Rabu, 27 Agustus 2014

Skripsi Syariah:STUDI ANALISIS HISAB AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT KH. MUHAMMAD HASAN ASY’ARI DALAM KITAB MUNTAHA NATAIJ AL-AQWAL


 BAB I  PENDAHULUAN
 A.  Latar Belakang Masalah  Penentuan  awal  bulan,  dalam  dunia  Islam  kita  mengenal  tahun  Hijriah  yaitu  tahun  yang  ada  setelah  Nabi  hijrah  dari  Makkah  ke  Madinah.
Tahun  Hijriah  terdiri  atas  12  bulan,  dan  dari  bulan-bulan  itu  ada  tiga  bulan  yang  berkaitan  dengan  ibadah  yakni  Ramadhan,  Syawal,  dan  Zulhijjah  dan  secara keseluruhan dimanifestasikan dalam bentuk almanak atau penanggalan.
Kalender  Indonesia  terdiri  atas  tahun  Masehi  (Syamsiah)   dengan  jumlah 365 hari untuk tahun basitah dan 366 untuk tahun kabisat  , sedangkan  tahun  Hijriah  (Kamariah)   dengan  jumlah  354  hari  untuk  tahun  basitah  dan  355  untuk  tahun  kabisat.
  Dengan  demikian  perhitungan  tahun  Hijriah  akan  lebih  cepat  10  sampai  11  hari  dalam  setiap  tahun  jika  dibandingkan  dengan  tahun Masehi.
Ada  juga  tahun  Saka,  tahun  Saka  ini  awalnya  berdasarkan  solar  (pergerakan Matahari) yang diciptakan oleh Aji Saka,  kemudian setelah Islam  datang terjadilah interelasi antara Islam dan kebudayaan Jawa dalam beberapa   Dinamakan tahun Syamsiah, karena perhitunganya didasarkan pada peredaran Matahari.
Lihat Slamet Hambali, Alamanak Sepanjang Masa, 2010, hlm.17, td.

 Tahun Basitah disebut juga tahun pendek, dan tahunkabisat disebut juga tahun panjang.
Untuk mengetahui tahun kabisat dan basitah dalam tahun Masehi yaitu dengan cara tahun dibagi 4  secara umumnya dan hasilnya adalah 0 (dinamakan tahun kabisat adalah tahun  yang  habis jika  dibagi 4), sehingga umur bulan Februari 29 hari.
  Dinamakan  tahun  Kamariah,  karena  perhitunganya  didasarkan  pada  peredaran  bulan.
Lihat Slamet Hambali, op.cit, hlm. 31.
 Untuk mengetahui basitah dan kabisat dalam tahun Hijriah yaitu angka tahun di bagi 30  jika  sisanya  ada  2,5,7,10,13,15,18,21,24,26,29  maka dinamakan  tahun  Kabisat,  umur  Dzulhijjah  30 hari. Lihat Salam Nawawi, Ilmu falak; Cara Praktis Menghitung Waktu Salat, Arah Kiblat, dan  Awal Bulan, Sidoarjo: Aqoba, Cet.IV, Agustus 2009, hlm. 53.
 M. Darori Amin (ed),  Islam dan Kebudayaan Jawa,  Yogyakarta: Gama Media, 2000,  Cet.I, hlm.10-11.
 aspek salah satu diantaranya aspek penanggalan. Sehingga kalender Saka yang  awal  perhitungan  berdasarkan  pergerakan  Matahari  menjadi  kalender  yang  dicangkok dari tahun Hijriah (lunar) dan perhitunganya adalah  ‘urfi.
 Begitu  juga  dengan  tahun  Jawa,  tahun  kabisatnya  terdiri  dari  355  hari  dengan  menambahnya 1 hari pada bulan ke 12 (Besar) yang diadakan 3 kali dalam 8  tahun (Sewindu).
 Dalam  satu  tahun  terdapat  12  bulan  baik  tahun  Syamsiah,   tahun  Kamariah maupun tahun Jawa sebagaimana Firman AllahSWT "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan,  dalam  ketetapan  Allah  di  waktu  menciptakan  langit  dan  Bumi,  diantaranya terdapat empat bulan haram …". ( al Taubah: 36).
 Pada tahun Syamsiah jumlah hari dalam satu bulan sifatnya konstan,  yaitu 30 atau 31 hari setiap bulanya kecuali untuk bulan Februari, pada tahun  basitah  umur  bulan  terdiri  atas  28  hari  dan  29  hari untuk  tahun  kabisat.
Sedangkan untuk tahun Kamariah tidak tetap, jumlah hari dalam tiap bulannya  sama dengan satu sinodik,  sehingga selama satu tahun jumlah hari dalam satu  bulan  akan  bergantian  antara  29  atau  30  hari,  sehingga  penentuannya  memerlukan perhitungan yang jelas.
 Slamet Hambali,  op.cit, hlm. 51.
  Sehingga  satu  bulan  rata  rata  jumlah  harinya  adalah  29,53125.  lihat  dalam  Marsito,  Kosmografi Ilmu Bintang Bintang, Jakarta: PT. Pembangunan, 1960, hlm. 75.
 Departeman Agama Republik Indonesia,  al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: PT  Karya Toha Putra, t.t, hlm. 153.
  Sinodik  atau  dalam  istilah  falak  Ijtimak  adalah  durasi  yang  dibutuhkan  oleh  bulan  berada dalam suatu fase bulan baru ke fase bulan baru berikutnya. Adapun waktu yang dibutuhkan  adalah  29,530588  hari  atau  29  hari  12  jam  44  menit  2,8  detik.  Lihat  dalam  Susiknan  Azhari  Ensiklopedi Hisab Rukyat,Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2005, hlm. 29.
 Penentuan awal bulan kamariah  yang terkait masalah  ibadah sering  terjadi  permasalahan  karena  adanya  perbedaan  interpretasi.  Secara  fikih  terdapat dua mazhab besar untuk penentuan awal bulan kamariah yaitu:  1.  Mazhab Hisab  Mazhab  ini  menyatakan  bahwa  dalam  penentuan  awal  bulan  kamariah  dengan  cara  menghitung  dengan  tujuan  untuk memperkirakan  kapan awal suatu bulan kamariah, terutama yang berkaitan dengan waktu  ibadah dan pola perhitunganya pun beragam.
 Mazhab hisab melandaskan  pada firman Allah SWT  ”Dialah  yang  menjadikan  Matahari  bersinar,  Bulan  bersinar  dan  ditetapkannya  manzilah  manzilah  bagi  perjalanan  Bulan  itu,  supaya  kamu  mengetahui  bilangan  tahun  dan  diperhitungkan,  Allah  tidak  menciptakan  demikian  itu  melainkan  benar.  Dia  menjelaskan  tanda-tanda  (kebesaranNya)  kepada  orang-orang  yang mengetahui.” (Q.S Yunus: 5).
 2.  Mazhab Rukyat  Mazhab  rukyat  ini  menyatakan  pengamatan  terhadap  hilal  sebagaimana  sunnah  Nabi,  rukyat  dilakukan  dengan  mata  telanjang.
 Mazhab ini berdasarkan hadis Nabi Muhammmad SAW yang berbunyi:  Farid Ruskanda,  100 Masalah Hisab dan Rukyah,  Jakarta: Gema Insani Press, 1996,  hlm. 29.
 Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit, hlm. 306.
 Farid Ruskanda, op.cit, hlm. 41.
“Dari Abu Hurairah r.a berkata, nabi menjelaskan tentang hilal,  kemudian  ia  bersabda:  ”jika  kalian  melihatnya  maka  berpuasalah dan jika kamu melihatnya (lagi) maka berbukalah.
Jika kalian di tutupi mendung maka hitunglah (bulanSya’ban)  30 hari” (H.R Muslim).


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi