Selasa, 26 Agustus 2014

Skripsi Syariah:KONFORMITAS( PERSESUAIAN) FATWA MUI TENTANG LARANGAN SIARAN PROGRAM INFOTAINMENT DI TELEVISI DAN PASAL 310 KUHP TENTANG PENGHINAAN

 BAB I  PENDAHULUAN  
A.  Latar Belakang Masalah  Di  setiap  televisi   memang  selalu  ditayangkan  berbagai  bentuk  acara  infotainment  yang  menggosipkan  ahwal  selebritis.  Menurut  pendapat  penulis,  gosip  mempunyai  dua  pengertian.  Pertama,  gosip  berarti  sebuah  wahana  untuk  memberitakan   atau   membincangkan  kebaikan   atau   nikmat  Allah  SWT  yang  telah  diterima  dan  juga  untuk  mengklasifikasikan  permasalahan  yang  merebak  seputar seluk-beluk kehidupan selebritis itu. Kedua, gosip berarti sinonim dengan  ghibah, yaitu menyebarkan kejelekan/ kecacatan seseorang yang jika kejelekan itu  diungkapkan di depannya ia pasti tidak menyukainya.
Untuk kategori pertama, Islam menganjurkan untuk mengungkapkan atau  memberikan  nikmat  Allah  SWT  yang  telah  diterima,  dengan  catatan  tidak  ada  unsur menyombongkan diri.
 Allah SWT berfirman:  “Dan  terhadap  nikmat  Tuhanmu,  maka  hendaklah  kamu  siarkan  (dengan  ungkapan syukur).” (Q.S. Ad-Dhuha: 11).
 Untuk  kategori  kedua,  mengklarifikasi  ghibah  berita.  Sedangkan   Ali Mustofa Yakub, Fatwa-fatwa Besar Masjid Istiqlal, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2007, h.216.

2  mengklarifikasi berita itu keharusan dan dianjurkanagama demi menjauhkan dari  prasangka buruk dan salah paham.
 “Hai  orang-orang  yang  beriman,  jika  datang  kepadamu  orang  fasik  membawa  suatu  berita,  maka  periksalah  dengan  teliti,  agar  kamu  tidak  menimpakan  suatu  musibah  kepada  suatu  kaum  tanpa  mengetahui  keadaannya  yang  menyebabkan  kamu  menyesal  atas  perbuatanmu itu.” (Q.S. Al-Hujuraat: 6).
Televisi  dapat  saja  menjadi  media  pembangunan  dan  pengembangan  pikiran,  ruh,  jiwa,  akhlak  masyarakat,  demikian  pula  halnya  media  surat  kabar  dan sebagainya, tetapi di sisi lain, televisi dapatjuga menjadi alat penghancur dan  perusak.  Semua  itu  kembali  kepada  materi  acara  dan  pengaruh  yang  ditimbulkannya.
 Dapat penulis katakana, media-media ini mengandung kemungkinan baik,  buruk, halal, dan haram. Penulis katakan seperti semula bahwa seorang muslim  dapat  mengendalikan  diri  terhadap  media-media  seperti  ini,  sehingga  untuk  menghidupkan  radio  atau  televisi  ketika  acaranya  berisi  kebaikan  dan  mematikannya  bila  berisi  keburukan.  Lewat  media  ini seseorang  dapat   Departemen Agama RI,  Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: 1997, .h. 1070.
 Ali Mustofa Yakub, Op.Cit,. h. 217.
 Yusuf Qardawi,Fatwa-Fatwa Kontemporer,Beirut-Lebanon:Darul Ma’arif,Cet,V.2004 H/1998  M,. h.874-876.
3  menyaksikan  dan  mendengarkan  berita-berita  dan  acara-acara  keagamaan,  pendidikan,  pengajaran  atau  acara  lainnya  yang  dapat  diterima  (tidak  mengandung  unsur  keburukan  atau  keharaman).  Dalam  hal  ini  anak-anak  dapat  menyaksikan gerak-gerak lincah dari suguhan yang menyenangkan hatinya atau  dapat memperoleh manfaat dari tayangan acara pendidikan yang mereka saksikan.
Bahwa  pemberitaan  infotainment  di  media  penyiaran  publik  seringkali  mengeksploitasi aib, kejelekan, gosip, kekerasan, perselingkuhan, perceraian dan  hal-hal lain sejenis terkait pribadi, bahkan tidak jarang berisi fitnah dan seringkali  menimbulkan  keresahan  di  masyarakat,  memicu  keretakan  hubungan  keluarga  dan melahirkan dampak negatif lainnya serta mengganggu hak masyarakat untuk  mendapatkan tayangan bermutu.
 Televisi  dapat  saja  menjadi  media  pembangunan  dan pengembangan  pikiran,  ruh,  jiwa,  akhlak  masyarakat,  demikian  pula  halnya  media  surat  kabar  dan  sebagainya.  Di  sisi  lain,  televisi  dapat  juga  menjadi  alat  penghancur  dan  perusak.  Semua  itu  kembali  kepada  materi  acara  dan  pengaruh  yang  ditimbulkannya  .
Di  era  globalisasi  ini,  kebutuhan  akan  informasi  melalui  media  massa  merupakan  hal  yang  tidak  bisa  dielakkan.  Salah  satu media  massa  yang  efektif  untuk  menyampaikan  pesan  maupun  untuk  mendulang  keuntungan  adalah   Sekretaris Majlis Ulama Indonesia Pusat,Himpunan Keputusan Musyawarat Nasional VIII  Majelis Ulama Indonesia,Jakarta:MUI Pusat,2010/2011,. h.114.
 Yusuf Qardawi,Op. Cit,.h.876.
4  televisi. Beragam acara ditayangkan untuk menarik perhatian pemirsa. Di antara  acara-acara  tersebut  ada  satu  acara  yang  cukup  diminati  oleh  pemirsa,  yaitu  tayangan  infotainment.  Informasi  yang  disajikan  dalam  tayangan  infotainment  didominasi  oleh  informasi  mengenai  kehidupan  selebriti.  Informasi  tersebut  tentunya  tidak  semuanya  merupakan  hal  yang  positif  dan  bermanfaat  bagi  kepentingan publik.
Infotainment  juga  menayangkan  hal-hal  yang  bersifat negatif  dan  seringkali tidak bermanfaat apa pun bagi publik. Sebagai salah satu acara televisi,  tayangan  infotainment  tunduk  kepada  peraturan-peraturan  mengenai  penyiaran.
Dalam  praktek,  ada  beberapa  hal  dalam  tayangan  infotainment  yang  melanggar  peraturan  tersebut,  di  antaranya  pelanggaran  terhadap  wilayah  privat  seseorang.
Tayangan  infotainment  berisikan  hal-hal  yang  bersifat  privat  dan  terkadang  merupakan aib seseorang.
Islam  sangat  menekankan  hubungan  yang  harmonis  antara  sesama  muslim. Oleh karena itu Islam melarang untuk membicarakan dan menyebarkan  aib  orang  lain.  Islam  merupakan  agama  yang  dianut  oleh  mayoritas  rakyat  Indonesia,  oleh  karena  itu  nilai-nilai  Islam  tentu  saja  memberikan  pengaruh  terhadap  kehidupan  masyarakat  maupun  aturan-aturan  hukum  yang  berlaku.

Ulama  Indonesia  sendiri  telah  mengeluarkan  fatwa  yang  mengharamkan  berita  infotainment yang berisikan pembicaraan mengenai aib orang lain. Namun hingga  saat ini belum banyak yang berubah dari tayangan tersebut.

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi