Rabu, 27 Agustus 2014

Skripsi Syariah:ANALISIS TERHADAP HISAB KH. NOOR AHMAD TENTANG KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW. 10 R. AWAL -53 H.


 BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah Nabi  Muhammad  saw.  adalah  Nabi  yang  diutus  sebagai  penutup  risalah para Nabi sebelumnya. Beliau adalah manusia paling mulia dan utama  yang pernah ada di bumi ini. Sebelum beliau dilahirkan, di sebutkan bahwa  nanti  di  akhir  zaman  akan  diutus  seorang  Nabi  yang  dilahirkan  di  Makkah,  hijrahnya  ke  Madinah  dan  mempunyai  kekuasaan  di  Negeri  Syam,  yaitu  Muhammad saw  . Ketika beliau lahir, banyak kejadian-kejadian aneh namun  istimewa  yang  menjadi  tanda  bahwa  bayi  yang  dilahirkan  akan  menjadi  rahmat  bagi  seluruh  alam.  Seperti  halnya  bintang-bintang  yang  bergemerlapan  dan  seakan  mendekat  ke  bumi  untuk  menyabut  kelahiran  manusia paling mulia ini  . Selain itu, cahaya berkilauan yang memancar saat  kelahiran  beliau  ke  daerah  Bushra  di  Syam.  Yang  mana  daerah  ini  adalah  daerah  yang  pertama  kali  yang  akan  mengalami  perkembangan  Islam  di  Negeri  Syam  .  Serta  masih  banyak  hal  istimewa  yang  terjadi  pada  saat  kelahiran beliau yang menunjukkan betapa mulia kedudukannya di sisi Allah  swt.
 Abd  al-Rahman al-Syaibani,  Maulid al-Diba’, Semarang: Karya Thaha Putra, 2008, h.
12.  Lihat  juga  Muhammad  „Alawi  al-Hasani,  Mukhtashar  fi  al-Sirah  al-Nabawiyah,  Tuban:  alMishbah,  2007,   h.  20.  Yang  menyatakan  bahwa  pernyataan  di  atas  bersumber  dari  Kaab  alAkhbar yang diriwayatkan oleh al-Darimi, Ibnu Saad, Ibnu Asakir, Abu Naim, al-Baihaqi dan alJauzi.
 Muhammad Nawawi al-Bantani, Madarij al-Shu’ud  ila Iktisab al-Burud,  Surabaya: Dar  Ihya al-Kutub al-Arabiyah, 2001, h. 18.

 Ibid.    Adapun  mengenai  waktu  kelahiran  manusia  paling  utama  ini,  terdapat  berbagai  pandangan  dari  para  sejarawan  dalam  menentukannya.
Namun,  pendapat  yang  sering  disampaikan  bahwa  Nabi  Muhammad  saw.
dilahirkan pada hari Senin 20 April 571 M  .
Mengenai  kelahiran  Nabi  saw.  tahun  571  M  ini  bersumber  dari  riwayat Ibnu „Amid yang redaksinya sebagai berikut “Telah sampai juga riwayatnya Ibnu „Amid dalam kitab  Mukhtashar  al-Tarikh  bahwa  Nabi  Muhammad  saw.  telah  berumur  delapan  tahun ketika Raja Kisra  Anusyarwan wafat,  yaitu pada tahun 579  M. Oleh karenanya kelahiran Nabi jatuh pada tahun 571 M”.
Sedangkan  20  April  ini  bersumber  dari  riwayat  Imam  Syams  alDin bin Salim dalam kitab al-Jafr al-Kabir, sebagai berikut: “Sungguh benar bahwa Nabi saw. lahir pada bulan  R. Awal  pada  20  Nisan-nya  Tahun  Gajah  dan  pada  masa  kekuasaan  Raja  Kisra  Anusyarwan”.
Pada  riwayat  tersebut  dijelaskan  bahwa  Nabi  saw.  lahir  pada  20  bulan  Nisan. Adapun bulan  Nisan  ini merupakan nama salah satu bulan dari   Muhammad Fiyadh, al-Taqawim, Mesir: Nahdhah  Mishr, 2003, h. 177. Lihat juga Lihat  juga  Ahmad  Syalbi,  Mausu’at  al-Tarikh  al-Islami  wa  al-Hadharah  al-Islamiyah,  Mesir:  alNahdhah  al-Mishriyah,  1978,  h.  184.  Lihat  juga  Thaha  Mahsun,  Tarikh  Nabi  Muhammad  saw.,  Surabaya:  Percetakan  Kitab  Salim  bin  Nabhan,  2011,  h.  8.  Lihat  juga  Shafi  al-Rahman  alMubarakfuri, al-Rahiq al-Mahtum, Yogyakarta: Pustaka al-Kautsar, 1989, h. 75.
 Muhammad Fiyadh, op.cit. h. 175.
 Ibid. h. 175.   Kalender Suryani, yang dalam Kalender Masehi sama dengan bulan April  .
Oleh karena itu ditetapkan bahwa Nabi saw. lahir pada 20 April 571 M.
Pendapat  ini  dikuatkan  oleh  Syekh  al-Khudhari  yang  mengutip  pendapatnya sejarawan Mahmud Basya, sebagai berikut:
 “Syekh al-Khudhari menyebutkan bahwa ahli Falak Mahmud Basya  telah  meneliti  tentang  kelahiran  Rasul  yang  jatuh  pada  pagi  hari  Senin 9 R. Awal yang bertepatan dengan 20 April 571 M”.
Riwayat  ini  menyatakan  bahwa  kelahiran  Nabi  saw.  jatuh  pada  9  R.  Awal  yang  bertepatan  dengan  20  April  571  M,  namun  dalam  terusan  pernyataan  Syekh  al-Khudhari  ini  terdapat  pendapat  lain  yang  diampaikan  oleh Ibnu Faris al-Razi bahwa 20 April 571 M tersebut bukanlah bertepatan  dengan  9  R.  Awal,  akan  tetapi  bertepatan  dengan  10  R.  Awal.  Adapun  redaksinya seperti berikut:
“Pada 20 April 571 M tersebut terdapat pendapat yang disampaikan  oleh Ibnu Faris al-Razi bahwa Rasul lahir pada hari Senin pada 10  R. Awal”.
Dari  kedua  pendapat  di  atas,  dapat  dipahami  bahwa  satu  tanggal  dalam Kalender Masehi, yang dalam hal ini 20 April 571 M, bisa mempunyai   Ibid. h. 177.
 Abd  al-Rahman  al-Khayyath,  Maulid  al-Nabi  saw.,  Kairo:  Dar  al-Afaq  al-Arabiah,  2003, h. 58.
 Ibid.
dua tanggal dari Kalender Hijriyah, yakni 9 dan 10  R. Awal. Hal seperti ini  kiranya wajar karena dalam Kalender Hijriyah terdapat lebih dari satu sistim,  ada  yang  menggunakan  sistem  Urfi,  ada  pula  yang  menggunakan  sistem  Istilahi  dan ada yang menggunakan sistem  Haqiqi bi al-Tahqiq. Di samping  itu,  dalam  penentuan  awal  bulan  Kamariah  sendiri  tergantung  siapa  yang  memperhitungkannya. Seperti kasus penetapan awal bulan Syawal tahun lalu,  yakni  1432  H.  Pemerintah  menetapkan  1  Syawal  1432  H.  harus  dengan  istikmal  (menyempurnakan  hitungan  hari  bulan  Ramadhan  30  hari)  karena  pada  hari  Senin  Wage  29  Ramadhan  1432  H.  atau  29  Agustus  2011  M  ketinggian Hilal masih di bawah 2° serta rukyah menurut mereka dinyatakan  gagal. Makanya 1  Syawal  ditetapkan jatuh pada hari Rabu Legi 31 Agustus  2011 M.
Namun  menurut  ahli  Falak  Jepara,  yakni  KH.  Noor  Ahmad,  meskipun pada 29  Ramadhan  1432 H. Hilal masih di bawah 2°  akan tetapi  beliau  bertendensi  pada  hasil  rukyah  di  pantai  Kartini  Jepara  oleh  putranya  yang  bernama  Saiful  Mujab,  yang  dianggap  berhasil,  maka  hari  Selasa  Kliwon  30  Agustus  2011  M  ditetapkan  sebagai  1  Syawal  1432  H.  Karena,  lanjut  beliau,  Rukyah  itu  lebih  dimenangkan  dari  pada  hasil  Hisab  berdasarkan keterangan Hadits Nabi saw  .
Adapun Hadis tersebut ialah, sebagai berikut:  Wawancara  dengan  KH.  Noor  Ahmad,  1  Mei  2012  M.  di  kediaman  beliau,  Kriyan,  Pecangaan, Jepara.
 “Dari Abdullah bin Umar ra. Rasulallah saw. bersabda: Satu bulan  itu  ada  29  hari.  Makanya  kamu  semua  jangan  berpuasa  sampai  melihat  Hilal.  Bila  tidak  bisa  melihatnya,  maka  sempurnakanlah  hitungan bulan menjadi 30 hari”.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi