Rabu, 27 Agustus 2014

Skripsi Syariah:ANALISIS TERHADAP HASIL PEMIKIRAN FAZLUR RAHMAN TENTANG ZAKAT SEBAGAI PAJAK


 BAB I  PENDAHULUAN
 A.  Latar Belakang Masalah  Pemikiran hukum Islam sebagai produk pemahaman daripesan-pesan  teks al-Quran dan Hadits selalu mengalami perkembangan. Hal ini tidak lepas  dari kondisi dan tuntunan masyarakat yang sarat dengan dinamika. Berkaitan  dengan  permasalahan  tersebut,  maka  peran  ijtihad  sebagai  upaya  untuk  menggali dan mengembangkan hukum Islam menjadi sangat penting.
Keberadaan  hukum  Islam  menjadi  suatu  kekuatan  yang  dinamis  dan  kreatif.  Hal  ini  dapat  dilihat  dari  ajaran  Rasulullah  SAW  kepada  sahabat  dalam  menghadapi  realitas  sosiologis  umat  pada  waktu  itu.  Ijtihad  yang  dilakukan  sahabat  pada  masa  Nabi  masih  hidup,  tidak mengalami  problem  metodologis,  karena  apabila  para  sahabat  mendapatkan  kesulitan  dalam  menyimpulkan hukum, mereka dapat langsung berkonsultasi kepada Nabi.
 Namun  keadaan  demikian  berubah  setelah  Rasulullah  wafat.  Para  sahabat  tidak  hanya  dihadapkan  pada  masalah-masalah baru,  tetapi  juga  krusial  terutama  polemik  tentang  siapa  yang  pantas  mengganti  Nabi  untuk    Lihat,  Joseph  Schacht,  An  Introduction  to  Islamic  Law,  Terj.  Drs.  Moh.  Said.  MA,  dkk.,  Pengantar Hukum Islam,  Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama  Islam, 1985, hal. 22. Tiga generasi pertama setelahwafat Nabi (632 M) atau dengan kata lain abad I  Islam  dalam  banyak  hal  adalah  periode  yang  sangat  penting  dalam  hukum  Islam,  meskipun  karena  kurangnya bukti-bukti kontemporer merupakan periodeyang sangat kabur. Dalam periode ini banyak  gambaran  hukum  Islam  yang  berbeda  terwujud  dan  masyarakat  Islam  awal  menciptakan  institusiinstitusi hukum sendiri.

2  memimpin  umat  dan  kasus-kasus  lain  yang  belum  mendapatkan  legalitas  syara’.
  Satu-satunya  pilihan  bagi  para  sahabat  adalah  melakukan  ijtihad  dengan  berpedoman  kepada  al-Quran,  al-Hadits  dan  tindakan-tindakan  normatif Nabi yang pernah mereka saksikan.
 Dari sisi ini jelas bahwa ijtihad adalah konsep yang fundamental dan  sangat aktif dalam pembentukan syari’ah selama abadVIII dan XI M. Begitu  syari’ah  matang  sebagai  sistem  perundang-undangan  dan  pengembangan  berbagai  prinsip  dan  aturan  yang  segar  dirasakan  sudah  cukup,  maka  ruang  ijtihad tampak menyempit menuju titik kepunahannya.Fenomena ini dikenal  dalam sejarah yurisprudensi Islam sebagai tertutupnya pintu ijtihad.
 Selaras  dengan  pendapat  di  atas,  bahwa  dalam  sejarah  fiqh  Islam,  fungsi  ijtihad  pernah  mengalami  kemandegan,  karena  munculnya  institusi  ijtihad  yang  telah  dibatasi  oleh  kelembagaan  para  mujtahid  mutlak,  seperti  institusi  empat  imam  madzhab  yang  sangat  populer  itu.  Fazlur  Rahman  berpendapat  bahwa  tidak  ada  yang  tahu  kapan  pintu  ijtihad  itu  ditutup  dan  tepatnya  siapa  yang  menutupnya,  meskipun  ada  orang  yang  berpendapat  bahwa  pintu  ijtihad  ditutup  oleh  para  pengarang  di  kemudian  hari.
 Amir Mu’allim dan Yusdani,  Ijtihad dan Legislasi Muslim Kontemporer,  Yogyakarta: UII  Press, 2005, hal. 3-4.
  Sunah  yang  terkenal  mendukung  ijtihad  adalah  riwayat  percakapan  antara  Nabi  dengan  Mu’adz bin Jabal ketika ia ditunjuk menjadi gubernur/hakim ke Yaman. Diriwayatkan, Nabi bertanya  kepada  Mu’adz  tentang  sumber  yang  akan  digunakan  dalam  memerintah  provesi  dan  memutuskan  perkara  di  sana.  Mu’adz  menjawab,  pertama-tama  akan mencari  dari  al-Qur’an,  jika  al-Quran  tidak  memberikan jawaban, maka akan dicari dari Sunah Nabi. Jika tidak ada sunah yang dapat diterapkan,  ia  akan  menggunakan  pendapat/keputusan  pribadi.  (ajtahidu  ra’yi).  Nabi  dikabarkan  menyetujui  urutan-urutan sumber syari’ah itu.
 Abdullah Ahmad An-Na’im, Dekonstruksi Syari’ah, Yogyakarta: LKIS, 2004, hal. 46.
3  Tertutupnya pintu ijtihad berdasarkan state of affair  (kondisi) pada waktu itu.
Secara formal tidak ada yang namanya penutupan pintu ijtihad oleh siapapun  atau  otoritas/  sumber  tinggi  apapun  dalam  Islam,  namun  state  of  affair  perlahan-lahan  tapi  pasti  berlaku  dalam  dunia  Islam di  mana  pemikiran  seluruhnya sebagai aturan umum terhenti.
 Fazlur  Rahman  juga  merupakan  ulama  modern.  Pemikiran  Fazlur  Rahman ditandai dengan cara pikir kritis, analitis dan sistematis.
Menurut Fazlur Rahman, ijtihad adalah:  Ijtihad  berarti  upaya  memahami  makna  suatu  teks  atau  preseden di masa lampau yang mengandung suatu aturan, dan  mengubah  aturan  tersebut  dengan  cara  memperluas  atau  membatasi  atau  pun  memodefikasinya  dengan  cara-cara yang  lain sedemikian rupa sehingga suatu situasi baru dapat dicakup  ke dalamnya.
 Pengertian ijtihad menurut Fazlur Rahman yang dipahami dari teks di  atas,  bahwa  ijtihad  merupakan  upaya  memahami  makna  suatu  teks  atau  preseden di masa lampau yang mempunyai suatu aturandan untuk mengubah  suatu  aturan  tersebut  dengan  memperluas  atau  membatasi  ataupun  memodifikasinya dengan cara-cara sedemikian rupa, hingga suatu situasi baru  dapat  dicakup  di  dalamnya  dengan  suatu  solusi  baru. Implikasi  metodologi  yang terdapat dalam definisi di atas adalah bahwa teks (al-Quran dan Sunnah)    Fazlur  Rahman,”  Islamic  Methodology  in  History”,  diterjemahkan  Anas  Mahyuddin,  Membuka Pintu Ijtihad, Bandung: Pustaka, 1995, hal. 149.
  Fazlur  Rahman,  Islam  and   Modernity:  Transformation  of  an  Intellectual  Tradition  Terj.
Ahsin Mohammad, Islam dan Modernitas: Tentang Tranformasi Intelektual,  Bandung: Pustaka, 1985,  hal.8.
4  dapat dipahami untuk digeneralisasikan sebagai prinsip-prinsip yang dijadikan  sebagai  aturan  baru.  Kajian  ijtihad  yang  dipahami  dari  pendapat  Fazlur  Rahman yaitu meliputi, pemahaman teks dalam keutuhan konteksnya di masa  lampau,  pemahaman  situasi  baru  yang  sedang  terjadi  sekarang  dan  pengubahan aturan-aturan hukum yang terkandung di dalam teks tersebut.
 Ijtihad  adalah  salah  satu  alternatif  yang  dipilih  oleh  Fazlur  Rahman  dalam  upaya  pembaharuan  hukum  Islam.  Dalam  sejumlah karya  penelitiannya, Fazlur Rahman menekankan aspek metodologi pemikiran Islam  di  mana  hukum  merupakan  aspek  yang  dominan  dalam  pemikiran  metodologinya. Ide dan pemikiran Fazlur Rahman terkait dengan metodologi  hukum Islam terdapat dalam beberapa bukunya, seperti  Islamic Methodology  in  History,  Islam,  Islam  and  Modernity:  Transformation  of  Intellectual  Tradition,  dan  Major  Themes  of  the  Qur’an.
  Misalnya  dengan  metode  historis  untuk  mempermudah  dan  mengembangkan  ijtihad,  dalam  mempertahankan  serta  mensistematiskan  sebuah  bangunan  teoritis  suatu  pemikiran yang di dalam kategori sosial sering kalidibedakan dengan istilah  normatif.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi