Sabtu, 23 Agustus 2014

Skripsi Syariah:MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PROGRAM MADRASAH BERTARAF INTERNASIONAL (MABI) DI MAN 3 MALANG


BAB I  PENDAHULUAN  
A.  Latar Belakang Masalah  Pendidikan merupakan kunci kemajuan dan peradaban suatu bangsa.
 Semakin  baik  kualitas  pendidikan  yang  diselenggarakan  oleh  suatu  masyarakat/  bangsa,  maka  akan  diikuti  dengan  semakin  baik  pula  kualitas  sumber  daya  masyarakat/  bangsa  tersebut  yang  kemudian  dapat  melahirkan  peradaban  bernilai  tinggi  yang  dibangun  di  atas  fondasi  ilmu  pengetahuan.
 Pendidikan senantiasa menjawab kebutuhan masyarakatdan tantangan  yang  muncul  di  kalangan  masyarakat,  sebagai  konsekuensi  dari  suatu  perubahan  melalui pendidikan dan pengajaran di sekolah formalmaupun non formal.
 Dalam  Undang-Undang  Sisdiknas  No  20  Tahun  2003,  disebutkan  bahwa:  “  Pendidikan  adalah  usaha   sadar  dan  terencana  untuk  mewujudkan  suasana  belajar  dan  proses  pembelajaran  agar  peserta  didik  secara  aktif  mengembangkan  potensi  dirinya  untuk  memiliki  kekuatan  spiritual  keagamaan,  pengendalian  diri,  kepribadian,  kecerdasan,  akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,  bangsa dan negara”.
  Pendidikan  itu  sendiri  tidak  bisa  dipisahkan  dari  masyarakat  karena  keduanya  saling  memberi  informasi  dan  memadukan  antara  program  dan  pelaksanaan. Pendidikan yang bermutu tidak terlepasdari sebuah manajemen/   Hujair Sananki, Paradigma Pendidikan Islam (Membangun Masyarakat Modern),  (Yogyakarta:  Safarina Insani Press, 2003), hlm. 3.
  Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, (Bandung: Citra  Umbara, Januari, 2006), hlm. 72.

 pengaturan  dalam  melaksanakan  tugas  kependidikan,  karena  sekolah  layaknya  institusi/  lembaga  yang  mengemban  misi  untuk  melakukan  proses  edukasi, proses sosialisasi dan proses transformasipada peserta didik, dalam  rangka mengantarkan mereka melanjutkan ke jenjang berikutnya.
 Pada era globalisasi sekarang ini yang telah merambah ke dalam dunia  pendidikan,  menuntut  sekolah  untuk   melakukan    berbagai    upaya    yang  berorientasi pada penciptaan kompetensi lulusan yang berdaya saing  global. Upaya yang harus dilakukan dalam  rangka memperbaki mutu  sumber  daya  manusia  adalah  dengan  meningkatan  mutu  pendidikan.
 Pendidikan    di    Indonesia    pada    era    globalisasi    dituntut    untuk  menghasilkan  sumber   daya  manusia  yang  unggul   di   bidang  pengetahuan  serta  mampu  bersaing  di  dunia  teknologi  juga  punya  jiwa  kebangsaan  yang  tinggi,  sehingga  di  manapun  berada  selalu  memberikan  karya   terbaik  bagi  bangsa dan negaranya.
 Adanya  dasar  pendidikan  manusia  abad  ke-21  yang  diajukan  oleh  UNESCO  (United  Nations  Educational,  Scientific  and  Cultural Organization) yaitu:  learning how to think, learning how to do, learningto  be.  learning  how  to  learn  dan  learning  how  to  live  juga  perlu  diperhatikan  oleh  sistem  pendidikan  kita  dikarenakan  terkait  persiapan  menghadapi  tantangan global dan adanya persaingan di gelanggang internasional dengan  segala pergeseran atau perubahan tata nilai.
   Siti Kusrini, dkk, Keterampilan Dasar Mengajar (PPL) Berorientasi PadaKurikulum Berbasis  Kompetensi,(Malang: Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2009), hlm.13.
 Teknologi   komunikasi  dan   informasi   yang  begitu  pesat   rasanya  memang   tidak  menjadikan  perdebatan  bila  perkembangan    ini    diikuti  dengan    mendirikan    sekolah/  madrasah    bertaraf    internasional    di  Indonesia.  Pendidikan  dan  pelatihan  adalah  suatu  yang  sangat  dibutuhkan  sehubungan menjelang tahun 2020 perkonomian Indonesia akan berubah dan  berkembang ke arah perekonomian global,  yang diikuti dengan perubahan  arah  perusahaan  dan   industri  harus  berkembang  sesuai  dengan  tuntutan  global,  sehingga  diperlukan  pengembangan  sumber  daya  manusia  melalui  pendidikan  dan  pelatihan  yang  mampu  memenuhi   dan  mengimbangi  kebutuhan lokal, regional maupun internasional.
 Secara  umum  pendidikan  di  Indonesia  sedang  menghadapi  dua  tantangan  yang  berat,  yaitu  tantangan  internal  dan  eksternal.  Bangsa  Indonesia  telah  dihadapkan  pada  hasil-hasil  studi  internasional  yang  selalu  menempatkan negara kita dalam posisi guru kunci untuk masalah pendidikan.
 Hasil  studi  The  Third  International  Mathematics  and  Science  Study  Repeat  1999  (TIMSS-R  1999)  yang  dilaksanakan  pada  38  negara  dari  lima  benua,  yaitu Asia, Australia, Afrika, Amerika dan Eropa, menempatkan peserta didik  SLTP  Indonesia  pada  urutan  ke-32  dan  34  untuk  skor  tes  IPA  dan  Matematika.
  Peserta didik SLTP dari negara tetangga Singapura  menduduki  urutan pertama untuk skor tes Matematika dan kedua  untuk IPA. Sedangkan  peserta didik dari Malaysia berada pada urutan ke-16 untuk Matematika dan  22 untuk IPA.  Indikator lain menunjukkan bahwa berdasarkan pada  Human    Muhaimin,  Pengembangan  Kurikulum  Pendidikan  Agama  Islam  di  Sekolah,  Madrasah  dan  Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 191.
 Development  Index  (HDI),  Indonesia  berada  pada  urutan  ke-102  dari   negara  dan  Indonesia  masih  di  bawah  Vietnam.  Di  samping  itu  hasil  studi  International Institute for Development  menempatkan Indonesia pada urutan  ke-49 dari 49 negara.
 Di  sisi  lain  dalam  tantangan  eksternal  adalah  adanya  pasar  bebas  ASEAN  (AFTA)  berlaku  sejak  tahun  2003  yang  lalu  dan untuk  beberapa  tahun ke depan yaitu adanya kerja sama ekonomi AsiaPasifik (APEC) yang  akan  berlaku  pada  tahun  2010  untuk  negara-negara  maju  dan  tahun  2020  untuk  seluruh  anggotanya  termasuk  Indonesia.  Yang  semua  itu  dapat  dijadikan  titik  tolak  dalam  mengembangkan  pendidikan  nasional  pada  umumnya.
    Oleh  karenanya  perlu  adanya  pembaharuan  dalam  sistem  pendidikan  untuk  memperoleh  pendidikan  yang  unggul  dan  merata  bagi  seluruh rakyat Indonesia. Salah satunya terlihat dari adanya Undang-Undang  No  20  Tahun  2003  Tentang  Sisdiknas   yang  pada  Pasal  49  ayat  (1)  dinyatakan bahwa:  “Dana  pendidikan  selain  gaji  pendidik  dan  biaya  pendidikan  kedinasan dialokasikan minimal 20 % dari Anggaran Pendapatan dan  Belanja  Negara  (APBN)  pada  sektor  pendidikan  dan  minimal  20  %  dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).”  Seiring  dengan  diberlakukannya  Undang-Undang  Otonomi  Daerah  dan sistem pendidikan terpusat (sentralistik) beralih ke model desentralisasi,  pemerintah berusaha untuk mengangkat keunggulan kualitas pendidikan yaitu   Ibid., hlm. 192.
  Abuddin Nata, Modernisasi Pendidikan Islam Indonesia, (Jakarta: UIN Press, 2006), hlm. 4.
  Undang-Undang  Republik  Indonesia  Nomor  20  Tahun  2003  Tentang  Sisdiknas,  Op.Cit., hlm.
 101.
 melalui penyelenggaraan Sekolah/ Madrasah Bertaraf  Internasional (S/MBI).
 Langkah  tersebut  bertujuan  untuk  meraih  puncak  keunggulan  hasil  pendidikan  dan  mampu  berdaya  saing  di  forum  internasional  melalui  penyelenggaraan S/MBI.
 Upaya  kongkrit  tersebut  sekaligus  sebagai  perwujudan  dari  amanat  Undang-Undang  Sisdiknas  No  20  Tahun  2003  tentang  Sistem  Pendidikan  Nasional tepatnya pada pasal 50 ayat (3) yaitu:  “Pemerintah  dan/atau  Pemerintah  Daerah  menyelenggarakan  sekurang-kurangnya  satu  satuan  pendidikan  pada  semua  jenjang  pendidikan  untuk  dikembangkan  menjadi  satuan  pendidikan  yang  bertaraf internasional”.
  Selain  itu,  Undang-Undang  No  17  Tahun  2007  tentang  rencana  pembangunan  jangka  panjang  nasional  tahun  2005-2025 menetapkan  skala  prioritas  utama  dalam  rencana  pembangunan  jangka  menengah  tahun  2005-2009 untuk meningkatkan kualitas dan akses masyarakat terhadap pelayanan  pendidikan yaitu pemerintah menargetkan SBI sebanyak 112 yang tersebar di  seluruh Indonesia  . Gebrakan tersebut akhir-akhir ini memunculkan  trend  di  lembaga pendidikan formal untuk menyelenggarakan S/MBI.
 Munculnya  kebijakan  tentang  desentralisasi  pendidikan,  sebagai  implikasi dari pemberlakuan Undang-Undang Republik  Indonesia Nomor 22  Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor  25  Tahun  2000  tentang  Kewenangan  Pemerintah  dan  Kewenangan  Provinsi  sebagai Daerah Otonom, sebenarnya merupakan angin segar bagi kehidupan   Ibid.,hlm. 102.
  Hermana, Suemantri, Dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Edisi Khusus 1 tahun ke-13,  (Jakarta: Diknas, Agustus, 2007), hlm. 5.
 madrasah.  Pergeseran  pola  sentralisasi  ke  desentralisasi  dalam  pengelolaan  pendidikan ini merupakan upaya pemberdayaan madrasah dalam peningkatan  mutu pendidikan secara berkelanjutan, terarah dan menyeluruh.
  Dalam   rangka  pembaharuan  sistem  pendidikan  nasional  telah  ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunanpendidikan nasional. Visi  pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata  sosial  yang  kuat  dan  berwibawa   untuk   memberdayakan   semua   warga  negara  Indonesia  berkembang  menjadi  manusia  yang  berkualitas  sehingga  mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
 Terkait  dengan  visi  tersebut  telah  ditetapkan  serangkaian  prinsip  penyelenggaraan  pendidikan  untuk  dijadikan  landasan dalam  pelaksanaan  reformasi  pendidikan.  Salah  satu  prinsip  tersebut  adalah  pendidikan  diselenggarakan  sebagai  proses  pembudayaan   dan   pemberdayaan   peserta  didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tersebut diperlukan  guru  yang  memberikan  keteladanan,  membangun  kemauan,  dan  mengembangkan   potensi   dan   kreativitas   peserta   didik.  Implikasi  dari  prinsip  ini  adalah  pergeseran  paradigma  proses  pendidikan,   yaitu   dari  paradigma   pengajaran   ke   paradigma  pembelajaran.  Pembelajaran  adalah  proses  interaksi  peserta  didik  dengan  guru  dan  sumber  belajar  pada  suatu  lingkungan  belajar.  Proses  pembelajaran  perlu  direncanakan,  dilaksanakan,  dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efsien.
 Mengingat   kebhinekaan   budaya,   keragaman   latar   belakang   dan   Muhaimin, Op.Cit., hlm. 187.
 karakteristik   peserta   didik,   serta   tuntutan   untuk  menghasilkan   lulusan  yang   bermutu,   proses   pembelajaran  untuk   setiap  mata   pelajaran   harus  fleksibel,   bervariasi,   dan  memenuhi  standar.  Proses  pembelajaran  pada  setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif,  menyenangkan,   menantang,   dan   memotivasi   peserta  didik  untuk  berpartisipasi  aktif,  serta  memberikan  ruang  yang  cukup  bagi   prakarsa,  kreativitas,   dan   kemandirian   sesuai   dengan  bakat,  minat,  dan  perkembangan fsik serta psikologis peserta didik.
 Sesuai  dengan  amanat  Peraturan  Pemerintah  Nomor  19  tahun  2005  tentang  Standar  Nasional  Pendidikan  salah  satu  standar   yang   harus  dikembangkan   adalah   standar   proses.  Standar   proses   adalah   standar  nasional   pendidikan   yang  berkaitan   dengan   pelaksanaan   pembelajaran  pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan.
 Standar  proses  berisi  kriteria  minimal  proses  pembelajaran  pada  satuan  pendidikan  dasar  dan  menengah  di  seluruh  wilayah  hukum  Negara  Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses ini meliputi perencanaan proses  pembelajaran,  pelaksanaan  proses  pembelajaran,  penilaian  hasil  pembelajaran,  dan  pengawasan  proses  pembelajaran  untuk   terlaksananya  proses pembelajaran yang efektif dan efsien. Standar proses tersebut berlaku  untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal, baik pada  sistem paket maupun pada sistem kredit semester.
  Madrasah  sebagai  representatif  dari  sekolah  berciri khas  Islam  pun    Badan  Standar  Nasional  Pendidikan,  Peraturan  Menteri  Pendiidkan  Nasional  Republik  Indonesia  nomor  41  tahun  2007  tentang  Standar  Proses  Untuk  Satuan  Pendidikan  Dasar  dan  Menengah, (Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan, 2007),hlm. 5-7.
 yang  secara  khusus  penanganannya  di  bawah  naungan  Departemen  Agama  sudah  mulai  menyelenggarakan  Madrasah  Bertaraf  Internasional  (MBI).
 Kualitas  lulusan  madrasah  dapat  memperoleh  pengakuan  dan  kualitas  yang  sama dengan sekolah umum lainnya.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi