Senin, 25 Agustus 2014

Skripsi Syariah:ANALISIS TERHADAP PENAMBAHAN 1/3 HUKUMAN DAN PEMBERLAKUAN HUKUMAN MINIMAL DALAM PASAL 7 UU NO. 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG


 BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah Dewasa  ini  sering  didapati  maraknya  eksploitasi  manusia  untuk  dijual atau biasa disebut dengan  human trafficking.  Terutama pada wanita  untuk perzinaan atau dipekerjakan tanpa upah. Tentunya ini semua tidak  sesuai dengan syari’ah dan   norma-norma  yang berlaku („urf). Kemudian  bila  kita  tinjau  ulang  ternyata  manusia-manusia  tersebut  berstatus  hur (merdeka).
 Perdagangan  manusia  (trafficking  in  human)  merupakan  masalah  yang  sangat  kompleks.  Perdagangan  manusia  telah  menjadi  bisnis  lintas  negara,  yang  mempunyai  jaringan  sangat  rapi,  mulai  dari  tingkat  lokal  maupun internasional, yang sulit dipantau aparat. Berbagai upaya preventif  telah dilakukan, namun hingga kini praktek kejahatan ini terus berjalan.
Dengan  lahirnya  DUHAM  (Deklarasi  Universal  Hak  Asasi  Manusia)  penganiayaan  secara  fisik  maupun  mental,  perbudakan,  memperdagangkan  orang  dan  mengeksploitasi  orang  lain,  merupakan  perbuatan  yang  disebut  sadisme  (kekejaman)  dan  pelanggaran  terhadap  nilai  humanisme.  Dalam  hukum  Islam,  trafficking,  meski  dalam  prakteknya  jelas  lebih  kompleks,  bisa  di-qiyas-kan  dengan  perbudakan.

Upaya penghapusan perbudakan telah ada sejak zaman Nabi Muhammad   Faqihuddin  Abdul  Qodir,  dkk.,  Fiqh  Anti  Trafficking;  Jawaban  atas  Berbagai  Kasus  Kejahatan  Perdagangan  Manusia  dalam  Perspektif  Hukum  Islam,  Cirebon:  Fahmina  Institut,  2006, hlm. 71.    saw.  Semangat  menghapus  perbudakan  terus  menggelora  dalam  literatur  hukum Islam.
 Salah satu bukti yang sangat nyata adalah pilihan hukuman  bagi pelanggar ajaran Islam adalah memerdekakan budak. Kemudian Nabi  Muhammad  menguraikan  banyak  hal,  termasuk  begaimana  seharusnya  dalam membebaskan budak.
 Allah  menyuruh  kepada  pemilik  budak  agar  memberikan  kesempatan  kepada  budak  mereka  yang  ingin  membebaskan  dirinya  dari  perbudakan  dengan  menebus  dirinya  dengan  harta,  bilamana  budak  itu  bermaksud  baik  juga  punya  sifat  jujur  dan  amanah.  Baik  pembayaranya  secara  berangsur  atau  kontan.  Ini  adalah  suatu  cara  yang  disyari`atkan  Islam  untuk  melenyapkan  perbudakan,  sebab  pada  dasarnya  Islam  tidak  mengakui  perbudakan  karena  bertentangan  dengan  perikemanusiaan  dan  bertentangan  pula  dengan  harga  diri  seseorang  yang  dalam  Islam  sangat  dihormati.
 Manusia adalah makhluk Allah Swt yang dimuliakan, sehingga anak  Adam ini dibekali dengan sifat-sifat yang mendukung, seperti akal untuk  berfikir,  kemampuan  berbicara,  bentuk  rupa  yang  baik  serta  hak  kepemilikan yang tidak dimiliki oleh makhluk-makhluk lainnya.
 Tatkala  Islam memandang manusia sebagai pemilik, maka hukum asalnya ia tidak  dapat dijadikan sebagai barang yang dapat dimiliki atau diperjualbelikan.
 Ibid, hlm. 63.
 Asrori S. Karni, ed, Pesan-Pesan Taqwa Nurcholish Masjid; Kumpulan Khutbah Jumat  di Paramadina, Jakarta: Paramadina, 2005, hlm. 73.
 Muhammad  Rifai,  al-Qur`an  dan  Tafsirnya  6,  Semarang:  CV.  Wicaksana,1993,  hlm.
629.
 Thabathaba’i,  al-Mizan fiy Tafsir al-Quran, Juz XIII, Beirut: Mu’assasah al-Islamiy li  al-Mathbu’at, tt, hlm. 152.
 Hal ini berlaku jika manusia tersebut berstatus merdeka, tetapi di zaman  modern ini tidak ada manusia yang tidak merdeka.
Perbudakan,  dalam  arti  zaman  jahiliyah,  disepakati  ulama  untuk  diharamkan.  Tidak  berarti  perbudakan  kemudian  lenyap.  Perbudakan  era  jahiliyah  kini  menjelma  dalam  bentuk  trafficking  atau  perdagangan  manusia untuk kepentingan bisnis prostitusi yang dikelola sangat rapi oleh  jaringan  mafia  internasional.  Sebagaimana  perbudakan  berbau  seks  yang  terjadi pada masa Nabi dilarang yang disebutkan dalam QS: al-Nûr “Dan  orang-orang  yang  tidak  (belum)  mampu  kawin  hendaklah  menjaga  kesucian  dirinya  sehingga  Allah  menganugerahinya  kemampuan.  Dan  budak-budak  yang  kamu  miliki  yang  menginginkan perjanjian (untuk pembebasan dirinya) hendaklah  kamu  buat  perjanjian  dengan  mereka,  jika  kamu  mengetahui  kebaikan pada mereka. Dan berikanlah kepada mereka sebagian  dari  harta  Allah  yang  dikaruniakan  kepadamu.  Dan  janganlah  kamu  paksa  budak-budak  perempuanmu  untuk  melakukan  pelacuran,  padahal  mereka  menginginkan  kesucian  diri,  karena  kamu  hendak  mencari  keuntungan  duniawi.  Dan  barangsiapa  memaksa mereka maka  sesungguhnya Allah Maha Pengampun  Maha  Penyayang  (kepada  mereka)  sesudah  mereka  dipaksa”.
(Q.S. al-Nur:33).
 Departemen  Agama,  Al-Quran  dan  Terjemahannya,  Semarang:  Thoha  Putra,  1989,  hlm. 549.
 Dengan  memperhatikan  ayat  di  atas,  trafficking  harus  diharamkan,  dan  semua  yang  terlibat  didalamnya  berdosa.  Pengharaman  trafficking tentu bukan tanpa alasan. Akan tetapi pengharaman saja belumlah cukup.
Bagi  pelaku  yang  melakukan  trafficking  juga  harus  diberi  sanksi  yang  dapat  mencegah  terulanginya  perbuatan  ini.  Hukuman  yang  diberikan  adalah  sebagai  bentuk  pertanggungjawaban  pidana  oleh  pelaku,  Sebab  disamping  dapat  dikategorikan  sebagai  kejahatan  kemanusiaan  karena  merampas  dan  menodai  hak-hak  dasar  manusia,  juga  mengancam  dan  merusak  tatanan  nilai  yang  dibangun  ajaran  agama  seperti  keadilan,  kesetaraan,  kemaslahatan.  Nilai-nilai  yang  sangat  penting  dan  menjadi  dasar pijakan dalam upaya membangun hubungan kemanusiaan ideal.
Isu perdagangan anak dan perempuan mulai menarik perhatian banyak  pihak  di  Indonesia  tatkala  ESCAP  (Komite  Sosial  Ekonomi  PBB  untuk  Wilayah  Asia-Pasifik)  mengeluarkan  pernyataan  yang  menempatkan  Indonesia  bersama  22  negara  lain  pada  peringkat  ketiga  atau  terendah  di  dalam  merespon  isu  ini.
 Secara  rinci  perdagangan  perempuan  dan  anak  untuk tujuan seks komersial di Indonesia menurut data Polri mencapai 173  kasus  yang  dilaporkan  dan  134  kasus  selesai  pada  tahun  1999,  pada  tahun  2000  sebanyak  24  kasus  dan  yang  selesai  16  kasus  dan  pada  tahun  2001  sebanyak 178 kasus dilaporkan dan 128 kasus bisa terselesaikan.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi