BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam
era perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang
ini, pendidikan agama
semakin dibutuhkan oleh
manusia, terutama pendidikan agama yang di harapkan makin
memperkuat landasan spiritual, moral, etik dalam
perkembangan zaman yang
semakin modern, yang
ditandai dengan kemajuan IPTEK dan informasi seperti zaman
sekarang.
Pendidikan agama tidak hanya sekedar memberikan
pengetahuan tentang agama, tetapi yang
lebih penting adalah menanamkan rasa
cinta terhadap agama agar mereka
mempunyai pola pikir
yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran
agama pendidikan agama, sehingga
mereka mendapatkan keyakinan benar dalam agama serta
mereka mampu untuk
mengubah nilai dan sikap yang
tidak sesuai dengan ajaran agama.
Pendidikan Agama merupakan mata pelajaran yang
paling mendasar bagi setiap manusia
dan dengan di
masukkanya pelajaran Pendidikan
Agama ini di dalam
kurikulum di sekolah-sekolah dari SD sampai dengan Universitas Negeri.
sebagai mana dalam Undang-Undang
System Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 yang berbunyi: “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya
poteni peserta didik
agar menjadi manusia
yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia;
sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab
dalam rangka mencerdaskan kehidupan banga” xvii Pendidikan Agama Islam pada jenjang Madrasah
Tsanawiyah Negeri Batu bertujuan untuk
meningkatkan keimanan, pemahaman,
penghayatan dan pengalaman
peserta didik tentang
ajaran-ajaran agama Islam
sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa
kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, masyarakat
berbangsa dan bernegara. Dengan demikian
apabila suatu siswa
di jenjang pertama
telah mendapatkan mata pelajaran pendidikan
agama, maka dapat
diharapkan menjadi muslim
yang beriman dan bertakwa kepada
Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.
Melihat
kondisi sekarang ini
disertai dengan kemajuan
IPTEK menjadi tantangan bagi guru agama dalam meningkatkan
kualitas pendidikan agama Islam.
Diantaranya banyak masalah yang
menghambat guru agama dalam meningkatkan kualitas
pendidikan agama Islam
diantaranya kenakalan remaja,
narkoba yang dapat menimbulkan para siswa akan masuk di
dalamnya.
Kejadian
seperti ini menuntut
para keluarga, guru
agama Islam, serta pemerintah ikut
bertanggung jawab atas
masa depan generasi
muda tersebut.
Dengan mengatasi
adanya kejadian diatas
sebagai akibat dari
perubahan dan perkembangan
IPTEK dan yang
perlu diperhatikan secara
serius saat ini
adalah semaraknya narkoba
dan obat-obatan sebagai
salah satu penyebab
merosotnya gairah belajar yang
akan berakibat pada peningkatankualitas pendidikan terutama pendidikan agama Islam.
Pantas
kalau kualitas pendidikan
kita jauh dari
harapan dan kebutuhan.
Padahal dalam
kapasitasnya yang sangat
luas, pendidikan memiliki
peran dan xviii berpengaruh
positif terhadap segala bidang kehidupan dan perkembangan manusia dengan berbagai aspek kepribadiannya.
Menjadi guru kreatif adalah harapan setiap
guru, di tangan gurulah yang banyak mewarnai
proses pembelajaran disekolah,
termasuk pendidikan agama Islam
yang meliputi: Al-Qur’an dan Hadis, Aqidah, Akhlak, Fiqih serta Sejarah dan
Kebudayaan Islam. Bagi
seorang guru, selain
keteladanan moral dan kepribadian guru,
apalagi guru pendidikan
agama Islam menjadi
contoh dalam moralitas keagamaan yang diajarkannya. Sedikit
ataubanyak, guru agama sering dijadikan
acuan moral kepribadian bagi siswa dan guru-guru yang lain.
Kreativitas pada
intinya merupakan kemampuan
seseorang melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun
karyanyata, baik dalam ciri-ciri aptitude
maupun non-aptitude, baik dalam karya barumaupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu
relatif berbeda dengan apa yang telah ada
sebelumnya.
Menjadi guru
kreatif tidaklah terbentuk
secara tiba-tiba, melainkan
lahir dari proses
pergumulan dengan ruang
dan waktu seiring
pengalaman yang dilaluinya.
Guru yang kreatif
artinya guru yang
memiliki daya cipta,
misalnya dalam menyiapkan
metode, perangkat, media
dan muatan materi
pembelajaran.
Dari kreativitas
guru tersebut, akan
menular pada siswa
secara jangka pendek maupun panjang. Karena siswa disadari atau
tidak cenderung belajar dari aktivitas dan kreativitas
gurunya dalam proses
pembelajaran. Kegiatan belajar
yang variatif, dapat
merangsang semangat dan
rasa penasaran siswa
untuk belajar pendidikan agama islam.
xix Guru perlu membuat keterbukaan komunikasi
dengan siswanya. Sebelum pelajaran dimulai
pada tahun ajaran
baru, seyogyanya guru
melakukan ’kontrak belajar’
dengan siswa. Guru
memposisikan cara pandang
bersama terhadap aktivitas
di kelas sebagai
relasi dan komunikasi
di kelas adalah saling
belajar.
Kontrak belajar ini meliputi
kenalan, curah harapandan pendapat atas pelajaran serta membangun kesepakatan dan kesepahaman
kolektif antara guru dan siswa, seperti
tentang cara dan tempat belajar misalnya.
Membangun kreativitas
guru membutuhkan proses,
kreativitas tidaklah lahir
tiba-tiba, ada proses
yang mengawalinya seperti:
pertama, belajar dari pengalaman mengajar,
baik diperoleh dari
pengalaman sendiri maupun dari pengalaman guru
lain. Guru dapat
belajar dan merefleksikan
perjalanan proses belajar mengajarnya ke dalam praktik
pembelajaran bersama siswa. Kedua, rasa cinta dan
kasih sayang yang
mendalam terhadap murid-muridnya agar
mereka menjadi manusia ideal di
masa yang akan datang. Cinta adalah energi kehidupan.
Cinta merupakan
sumber pemicu yang
kuat atas lahirnya
kreativitas. Jika ada cinta
dan kasih sayang, maka rasa dan jiwa guru terlibat dalam proses pengajaran dan
pendidikannya sehingga totalitas
kinerja guru lahir.
Perasaan siswa dapat menangkap cinta
kasih gurunya sehingga
terjalin hubungan psikologis
antara siswa dan
guru. Ketiga, adanya
tanggung jawab yang
mendalam terhadap tugasnya.
Keempat, guru giat
belajar untuk meningkatkan kualitas
pengetahuan, kepribadian dan
keterampilannya yang berhubungan dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru.
Keberhasilan siswa untuk belajar
secara efektif tidak lepas dari peran guru dalam
melakukan pendekatan dan
pengontrolan terhadap siswa
dalam kelas, xx melakukan interaksi
yang baik dan
harus kreatif dalam
menciptakan suasana pengajaran
yang menyenangkan sehingga
anak lebih efektif
dalam belajar dan lebih
maksimal.
Ada dua tujuan dari Pendidikan
Agama Islam di MTs Negeri Batu yaitu, pertama,
menumbuhkembangkan akidah melalui
pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan,
penghayatan, pengamalan, pembiasaan,
serta pengalaman peserta didik
tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang
terus berkembang keimanan
dan ketakwaannya kepada
Allah Swt. Kedua, mewujudkan manusia Indonesia yang
taat beragama dan berakhlak
mulia, yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah,
cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi
(tasamuh), menjaga keharmonisan
secara personal dan sosial
serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.
Bagi
guru pendidikan agama
islam dua tujuan
diatas yang seyogyanya menjadi fokus perhatian dalam mengemban
tugasnya. Dari tujuan ini, diturunkan ke
tingkat operasional sehingga muncul standar kompetensi dan kompetensi dasar bagi para siswanya. Sadar tujuan saja tidaklah
cukup, perlu ada upaya atau proses yang
mengantar ke arah sana. Proses inilah yang mau tidak mau perlu melibatkan kreativitas guru agama agar tujuan pendidikan
agamaislam tercapai, atau paling tidak
mendekati tujuan.
Dalam proses pendidikan, guru
tidak hanya menjalankan fungsi alih ilmu pengetahuan
(transfer of knowledge),
tetapi juga berfungsi
untuk menanamkan nilai (values) serta membangun karakter
(character building) peserta didik
secara berkelanjutan. Tugas pokok guru
adalah mengajar danmendidik sekaligus. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
22, 23 dan 24 tahun xxi kaitan ini perlu disadari bahwa pada setiap
mata pelajaran yang diajarkan harus membawa misi
pendidikan dan kejujuran.
Tugas guru agama
di samping harus dapat
memberikan pemahaman yang benar tentang ajaran agama, juga diharapkan dapat
membangun jiwa dan
karakter keberagamaan yang dibangun
melalui pengajaran agama
tersebut. Ketika seorang
guru mengajarkan salat
misalnya, ia tidak
hanya mengajarkan siswa
agar paham terhadap
pengetahuan tentang salat dan mempraktikkannya secara
benar, tetapi bersamaan dengan itu
dengan salat tersebut
diharapkan akan tumbuh
jiwa dan kepribadian
anak yang selalu bersyukur kepada Allah, patuh dan tunduk,
disiplin,senantiasa ingat kepada Allah yang
selanjutnya terpelihara dirinya dari perbuatanyang keji dan munkar.
MTs Negeri
Batu memiliki 13
Guru pendidikan agama
Islam yang memiliki
kreativitas masing-masing dalam
pelaksanaan pembelajaran. MTs Negeri Batu
menganjurkan kepada semua
guru untuk menggunakan
metode pembelajaran yang
bervariasi agar peserta
didik tidak merasa
jenuh pada saat belajar.
Kreativitas
setiap guru pendidikan
agama islam di
MTs Negeri Batu beraneka
ragam. Namun ada beberapa kreativitas guruyang menarik, misalnya : Siswa diharuskan mencari materi yang akan
diajarkanpada pertemuan yang akan datang dan
menbacanya dirumah agar
saat guru menjelaskan
disekolah siswa sedikit
banyak sudah mengetahui
tentang materi yang diajarkan. Kemudian
ada juga guru yang memberikan
hadiah ketika guru menanyakan sesuatu kepada siswa yang
mampu menjawab pertanyaan
dengan baik dan
benar
span
z � l = 0� ��� erun:yes'> akan
digunakan suatu hipotesis sebagai alat
ukur untuk membuktikan
tujuan yang ingin
dicapai. Hipotesis adalah
jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitian
telah dinyatakan dalam
bentuk pertanyaan. Dikatakan
sementara karena jawaban
yang diberikan baru
berdasarkan pada teori yang
relevan, belum berdasarkan
pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui 26 pengumpulan data.
Jadi hipotesis juga
dapat dinyatakan sebagai
jawaban teoritis terhadap rumusan
masalah penelitian, belumjawaban empirik.
Sedangkan formula
hipotesis dalam penelitian
ini adalah hipotesis alternatif sebagai berikut : Ha:
Ada pengaruh yang
positif dan signifikan
antara kecerdasan emosional dan motivasi mengajar guru.
E.
DEFINISI OPERASIONAL Untuk menghindari
kesalahan persepsi dan
kerancuan dalam mendefinisikan judul penelitian ini, maka
diberikanpenertian istilah sebagai berikut:
Kecerdasan emosional
menurut Goleman adalah
kemampuan seseorang mengenal
perasaan diri sendiri
dan perasaan orang
lain, memotivasi diri sendiri dan
mengelola emosi dengan
baik pada diri
sendiri dan dalam hubungannya
dengan oang lain.
Motivasi dapat
diartikan sebagai daya
penggerak yang telah
aktif saatsaat tertentu
terutama apabila kebutuhan
untuk mencapai tujuan
sangat disarankan atau
mendesak. Surjono Trimo
memberikan pengertian motivasi adalah
merupakan sesuatu kekuatan
pengerak dalam perilaku
individu baik yang
akan menentukan arah
maupun daya tahan
(peristence) tiap perilaku Iskandar,
Metodologi Penelitian Pendidikan
dan Sosial (Kualitatif
dan Kuantitatif) (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), hlm. 56.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi