.  Kedua,  upacara memperingati ulang tahun wafatnya seorang tokoh agama Islam dengan menziarahi kuburnya. Jadi istilah  haul  yang  berhubungan  dengan  hal  di  atas  adalah  haul dengan  pengertian  yang  pertama Ensiklopedia Islam di Indonesia, Jakarta : Departemen Agama R.I, 1993, hlm. 356.
 T.M. Hasby Ash Shiddieq Pedoman Zakat. Jakarta: P.T. Bulan Bintang: 1984, hlm. 30.
 dibujuk  hatinya,  untuk  (memerdekakan)  budak,  orang-orang  yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”  Berdasarkan  surat  di  atas  mustahik  zakat  ada  delapan  golongan,  yaitu fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, fi sabilillah, dan ibnu sabil. Dari ayat tersebut  jelas  bahwa  hanya  orang- orang  tertentu  yang  berhak  menerima  zakat.
Namun  penyaluran zakat yang  salah  sasaran masih banyak  diperaktekkan  oleh masyarakat. Seperti yang terjadi di Desa Benda Kecamatan Sirampog Kabupaten Brebes zakat  fitrah yang  seharusnya diberikan  kepada  mustahik  zakat, sebagaiamana  di  jelaskan  dalam  surat  At-Taubah ayat  60.  Akan  tetapi  dalam praktik  yang  terjadi dalam  pendistribusiannya zakat  fitrah  diberikan  kembali kepada muzaki.

Praktik zakat fitrah pada umumnya dikelolah oleh panitia zakat (amil) dari penerimaan  sampai  pendistribusiannya.  Panitia  zakat (amil) biasanya  menerima beras  zakat  fitrah  dari muzaki setelah  beras  terkumpul  baru  membagikan  beras zakat fitrah  tersebut  kepada  mustahik. Akan tetapi  praktik  yang  terjadi  di Desa Benda  berbeda  dari  umumnya  seperti  yang  berlaku,  yaitu  beras  zakat  yang dikumpulkan muzaki, secara langsung amil akan memberi beras kembali kepada muzaki tersebut. Praktik seperti yang di jelaskan diatas masyarakat di Desa Benda menyebutnya dengan istilah zakat balen.

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi