BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Tujuan penciptaan
manusia yang subtansial
adalah untuk beribadah kepada
Allah, sebagaimana ditegaskan
dalam surat Al
Dzariyat ayat 56.
Artinya
seluruh dimensi ruang
dan waktu memiliki
nilai yang sakral
karena seluruh makhluk
selalu bertasbih dan
beribadah hanya kepada
Allah. Inilah salah satu kunci utama ajaran Islam yang
diyakini merupakan ajaran final yang lengkap
dan paripurna.
Dimensi waktu
merupakan hal yang
sistematis dan tidak
bisa terpisahkan dari semua
perbuatan manusia. Waktu yang digunakan manusia di bumi
dipengaruhi oleh dua
benda angkasa yang
dalam, yakni matahari
dan bulan.
Matahari sebagai pusat tata surya dan sumber
utama planet-planet didalamnya, memiliki
sinar yang terang
(sumber cahaya). Begitu
pula dengan bulan yang bercahaya (menerima pantulan cahaya
matahari) pada malam hari.
Bulan memiliki manzilah-manzilah (orbit/ garis edar) yang dimanfaatkan oleh manusia
sebagai patokan waktu,
mengetahui hari, bulan,
bilangan tahun dan sebagainya
dengan perhitungan-perhitungan tertentu.
Dalam
kajian astronomi atau
falakiyyah mengenal waktu
matahari dan waktu menengah.
Waktu matahari ialah waktu yang disesuaikan menurut Dalam ayat ini Allah berfirman yang
artinya “dan Kami tidak menciptakan
manusia dan jin kecuali untuk beribadah
kepada Ku”. (QS. 51 : 56).
3
Moedji Raharto, Matahari dan Bulan
Bagi Penghuni Bumi, Hendro Setyanto,
Membaca Langit, Jakarta:
Al-Ghurabi, 2008, hlm. ix.
4
Moedji Raharto, Sistem Penanggalan Syamsiyah/Masehi, Bandung: ITB, 2000,
hlm. 1.
perjalanan
matahari dan ditunjukkan
oleh jam matahari
(sundial), dalam bahasa Inggris disebut dengan Solar Time.
Sedangkan waktu menengah (ratarata) ialah
waktu yang disesuaikan dengan matahari yang terkadang bisa lebih cepat
atau lebih lambat
dari waktu yang
sebenarnya.
Penentuan
waktu ini biasanya berdasarkan bujur yang dijadikan
pedoman bagi suatu daerah, dalam bahasa
Inggris disebut Mean Time.
Satuan-satuan
waktu yang diorganisasikan dalam
sebuah sistem disebut
dengan kalender.
Dalam
literatur klasik maupun
kontemporer istilah kalender
biasa disebut dengan
tarikh, takwim, almanak,
dan penanggalan.
Kalender dibuat untuk tujuan
penandaan serta perhitungan waktu dalam jangka panjang. Kelender juga berkaitan dengan
peradaban manusia, karena berperan penting
dalam penentuan waktu berburu, bertani, bermigrasi, peribadatan dan perayaan-perayaan.
Beberapa sistem kalender mengacu pada satu
siklus astronomi yang mengikuti aturan
yang tepat. Sistem
kalender lainnya mengacu
pada sebuah aturan yang abstrak dan hanya mengikuti sebuah siklus yang berulang
tampak memiliki arti secara astronomis.
Sejarah
mencatat bahwa kalender
Gregorian merupakan kalender yang
disempurnakan dari kalender
Julian dan Agustan
yang telah Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyah, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008, hlm 28.
Sugita,
I Made, Ilmu Falak untuk Sekolah
Menengah di Indonesia, Jakarta: J.B Wolters, 1951, hlm 90 .
Ibid, hlm 28.
Susiknan Azhari, op.cit, hlm 115.
Susiknan
Azhari, Ilmu Falak
(Perjumpaan Khazanah Islam
dan Sain Modern), Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2004, hlm. 81.
Tono
Saksono, Mengkompromikan Rukyah
dan Hisab, Jakarta:
Amaythas Publicita, 2007, hlm. 47.
diperkenalkan oleh
Paus Gregorius XIII
sejak 24 Februari
1582 M.
Pada tahun
1582 M terjadi perubahan siklus musim semi yang lebih cepat dari siklus sebelumnya. Pada tanggal 4 Oktober 1582 M, Paus
Gregorius XIII menetapkan bahwa keterlambatan
penanggalan selama 10
hari tersebut harus
dikoreksi.
Pengoreksiannya dengan
meniadakan tanggal 5
Oktober sampai 15
Oktober 1582 M.
Para
ahli geografi mendefinisikan garis-garis
meridian (bujur) sebagai
garis-garis maya melalui
kutub utara dan
selatan mengelilingi bumi.
Garis-garis tersebut diberi sebutan sesuai dengan titik lintasannya
(timur atau selatan)
dengan mengacu garis
meridian Greenwich Observatory
di London sebagai
garis meridian o . Pada
tahun 1884 M
pada International Meridian Conference, di Washington yang
dihadiri perwakilan dari 25 negara (Austria-Hungaria, Brazil,
Chile, Kolombia, Costa
Rica, Perancis, Jerman, Inggris,
Guatemala, Hawai, Italia,
Jepang, Liberia, Meksiko,
Belanda, Paraguay, Rusia,
San Domingo, Spanyol,
Swedia, Swiss, Turki,
Amerika Serikat, Venezuela,
dan Salvador), Garis
Meridian Greenwich dipakai
secara International sebagai
meridian utama yang merupakan basis perhitungan waktu Greenwich Mean Time (GMT). Berjarak 180° dari garis tersebut
didefinisikan sebagai Garis Tanggal
International (International Date Lines).
Secara teori, tengah hari Greenwich Mean Time adalah saat di mana matahari
melewati Meridian Greenwich (dan mencapai titik tertinggi di langit Ibid,
hlm.73.
Bambang Eko Budhiyono, Kabah Universal Time,
Jakarta: Pilar Press, 2010, hlm 45.
Thomasdjamaluddin.wordpress.com dengan
judul “Dapatkah Mecca Mean Time menggantikan
GMT ”diakses pada tanggal 29 Februari 2012 pukul 12.36 WIB.
di
Greenwich). Bumi memiliki
kecepatan yang tidak
teratur dalam orbit lonjongnya, kejadian ini (tengah hari
di Greenwich) bisa 16 menit berbeda dari waktu
matahari nyata (apparent
solar time) (perbedaan
ini dikenal sebagai persamaan
waktu). Namun tengah
hari Greenwich ini
diambil rata-ratanya sepanjang
tahun, dengan menggunakan
waktu matahari atau
Solar Time.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi