BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Setelah
melalui perjalanan panjang
selama 5 (lima)
tahun sejak 1999, dengan melampaui
4 (empat) presiden
dan empat (empat)
menteri pendidikan, saat ini RUU
Guru dan Dosen telah disahkan menjadi UndangUndang Guru dan Dosen dalam Rapat
Paripurna DPR-RI tanggal 6 Desember 2005. Kelahiran
Undang-Undang tentang Guru
dan Dosen ini
merupakan dambaan bagi
semua guru dalam
upaya mendapatkan perlindungan
hukum yang memberikan jaminan hak
asasi dan profesinya sebagai insan pendidikan.
Pada akhirnya akan terwujud kinerja guru yang
profesional dan mempunyai motivasi
tinggi dalam mengajar demi terwujudnya pendidikan nasional yang bermutu.
Menurut
UU Republik Indonesia No.14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen bahwa guru
adalah pendidik profesional dengantugas utama medidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan
anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Dalam
keseluruhan proses pendidikan khususnya pendidikan di sekolah, guru memegang peranan yang utama. Perilaku
guru dalam proses pendidikan Zainal
aqib dan Elham
Rohmanto, membangun Profesionalisme Guru
dan Pengawas Sekolah(Bandung: Yrama Widya, 2007), hlm. 147.
Martinis
Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP(Jakarta: Gang Persada press, 2008), hlm. 193.
20 akan
memberikan makna dan warna yang kuat bagi pembinaan perilaku dan kepribadian siswa. Untuk dapat melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya, seorang guru
dituntut memiliki beberapa
kemampuan dan ketrampilan tertentu.
Guru adalah salah
satu unsur manusia
dalam proses pendidikan.
Dalam
proses pendidikan di
sekolah, guru memegang
tugas ganda yaitu sebagai
pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah
bahan pelajaran ke
dalam otak anak
didik, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan membina
anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan
mandiri. Djamarah berpendapat bahwa baik
mengajar maupun mendidik
merupakan tugas dan tanggung jawab
guru sebagai tenaga
profesional. Syarat menjadi
guru harus sehat jasmani dan
rohani, menunjukkan bahwa
tugas guru yang
berat lahir dan batin.
Guru dituntut prima, cekatan dan berwibawa dalam memberi pelajaran.
Bahkan
menurut tafsir An
Nawawi, kekuatan fisik
adalah bagian dari kekuatan
iman.
Oleh
sebab itu, tugas yang berat dari seorang guruini pada dasarnya
hanya dapat dilaksanakan
oleh guru yang
memiliki kompetensi profesional yang tinggi dan motivasi mengajar
yang tinggi pula.
Sebagai
salah satu komponen
dalam proses belajar
mengajar (PBM), guru
memiliki posisi yang
sangat menentukan keberhasilan
pembelajaran dalam merancang,
mengelola, melaksanakan dan
mengevaluasi pembelajaran.
Ia
juga memiliki kedudukan
sebagai figur sentral
dalam Muhammad Nurdin, Kiat
Menjadi Guru Profesional(Yogyakarta: Ar Ruzz media, 2008), hlm. 130.
Syafruddin Nurdin
dan M. Basyiruddin
Usman, Guru Profesional
dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2002),
hlm. 7.
21 meningkatkan proses
belajar mengajar.
Guru sebagai
tenaga kependidikan merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan tujuan pendidikan karena guru
yang langsung bersinggungan dengan peserta didik untuk memberikan bimbingan
yang akan menghasilkan
tamatan yang diharapkan.
Guru merupakan sumber
daya manusia yang
menjadi perencana, pelaku
dan penentu tercapainya tujuan
pendidikan. Untuk itu dalam menunjang kegiatan guru diperlukan iklim sekolah yang kondusif
dan hubungan yang baik antar unsur-unsur yang
ada di sekolah
antara lain kepala
madrasah, guru, tenaga administrasi
dan siswa. Serta
hubungan baik antar unsur-unsur
yang ada di sekolah
dengan orang tua murid/masyarakat.
Meneliti guru
sebagai salah seorang
pelaksana kegiatan pendidikan
di sekolah/madrasah sangat
diperlukan. Tidak jarang
ditemukan guru yang kurang memiliki
gairah dalam melakukan
tugasnya, yang berkibat
kurang berhasilnya tujuan
yang ingin dicapai.
Hal itu disebabkan
oleh berbagai faktor,
salah satunya adalah
kurangnya motivasi guru
dalam mengajar.
Motivasi dapat dipandag sebagai perubahan
energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya feelingdan didahului dengan tanggapan terhadap adanya
tujuan. Pernyataan ini
mengandung tiga pengertian
yaitu bahwa motivasi
mengawali peruahan energi
pada diri setiap individu, motivasi Tabrani
Rusyan, dkk, Pendekatan
dalam Proses Belajar
Mengajar, (Bandung: Rosdakarya, 1994), hlm. 3.
http://ilmiahmanajemen.blogspot.com/2008/10/pengaruh-faktor-motivasi-terhadap.html
diakss tanggal 8 Maret 2010 22 relevan dengan persoalan kejiwaan, afeksi dan
emosiyang dapat menentukan tingkah laku
manusia, dan motivasi dirangsang karena adanya tujuan.
Salah satu
teori yang sangat
populer berkaitan dengan
motivasi adalah teori
jenjang kebutuhan dari Maslow.
Maslow yang dikutip
oleh Hamzah mengatakan
ada lima jenjang
kebutuhan yaitu the
physiological needs (kebutuhan
fisiologis), security needs
(kebutuhan rasa aman),
social needs (kebutuhan rasa
memiliki dan rasa cinta), self respect needs (kebutuhan harga diri), dan self actualization (kebutuhan
aktualisasi diri.
Dalam kaitannya
dengan kepemimpinan kepala
madrasah yang ingin menggerakkan
gurunya untuk mengerjakan
tugasnya haruslah mampu memotivasi
guru tersebut sehingga guru akan memusatkan seluruh tenaga dan perhatiannya untuk mencapai hasil yang telah
ditetapkan.
Kepala
madrasah harus benar-benar
menjalin komunikasi aktif
dan setiap saat
mengadakan evaluasi terhadap
tugas pengajaran yang sudah dilaksanakan guru. Hubungan kepala
madrasah dengan guru-guru
harus baik, tanggung
jawab, didasari dengan
kejujuran, kesetiaan, keikhlasan
dan kerjasama. Apabila
diibaratkan dalam satu
keluarga, maka hubungan
Kepala madrasah dengan
guru-guru lainnya harus
berlangsung bagaikan hubungan
satu saudara dengan
saudara lainnya, dan
hubungan Kepala madrasah
dengan siswa harus
seperti Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya(Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2008), hlm. 63.
Ibid.,
hlm. 68.
http://myteacher.net/plan/lesson
9.htmldiakses tanggal 8 Maret 2010 23 hubungan ayah dengan anak. Agar guru dapat
menjalankan tugasnya dengan baik, maka
kepala madrasah harus mengetahui dan memberikan motivasi.
Oleh karena
itu, Kepala madrasah
tidak cukup dengan memiliki kecerdasan
intelektual saja tetapi
juga kecerdasan emosional.
Karena taraf inteligensi
bukan merupakan satu-satunya
faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain
yangmempengaruhi. Menurut Goleman, kecerdasan
intelektual (IQ) hanya
menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan
80% adalah sumbangan
faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional
atau Emotional Quotient (EQ) yakni
kemampuan memotivasi diri
sendiri, mengatasi frustasi,
mengontrol desakan hati,
mengatur suasana hati
(mood), berempati serta
kemampuan bekerja sama.
Goleman mengkategorikan kecerdasan
emosi kepada dua kecerdasan yaitu
kecerdasan individu dan
sosial. Dengan adanya kecerdasan emosi seseorang dapat
mengenal perasaan diri
dan orang lain,
memotivasi diri sendiri
dan mengelola emosi
dengan baik ketika
berinteraksi dengan orang lain. Jika
reaksi emosional tidak
menyenangkan, hubungan atau
pergaulan hanya terbatas pada
tugas-tugas jabatan. Pertumbuhan karir dan pribadi pada seorang pemimpin pendidikan harus sejalan.
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi/tarbiyah/sistem-manajemen-kepala-sekolah
dalam-meningkatkan-motivasi-mengajar-guru-di-mts-ypi-tanjung-anom-deli diakses tanggal 13 Februari
2010.
Dani
Ronnie, The Power
of Emotional and
Adversity Quotient for
Teacher (Bandung: Mizan Media
Utama, 2006), hlm. 2.
Soekarto
indrafachrudi, Bagaimana Memimpin
Sekolah yang Efektif.
(Bogor : Ghalia Indonesia, 2006), Hal. 16 24 Berdasarkan latar
belakang di atas
maka peneliti ingin
mengangkat permasalahan tersebut
dalam pengajuan skripsi yang berjudul “PENGARUH KECERDASAN
EMOSIONAL KEPALA MADRASAH
TERHADAP MOTIVASI MENGAJAR GURU
DI MTS YASPURI MALANG”.
A.
Rumusan Masalah Untuk memperjelas
arah pembahasan tersebut
perlu adanya rumusan masalah. Adapun rumusan masalah dalam
penulisan iniadalah: 1. Apakah
ada pengaruh kecerdasan
emosional kepala madrasah
terhadap motivasi mengajar guru
di MTs Yaspuri Malang? 2. Berapa besar pengaruh kecerdasan emosional
kepala madrasah terhadap motivasi
mengajar guru di MTs Yaspuri Malang? B. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan
dari penelitian ini adalah: 1. Untuk
mengetahui pengaruh kecerdasan
emosional kepala madrasah terhadap motivasi mengajar guru di MTs Yaspuri
Malang.
2.
Untuk menjelaskan besarnya
pengaruh kecerdasan emosional
kepala madrasah terhadap motivasi
mengajar guru di MTs Yaspuri Malang.
C.
Manfaat Penelitian Untuk
mengetahui dari penelitian ini penulis akan memaparkan sebagai berikut, manfaat bagi: 25 1. Lembaga/madrasah a.
Sebagai acuan untuk terus mengembangkan madrasah b.
Sebagai upaya perbaikan
serta peningkatan mutu
pendidikan sehingga menghasilkan
out put lulusan yang bermutu.
c.
Meningkatkan motivasi mengajar guru.
2.
Pengembangan Ilmu Pengetahuan a. Memperkaya dan menambah teori-teori dalam
dunia pendidikan b. Dapat menjadi acuan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan c. Mengetahui
sejauh mana pengaruh
kecerdasan emosional kepala madrasah terhadap motivasi mengajar guru di
MTs Yaspuri Malang.
3.
Penulis Dapat memberi
tambahan ilmu pengetahuan
dan pengalaman bagi penulis
sendiri D. Hipotesis Penelitian Dalam
penelitian ini akan
digunakan suatu hipotesis sebagai alat
ukur untuk membuktikan
tujuan yang ingin
dicapai. Hipotesis adalah
jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitian
telah dinyatakan dalam
bentuk pertanyaan. Dikatakan
sementara karena jawaban
yang diberikan baru
berdasarkan pada teori yang
relevan, belum berdasarkan
pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui 26 pengumpulan data.
Jadi hipotesis juga
dapat dinyatakan sebagai
jawaban teoritis terhadap rumusan
masalah penelitian, belumjawaban empirik.
Sedangkan formula
hipotesis dalam penelitian
ini adalah hipotesis alternatif sebagai berikut : Ha:
Ada pengaruh yang
positif dan signifikan
antara kecerdasan emosional dan motivasi mengajar guru.
E.
DEFINISI OPERASIONAL Untuk menghindari
kesalahan persepsi dan
kerancuan dalam mendefinisikan judul penelitian ini, maka
diberikanpenertian istilah sebagai berikut:
Kecerdasan emosional
menurut Goleman adalah
kemampuan seseorang mengenal
perasaan diri sendiri
dan perasaan orang
lain, memotivasi diri sendiri dan
mengelola emosi dengan
baik pada diri
sendiri dan dalam hubungannya
dengan oang lain.
Motivasi dapat
diartikan sebagai daya
penggerak yang telah
aktif saatsaat tertentu
terutama apabila kebutuhan
untuk mencapai tujuan
sangat disarankan atau
mendesak. Surjono Trimo
memberikan pengertian motivasi adalah
merupakan sesuatu kekuatan
pengerak dalam perilaku
individu baik yang
akan menentukan arah
maupun daya tahan
(peristence) tiap perilaku Iskandar,
Metodologi Penelitian Pendidikan
dan Sosial (Kualitatif
dan Kuantitatif) (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), hlm. 56.
Download lengkap Versi PDF
mantapppp
BalasHapus