BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perbedaan
penentuan hari-hari besar
Islam, khususnya Ramadhan,
Idul Fitri dan Idul Adha, sering
menimbulkan kebingungandi masyarakat.
Salah satu permasalahannya adalah
pendefinisian tentang hilal . Hilal
merupakan patokan untuk
memulai awal bulan
Kamariah. Penentuan awal
bulan Kamariah sangat penting artinya bagi segenap kaum muslimin,
sebab banyak ibadah dalam Islam yang
pelaksanaannya dikaitkan dengan perhitungan bulan Kamariah.
Salah satu upaya untuk menentukan awal bulan Kamariah
adalah dengan melakukan rukyat al-hilal.
Rukyat al-hilal adalah pengamatan
dengan mata kepala
terhadap penampakan bulan sabit
sesaat setelah Matahari terbenam di hari telah terjadinya ijtima’ (konjungsi).
Akan tetapi kesulitan yang dialami adalah ketika Matahari Di Indonesia selama ini sudah biasa terjadi
perbedaan penetapan dan pelaksanaan untuk mengawali
puasa dan mengakhirinya
(melaksanakan hari raya
idul fitri). Bagaimana
tidak, jika Pemerintah sudah menfasilitasi untuk penyatuan
dalam sidang Isbat tetapi masing-masing ormas mengeluarkan keputusan. Pemerintah yang
semestinya memegang kendali putusan
ternyata lebih mengedepankan kemaslahatan
politik, yang semestinya lebih mengedepankan
kebenaran ilmiah yang
objektif. Lihat pada
Ahmad Izzuddin, Ilmu
Falak Praktis (Metode
Hisab-Rukyah Praktis Dan Solusi Permasalahannya),Semarang: Komala
Grafika, 2006, hlm. 123-124.
Hilal atau Bulan sabit atau dalam istilah
astronomidisebut crescentadalah bagian dari
bulan yang menampakkan cahayanya terlihat daribumi ketika sesaat setelah
Matahari terbenam pada
hari telah terjadinya
ijtima’ atau konjungsi. Pendapat
A. Ghazalie Masroerie
dalam Musyawarah Kerja
dan Evaluasi hisab Rukyah
tahun 2008 yang
di selenggarakan oleh
Badan Hisab Rukyah
departemen Agama RI
tentang Rukyat al-hilal Pengertian dan Aplikasinya, 27-29 Februari
2008, hlm. 4.
Di antara ibadah-ibadah itu adalah shalat Idul
Adha dan Idul Fitri, shalat gerhana bulan dan Matahari, puasa Ramadhan dengan zakat
fitrahnya, haji dan sebagainya. Demikian pula harihari besar
dalam Islam, semuanya
diperhitungkan menurut perhitungan
bulan Kamariah. Lihat Badan
Hisab dan Rukyat Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek
Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam,
1981, hlm. 98.
Penampakan
Bulan sabit di
awal bulan harus
terlihat oleh mata,
baik mata telanjang maupun
dengan alat dan
tidak cukup hanya
angan-angan, pemikiran, perkiraan
dan keyakinan terbenam
atau sesaat setelah
itu langit sebelah
barat berwarna kuning
kemerahmerahan, sehingga antara
cahaya hilal yang
putih kekuning-kuningan dengan warna langit
yang melatarbelakanginya tidak begitu
kontras . Apalagi apabila di ufuk Barat
terdapat awan tipis atau awan tebal tidak merata.
Pengurus Lajnah
Falakiyah PBNU, Hendro
Setyanto secara optimis mengatakan bahwa rukyat al-hilalatau dalam
bahasa lain observasi menyebabkan disiplin ilmu
astronomi terus berkembang
hingga saat ini.
Tanpa observasi itu ilmu astronomi
akan mandeg dan umat
Islam hanya mengandalkan
data astronomis, apalagi
sekarang data itu
tidak dikembangkan sendiri
tapi diperoleh begitu saja dari kalangan non Muslim.
Observasi
dan eksperimen merupakan
asas semua cabang
ilmu alam.
Melalui kegiatan tersebut
diperoleh data, yang setelah melalui proses reduksi 9 dan pengolahan, disintesiskan
menjadi sebuah
model atau teori
tentang suatu fenomena
alam. Model atau
teori tersebut sepatutnya mampu menerangkan fenomena
alam yang dikenal
dan bahkan dapat
memprediksi hal-hal baru
yang belum dijumpai
yang kebenarannya akan
dibuktikan melalui observasi
dan eksperimen baru.
Data-data hasil rukyatlah
yang akan dapat
“menyimpulkan” belaka. Lihat pada A. Ghazalie Masroerie, Rukyat al-hilal
Pengertian dan Aplikasinya, op cit, hlm. 4.
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana Pustaka, t.t, hlm. 173.
Kaki
langit (Horison), yaitu
lingkaran besar yang
membagi bola langit
menjadi dua bagian yang sama (bagian langit yang kelihatan
dan bagian langit yang tidak kelihatan). Lingkaran ini menjadi batas pemandangan mata seseorang.
Tiap-tiap orang berlainan tempat, berlainan pula kaki
langitnya. Susiknan Azhari,
Ensiklopedi Hisab Rukyat,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005, cet. II, hlm. 223.
Menuju
Penyatuan Awal Bulan
Hijriah (2) Bagi
NU Rukyat adalah
Observasi, Bagi Muhammadiyah Perintah Rukyat Sudah Tidak
Berlaku http://www.nu.or.id Menganalisa
sesuatu secara keseluruhan
kepada bagian-bagiannya, atau
menjelaskan tahap akhir dari
proses perkembangan sebelumnya yang lebih sedrhana. Pius A Partanto dan M.
Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah
Populer, Surabaya: Arkola, t.t, hlm. 658.
Pemaduan; perpaduan; penggabungan. ibid., hlm.
710.
apakah
persamaan atau rumus
hasil hisab analisis
itu “diterima” atau
“harus diperbaiki lagi” dengan
menggunakan analisis baru atau dengan mengemukakan hipotesis
baru.
Rukyat
ini menurut Ghazalie Masroerie,
dengan kata lain sekaligus
menjadi sarana koreksi atas hitungan hisab.
Ada
sebagian kalangan yang
mengira bahwa penentuan
awal bulan Kamariah
dengan cara rukyat
al-hilal sangat awam dan
kelihatan tidak atau kurang berpengetahuan. Selain
itu rukyat dianggap
menyulitkan dan menambah pekerjaan,
sia-sia dan membuang-buang waktu
karena harus bersusah-susah mencari
bulan baru setiap
tanggal 29 kalender
Hijriyah. Karena sebagian berpendapat bahwa metode hisab atau
perhitungan astronomis yang relatif mudah dan kelihatan ilmiah.
Ilmu empiris
ini merupakan salah
satu ciri khusus
paling menonjol pada
ilmu yang akan dikembangkan ilmuwan muslim. lihat saja misalnya
ilmuwan era Yunani dan Romawi kuno, ilmu
mereka bersifat logis dan spekulatif. Contoh empirisme yang dilakukan Ibnu Sina
ketika akan mendirikan rumah sakit
merupakan salah satu tonggakilmu empiris yang cukup dikenal sebagai sebuah
bukti yang tertera
dalam ukuran sejarah
ilmu dunia. Dan ilmu
empiris ini pula
yang membawa ilmu modern ini
berkembang hingga saat ini.Lihat pada, Ruswa darsono, Penanggalan Islam Tinjauan sistem, Fiqih dan Hisab
Penanggalan,Yogyakarta: LABDA Press, 2010, hlm. 9.
Pengamatan
Hilal Penting untuk
Mengoreksi Perhitungan. kompas.com.
Lihat pula pada
Susiknan Azhari, Hisab
Dan Rukyat Wacana
Untuk Membangun Kebersamaan ditengah Perbedaan,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007,
cet. I, hlm. 87.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi