Kamis, 28 Agustus 2014

Skripsi Syariah:Analisis Pengaruh Pemberian Modal Kerja, Pelatihan, Dan Pendampingan Terhadap Peningkatan Pendapatan Mustahiq Kota Semarang (Studi Kasus Pada Program Misykat LAZ DPU DT Cabang Semarang)


 BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah fundamental yang tengah dihadapi oleh  seluruh  bangsa  di  dunia,  termasuk  Indonesia.  Salah  satu  problematika  mendasar  yang  saat  ini  tengah  dihadapi  oleh  bangsa  Indonesia  adalah  problematika  kemiskinan. Berdasarkan  data  resmi, Jumlah  penduduk  miskin  (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Jawa Tengah  pada bulan Maret 2010 sebesar 5,369 juta orang (16,56 persen). Dibandingkan  dengan penduduk miskin pada Bulan Maret 2009  yang berjumlah 5,726 juta  orang (17,72 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebanyak 356,53  ribu  orang.
  Sementara  itu,  angka  pengangguran  juga  sangat  tinggi,  yaitu  sekitar  6,21  persen  dari  total  penduduk.
  Salah  satu  upaya  yang  dilakukan  untuk  mengatasi  masalah  kemiskinan  tersebut  adalah  melakukan  pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat miskin.
Kondisi  ini  sesungguhnya  merupakan  potret  dari  kemiskinan  yang  disebabkan  oleh  lemahnya  etos  kerja  dan  kurangnya  kreativitas  masyarakat.

Kemiskinan  model  ini  sangat  membahayakan  kelangsungan  hidup  masyarakat,  sehingga  diperlukan  adanya  lembaga  yang  mampu  melakukan  pembenahan  terhadap  Mustahiq dalam  hal  mental,  kreativitas,  ketrampilan,   Data Biro Pusat Statistika, Profil Angka Ketenagakerjaan dan Penganguran (BPS) 2010.
 Data Biro Pusat Statistika, Profil Angka Kemiskinan (BPS)2010.
1  bantuan  modal  serta  pengarahan  agar  mereka  mampu  merubah  dirinya  dan  mampu menjalankan usahanya.
LAZ  sebagai  organisasi  yang  terpercaya  untuk  pengalokasian,  pendayagunaan,  dan  pendistribusian  dana  zakat,  mereka  tidak  hanya  memberikan  dana  zakat  begitu  saja  melainkan  mereka  mendampingi,  memberikan pengarahan serta pelatihan agar dana zakat tersebut benar-benar  dijadikan  modal  kerja  sehingga  penerima  zakat  tersebut  memperoleh  pendapatan yang layak dan mandiri.
LAZ didirikan berdasarkanUndang-undang No. 38 tahun 1999 tentang  pengelolaan  zakat  dengan  Keputusan  Menteri  Agama  (KMA)  Nomor  581  tahun  1999  tentang  Pelaksanaan  Undang-undang  Nomor 38  tahun  1999 dan  Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat dan Urusan Haji Nomor  D/tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.
 Undang-undang   tersebut  menyiratkan   tentang   perlunya   BAZ   dan  LAZ meningkatkan kinerja sehingga menjadi amil zakat yang profesional,  amanah,  terpercaya  dan  memiliki  program  kerja  yang  jelas  dan  terencana,  sehingga  mampu  mengelola  zakat,  baik  pengambilannya  maupun  pendistribusiannya   dengan   terarah   yang   kesemuanya   itu   dapat  meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan para  Mustahiq.
LAZ  dalam  melakukan  kegiatan  pengumpulan,  pengalokasian,  dan  pendistribusian zakat, infak, sodaqoh harus sesuai dengan ketentuan.Sehingga  dalam  rukunnya  terdapat  ketentuan  bahwa  zakat,  infaq,  dan  shodaqoh  tidak   Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 581 Tahun 1999, tentang pelaksanaan UU No. 38  Tahun 1999.
2  dapat diberikan kepada mereka yang mampu atau kurang membutuhkan. Oleh  karena  itu Al-Qur’an memberi rambu-rambu agar zakat, infaq, dan shodaqoh  yang  dihimpun  dapat  disalurkan  pada  fakir  miskin  (orang  yang  benar-benar  membutuhkan).
 Firman Allah dalam Surat At-Taubah ayat 60 “Sesungguhnya  zakat-zakat  itu,  hanyalah  untuk  orang-orang  fakir,  orang-orang  miskin,  pengurus-pengurus  zakat,  para  muallaf  yang  dibujuk  hatinya,  untuk  (memerdekakan)  budak,  orang-orang  yang  berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam  perjalanan,  sebagai  suatu  ketetapan  yang  diwajibkan  Allah,  dan  Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Oleh  karena  itu  zakat,  infak  dan  shodaqoh  memerlukan  peraturan  dan  pembenahan secara profesional agar dapat dikelola dengan baik. Apabila dana  ZIS  tersebut  dapat  berjalan  dan  dikelola  dengan  baik  secara  profesional  dengan  manajemen  yang  baik  pula,  maka  dana  ZIS  akan  mampu  dan  dapat  menopang  pembangunan  dan  meningkatkan  taraf  hidup  masyarakat  pada  umumnya dan kaum dhuafa pada khususnya Menjawab  tantangan  tersebut,  Dompet  Peduli  Umat  Daarut  Tauhid  menghadirkan  suatu  program  pendayagunaan  zakat  untuk  penanggulangan  kemiskinan.  Program  zakat  produktif  dan  solutif  untuk  masyarakat  dhuafa    Ahmad  Rofiq,  Fiqh  Kontekstual  Dari  Normatif  Ke  Pemurnian  Sosial  ,  Yogyakarta  :  Pustaka Pelajar, 2004, Cetke-1, hlm.
3  yang  bernama  Misykat  (Microfinance  Syariah  Berbasis  Masyarakat) yang  bertujuan  agar  masyarakat  yang  tadinya  tak  berdaya  (Mustahiq)  menjadi  berdaya  (Muzzaki).  Program  Misykat  didirikan  pada  tanggal  22  April  2002,  secara  mekanisme  kerja  program  ini  mulai  efektif  pada  awal  tahun  2003  dengan di bentuknya dua majelis di Bandung,  yaitu majelis Al-Hidayah dan  majelis  Intifadhah.  DPU  DT  Cabang Semarang  sendiri  didirikan  pada  tahun  2004  dan  program  Misykat  baru  dilaksanakan  pada  tahun  2006,  dari  tahun  2006  hingga  tahun  2010  sudah  ada  15  Majelis  yang  telah  menjadi  anggota  Misykat Tabel 1.
No  Nama Majelis  Jumlah Anggota  Tahun 1  Mar’atussalihah  12   2  Muhajirin  12   3  Baitusalam  11   4  Khadijah  5   5  Istiqomah  6   6  Al Ihsan  7   7  Al Muhtadin  17   8  Miftahul Janah  18   9  Aisyah  7   10  Al Hidayah  10   11  Nur Khasanah  11   12  An Nisa  8   13  An Nuriyah  10   14  Nur Hidayah  9   15  Al Barokah  9   TOTAL   Program  Misykat  adalah  program  unggulan  DPU-DT  dalam  bentuk  pemberdayaan ekonomi produktif yang dikelola secara sistematis, intensif dan  berkesinambungan. Dalam program  ini,  anggota  Misykat akan  mendapatkan  4  pembiayaan  dana  bergulir,  ketrampilan  berusaha,  pembinaan  mental  dan  karakter, hingga mereka menjadi mandiri.
 Program  Misykat  yaitu  memberikan  dana  bergulir  kepada  masyarakat  miskin  dalam  bentuk  modal  atau  pembiayaan,  dimana  modal  ini  diberikan  untuk  kepentingan  produktif  bukan  untuk  kepentingan  konsumtif.  Sehingga  dengan  bantuan modal, pelatihan dan pendampingan yang diberikan DPU DT  kepada  Mustahiq akan  berperan  sebagai  pendukung  peningkatan  ekonomi  mereka apabila dikonsumsikan pada kegiatan produktif. Pengembangan zakat  bersifat produktif dengan dijadikannya dana zakat sebagai modal usaha, untuk  pemberdayaan  ekonomi  penerimanya,  dan  supaya  fakir  miskin  dapat  menjalankan  atau  membiayai  kehidupannya  secara  konsisten.  

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi