Rabu, 27 Agustus 2014

Skripsi Syariah:JUAL BELI HASIL BUMI DENGAN SISTEM PANJAR DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM ( Studi Kasus di Desa Jenarsari Gemuh Kendal )


 BAB I PENDAHULUAN
 A.  Latar Belakang Allah  SWT  telah  menjadikan  manusia  masing-masing  saling  membutuhkan  satu  sama  lain,  supaya  mereka  tolong  menolong,  tukarmenukar  keperluan  dalam  segala  urusan  kepentingan  hidup,  baik  dengan  jalan  jual  beli,  sewa  menyewa,  bercocok  tanam,  atau  bentuk  pertukaran  lainnya,  baik  dalam  urusan  kepentingan  sendiri  maupununtuk  kemaslahatan  umum.  Dengan  cara  demikian  kehidupan  masyarakat  menjadi  teratur  dan  subur,  pertalian  yang  satu  dengan yang lainpun menjadi teguh. Akan tetapi, sifat loba dan tamak tetap ada  pada manusia, suka mementingkan diri sendiri supaya hak masing-masing jangan  sampai tersia-sia, dan juga menjaga kemaslahatan umum agar  pertukaran dapat  berjalan  dengan  lancar  dan  teratur.
 Islam  sebagai  agama  yang  sempurna  mengatur  segala  bentuk  kehidupan,  salah  satunya  adalah  muamalah.
 Setiap  manusia  semenjak  dari  mereka  berada  di  muka  bumi  ini  merasa  perlu  akan  bantuan orang lain dan tidak sanggup berdiri sendiri untuk memenuhi maksudmaksudnya  yang  kian  hari  makin  bertambah.  Oleh  karena  itu  hukum  Islam  mengadakan  aturan-aturan  bagi  keperluan  dan  membatasi  keinginan  hingga  memungkinkan  manusia  memperoleh  maksudnya  tanpa  memberi  madharat kepada  orang  lain  dan  mengadakan  hukum  tukar-menukar  keperluan  antara   Sulaiman Rasjid, FiqihIslam, Jakarta: Sinar Baru Algensindo, 1994, h. 278.

 Muamalah  secara  harfiah  berarti  “  Pergaulan”  atau  hubungan  antar  manusia.  Dalam  pengertian harfiah yang bersifat umum, muamallah berarti perbuatan atau pergaulan manusia di luar  ibadah.  muamalah  merupakan  perbuatan  manusia  dalam  menjalin  hubungan  atau  pergaulan  antar  sesama  manusia.  (Baca:  Ghufron  A.  Masadi,  FiqihMuamalahKontekstual,  jakarta:  PT.  Raja  Grafindo Persada, 2002, h.1).
 anggota-anggota  masyarakat  adalah  satu  jalan  yang  adil,  agar  manusia  dapat  melepaskan dirinya dari kesempitan dan memperoleh maksudnya tanpa merusak  kehormatan.  Islam memberi jalan kepada manusia untuk jual beli dengan dasar  penentuan  harga  untuk  menghindari  kepicikan,  kesukaran  dan  mendatangkan  kemudahan.
 Oleh karena itu Allah berfirman  “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan  harta  sesamamu  dengan  jalan  yang  batil,  kecuali  dengan  jalan  perniagaan  yang  berlaku  dengan  suka  sama  suka  diantara  kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah  Maha Penyayang kepadamu.” (Qs. An Nisaa 4: 29)  Dari  ayat  diatas  menjelaskan  tentang  disyariatkannya  jual  beli.  Bahwa  Allah  SWT  melarang  kaum  muslimin  untuk  memakan  harta  orang  lain  secara  batil  yang  berarti  melakukan  transaksi  ekonomi  yang  bertentangan  dengan  syara.Di  samping  itu  berkaitan  dengan  prinsip  jual  beli,  maka  unsur  kerelaan  antara penjual dan pembeli adalah yang utama.
 Sebagai  sistem  kehidupan,  Islam  memberikan  warna  dalam  setiap dimensi  kehidupan  manusia,  tidak  terkecuali  dunia  ekonomi.  Sistem  Islam  ini berusaha mendialektikkan nilai-nilai ekonomi dengan nilai akidah ataupun etika.
Artinya, kegiatan ekonomi yang dilakukan manusia dibangun dengan dialektika  nilai  materialisme  dan  spiritualisme.  Kegiatan  ekonomi  yang  dilakukan  tidak   Nazar Bakry, Problematika Pelaksanaan Fiqh Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994, h. 57.
 Departement  Agama  RI,  Al-  QuranAl-KarimdanTerjemahanBahasaIndonesia,  Kudus:  Menara Kudus,dzulhijjah 1427 H, h. 83.
 T.M. Hasby Ash Shiddieqy, Memahami Syariat Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000, h. 45.
 hanya  berbasis  nilai  materi,  akan  tetapi  terdapat  sandaran  transendental  di  dalamnya, sehingga akan bernilai ibadah.
 Salah  satu  sistem  jual  beli  yang  kini  berkembang,  yaitu  pemberlakuan  uang  panjar  sebagai tanda pengikat kesepakatan. Istilah ini dikenal dengan DP  (Down of Payment), atau uang muka. Biasa disebut dengan istilah" Tanda Jadi”.
Dijelaskan  jual beli dengan sistem  panjar  pada  pasal 1464 KUHPerdata  yang  menyebutkan  bahwa:  jual  beli  dengan  sistem  panjar  merupakan  suatu jual beli  yang diadakan antara penjual dan pembeli. Di  dalam jual  beli pihak pembeli menyerahkan  uang  panjar  atas harga barang, sesuai kesepakatan kedua belah pihak tersebut. Jual beli dengan sistem ini salah  satu  pihak  tidak  dapat  meniadakan  pembelian  itu  dengan  menyuruh  memiliki atau mengembalikan uang panjarnya (1464 KUH Perdata )  Bahwa jual beli sistem panjar (baial„urbun) atas keabsahan transaksi ini,  jumhur  ulama  mengatakan  hukumnya  tidak  sah  dan  merupakan  jual  beli  yang  dilarang.Menurut  MadzhabHanafiyah,  merupakan  jual  beli  yang  fasid,  sebab  dalam  jual  beli  tersebut  ada  beberapa  unsur  yang  tidak  diperbolehkan  yaitu syarat  fasad  dan  al-gharar,  dan  juga  dianggap  dalam  kategori  memakan  harta  orang  lain  dengan  batil  oleh  sebagian  ulama  lainnya.  Hal  ini  dilandasi  Hadist  Rasulullah SAW yang melarang.
Dari „Amr bin Syuaib, dari ayahnya, dari kakeknya ra, ia berkata:  bahwa Nabi SAW bersabda:“Nabi SAW melarang penjualan dengan  lebih  dahulu  memberikan  uang  muka  (panjar).(HR.  Ahmad,  AnNasai, Abu Dawud)  DimyauddinDjuwaini, Pengantar Fiqih Muamalah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, h. 5.
 Salim, HukumKontrakTeoridanTeknikPenyusunanKontrak, Jakarta: Sinar Grafika, 2003, h. 50.
 DimyauddinDjuwaini Op, Cit., h. 90.
 T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Koleksi Hadis-Hadis Hukum, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000, h. 354   Dalam hal ini Imam Ahmad menyatakan hadist yang meriwayatkan  bai „urbun  kedudukannya  lemah.  Namun  demikian,  sistem  panjar  disini  sudah  menjadi  bagian  dari  transaksi  jual  beli  dalam  perdagangan  dan  perniagaan  dewasa ini. Namun Wahbah  Zuhaily  membolehkannya jual beli tersebut karena  „urf,  yang sudah melekat dalam masyarakat tidak dapat ditinggalkan.
 Dan  itu  artinya hukum ini  ditetapkan oleh beberapa mujtahidin  bahwa jual beli secara al „urbun, tidak disalahkan dan boleh.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi