Rabu, 27 Agustus 2014

Skripsi Syariah:ANALISIS TINGKAT KEBERHASILAN RUKYAT DI PANTAI TANJUNG KODOK LAMONGAN DAN BUKIT CONDRODIPO GRESIK TAHUN 2008-2011


 BAB I  PENDAHULUAN  
A.  Latar Belakang Masalah  Perbedaan  penentuan  hari-hari  besar  Islam,  khususnya  Ramadhan,  Idul  Fitri dan Idul Adha, sering menimbulkan kebingungandi masyarakat.
 Salah satu  permasalahannya  adalah  pendefinisian  tentang  hilal  .  Hilal  merupakan  patokan  untuk  memulai  awal  bulan  Kamariah.  Penentuan  awal  bulan  Kamariah  sangat  penting artinya bagi segenap kaum muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam  yang pelaksanaannya dikaitkan dengan perhitungan bulan Kamariah.
 Salah satu  upaya untuk menentukan awal bulan Kamariah adalah dengan melakukan  rukyat  al-hilal.
Rukyat  al-hilal adalah  pengamatan  dengan  mata  kepala  terhadap  penampakan bulan sabit sesaat setelah Matahari terbenam di hari telah terjadinya  ijtima’ (konjungsi).
 Akan tetapi kesulitan  yang dialami adalah ketika  Matahari   Di Indonesia selama ini sudah biasa terjadi perbedaan penetapan dan pelaksanaan untuk  mengawali  puasa  dan  mengakhirinya  (melaksanakan  hari  raya  idul  fitri).  Bagaimana  tidak,  jika  Pemerintah sudah menfasilitasi untuk penyatuan dalam sidang Isbat tetapi masing-masing ormas  mengeluarkan keputusan. Pemerintah yang semestinya  memegang kendali putusan ternyata lebih  mengedepankan  kemaslahatan  politik,  yang  semestinya lebih  mengedepankan  kebenaran  ilmiah  yang  objektif.  Lihat  pada  Ahmad  Izzuddin,  Ilmu  Falak  Praktis  (Metode  Hisab-Rukyah  Praktis  Dan Solusi Permasalahannya),Semarang: Komala Grafika, 2006, hlm. 123-124.

 Hilal atau Bulan sabit atau dalam istilah astronomidisebut crescentadalah bagian  dari bulan yang menampakkan cahayanya terlihat daribumi ketika sesaat setelah Matahari  terbenam  pada  hari  telah  terjadinya  ijtima’ atau  konjungsi.   Pendapat  A.  Ghazalie  Masroerie  dalam  Musyawarah  Kerja  dan  Evaluasi  hisab Rukyah  tahun  2008  yang  di  selenggarakan  oleh  Badan  Hisab  Rukyah  departemen   Agama   RI  tentang  Rukyat  al-hilal  Pengertian dan Aplikasinya, 27-29 Februari 2008, hlm. 4.
 Di antara ibadah-ibadah itu adalah shalat Idul Adha dan Idul Fitri, shalat gerhana bulan  dan Matahari, puasa Ramadhan dengan zakat fitrahnya, haji dan sebagainya. Demikian pula harihari  besar  dalam  Islam,  semuanya  diperhitungkan  menurut  perhitungan  bulan  Kamariah.  Lihat  Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan  Badan Peradilan Agama Islam, 1981, hlm. 98.
  Penampakan  Bulan  sabit  di  awal  bulan  harus  terlihat  oleh  mata,  baik  mata  telanjang  maupun  dengan  alat  dan  tidak  cukup  hanya  angan-angan,  pemikiran,  perkiraan  dan  keyakinan   terbenam  atau  sesaat  setelah  itu  langit  sebelah  barat  berwarna  kuning  kemerahmerahan,  sehingga  antara  cahaya  hilal  yang  putih  kekuning-kuningan  dengan  warna langit  yang melatarbelakanginya tidak begitu  kontras  . Apalagi apabila di  ufuk  Barat terdapat awan tipis atau awan tebal tidak merata.
Pengurus  Lajnah  Falakiyah  PBNU,  Hendro  Setyanto  secara  optimis  mengatakan bahwa rukyat al-hilalatau dalam bahasa lain observasi menyebabkan  disiplin  ilmu  astronomi  terus  berkembang  hingga  saat  ini.  Tanpa  observasi  itu  ilmu  astronomi  akan  mandeg dan  umat  Islam  hanya  mengandalkan  data  astronomis,  apalagi  sekarang  data  itu  tidak  dikembangkan  sendiri  tapi  diperoleh  begitu saja dari kalangan non Muslim.
 Observasi  dan  eksperimen  merupakan  asas  semua  cabang  ilmu  alam.
Melalui kegiatan tersebut diperoleh data, yang setelah melalui proses reduksi 9  dan  pengolahan,  disintesiskan   menjadi  sebuah  model  atau  teori  tentang  suatu  fenomena  alam.  Model  atau  teori  tersebut  sepatutnya mampu  menerangkan  fenomena  alam  yang  dikenal  dan  bahkan  dapat  memprediksi  hal-hal  baru  yang  belum  dijumpai  yang  kebenarannya  akan  dibuktikan  melalui  observasi  dan  eksperimen  baru.  Data-data  hasil  rukyatlah  yang  akan  dapat  “menyimpulkan”  belaka. Lihat pada  A. Ghazalie Masroerie, Rukyat al-hilal Pengertian dan Aplikasinya,   op cit,  hlm. 4.
 Muhyiddin Khazin,  Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik,  Yogyakarta: Buana Pustaka,  t.t, hlm. 173.
  Kaki  langit  (Horison),  yaitu  lingkaran  besar  yang  membagi  bola  langit  menjadi  dua  bagian yang sama (bagian langit yang kelihatan dan bagian langit yang tidak kelihatan). Lingkaran  ini menjadi batas pemandangan mata seseorang. Tiap-tiap orang berlainan tempat, berlainan pula  kaki  langitnya.  Susiknan  Azhari,  Ensiklopedi  Hisab  Rukyat,  Yogyakarta:  Pustaka  Pelajar,  2005,  cet. II, hlm. 223.
  Menuju  Penyatuan  Awal  Bulan  Hijriah  (2)  Bagi  NU  Rukyat  adalah  Observasi,  Bagi  Muhammadiyah Perintah Rukyat Sudah Tidak Berlaku http://www.nu.or.id    Menganalisa  sesuatu  secara  keseluruhan  kepada  bagian-bagiannya,  atau  menjelaskan  tahap akhir dari proses perkembangan sebelumnya yang lebih sedrhana. Pius A Partanto dan M.
Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, t.t, hlm. 658.
 Pemaduan; perpaduan; penggabungan. ibid., hlm. 710.
 apakah  persamaan  atau  rumus  hasil  hisab  analisis  itu  “diterima”  atau  “harus  diperbaiki lagi” dengan menggunakan analisis baru atau dengan mengemukakan  hipotesis  baru.
 Rukyat  ini menurut  Ghazalie  Masroerie,  dengan  kata  lain  sekaligus menjadi sarana koreksi atas hitungan hisab.
 Ada  sebagian  kalangan  yang  mengira  bahwa  penentuan  awal  bulan  Kamariah  dengan  cara  rukyat  al-hilal sangat  awam  dan  kelihatan  tidak  atau  kurang  berpengetahuan.  Selain  itu  rukyat  dianggap  menyulitkan  dan  menambah  pekerjaan,  sia-sia  dan  membuang-buang  waktu  karena  harus  bersusah-susah  mencari  bulan  baru  setiap  tanggal  29  kalender  Hijriyah.  Karena  sebagian  berpendapat bahwa metode hisab atau perhitungan astronomis yang relatif mudah  dan kelihatan ilmiah.
   Ilmu  empiris  ini  merupakan  salah  satu  ciri  khusus  paling  menonjol  pada  ilmu  yang  akan dikembangkan ilmuwan muslim. lihat saja misalnya ilmuwan era Yunani dan Romawi kuno,  ilmu mereka bersifat logis dan spekulatif. Contoh empirisme yang dilakukan Ibnu Sina ketika akan  mendirikan rumah sakit merupakan salah satu tonggakilmu empiris yang cukup dikenal sebagai  sebuah  bukti  yang  tertera  dalam  ukuran  sejarah  ilmu dunia.  Dan  ilmu  empiris  ini  pula  yang  membawa ilmu modern ini berkembang hingga saat ini.Lihat pada, Ruswa darsono, Penanggalan  Islam Tinjauan sistem, Fiqih dan Hisab Penanggalan,Yogyakarta: LABDA Press, 2010, hlm. 9.
  Pengamatan  Hilal  Penting  untuk  Mengoreksi  Perhitungan.  kompas.com.  Lihat  pula  pada  Susiknan  Azhari,  Hisab  Dan  Rukyat  Wacana  Untuk  Membangun  Kebersamaan ditengah  Perbedaan,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, cet. I, hlm. 87.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi