Sabtu, 23 Agustus 2014

Skripsi Syariah:PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL KEPALA MADRASAH TERHADAP MOTIVASI MENGAJAR GURU DI MTs YASPURI MALANG


BAB I  PENDAHULUAN  
A.  LATAR BELAKANG  Setelah  melalui  perjalanan  panjang  selama  5  (lima)  tahun  sejak  1999,  dengan  melampaui  4  (empat)  presiden  dan  empat  (empat)  menteri  pendidikan, saat ini RUU Guru dan Dosen telah disahkan menjadi UndangUndang Guru dan Dosen dalam Rapat Paripurna DPR-RI tanggal 6 Desember  2005.  Kelahiran   Undang-Undang  tentang  Guru  dan  Dosen  ini  merupakan  dambaan  bagi  semua  guru  dalam  upaya  mendapatkan  perlindungan  hukum  yang memberikan jaminan hak asasi dan profesinya sebagai insan pendidikan.
 Pada akhirnya akan terwujud kinerja guru yang profesional dan mempunyai  motivasi tinggi dalam mengajar demi terwujudnya pendidikan nasional yang  bermutu.
  Menurut UU Republik Indonesia No.14 tahun 2005  tentang Guru dan  Dosen bahwa guru adalah pendidik profesional dengantugas utama medidik,  mengajar,  membimbing,  mengarahkan,  melatih,  menilai,  dan  mengevaluasi  peserta  didik  pada  pendidikan  anak  usia  dini  jalur  pendidikan  formal,  pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

  Dalam keseluruhan proses pendidikan khususnya pendidikan di sekolah,  guru memegang peranan yang utama. Perilaku guru dalam proses pendidikan    Zainal  aqib  dan  Elham  Rohmanto,  membangun  Profesionalisme  Guru  dan  Pengawas  Sekolah(Bandung: Yrama Widya, 2007), hlm. 147.
  Martinis Yamin,  Profesionalisasi Guru  dan Implementasi  KTSP(Jakarta: Gang Persada  press, 2008), hlm. 193.
 20  akan memberikan makna dan warna yang kuat bagi pembinaan perilaku dan  kepribadian siswa. Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya,  seorang  guru  dituntut  memiliki  beberapa  kemampuan  dan  ketrampilan  tertentu.  Guru  adalah  salah  satu  unsur  manusia  dalam  proses  pendidikan.
 Dalam  proses  pendidikan  di  sekolah,  guru  memegang  tugas  ganda  yaitu  sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan  sejumlah  bahan  pelajaran  ke  dalam  otak  anak  didik,  sedangkan  sebagai  pendidik guru bertugas membimbing dan membina anak  didik agar menjadi  manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri. Djamarah berpendapat  bahwa  baik  mengajar  maupun  mendidik  merupakan  tugas dan  tanggung  jawab  guru  sebagai  tenaga  profesional.  Syarat  menjadi  guru  harus  sehat  jasmani  dan  rohani,  menunjukkan  bahwa  tugas  guru  yang  berat  lahir  dan  batin. Guru dituntut prima, cekatan dan berwibawa dalam memberi pelajaran.
 Bahkan  menurut  tafsir  An  Nawawi,  kekuatan  fisik  adalah  bagian  dari  kekuatan iman.
  Oleh sebab itu, tugas yang berat dari seorang guruini pada  dasarnya  hanya  dapat  dilaksanakan  oleh  guru  yang  memiliki  kompetensi  profesional yang tinggi dan motivasi mengajar yang tinggi pula.
 Sebagai  salah  satu  komponen  dalam  proses  belajar  mengajar  (PBM),  guru  memiliki  posisi  yang  sangat  menentukan  keberhasilan  pembelajaran  dalam  merancang,  mengelola,  melaksanakan  dan  mengevaluasi  pembelajaran.
   Ia  juga  memiliki  kedudukan  sebagai  figur  sentral  dalam   Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional(Yogyakarta: Ar Ruzz media, 2008),  hlm. 130.
  Syafruddin  Nurdin  dan  M.  Basyiruddin  Usman,  Guru  Profesional  dan  Implementasi  Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 7.
 21  meningkatkan  proses  belajar  mengajar.
  Guru  sebagai  tenaga  kependidikan  merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan tujuan pendidikan karena  guru yang langsung bersinggungan dengan peserta didik untuk memberikan  bimbingan  yang  akan  menghasilkan  tamatan  yang  diharapkan.  Guru  merupakan  sumber  daya  manusia  yang  menjadi  perencana,  pelaku  dan  penentu tercapainya tujuan pendidikan. Untuk itu dalam menunjang kegiatan  guru diperlukan iklim sekolah yang kondusif dan hubungan yang baik antar  unsur-unsur  yang  ada  di  sekolah  antara  lain  kepala  madrasah,  guru,  tenaga  administrasi  dan  siswa.  Serta  hubungan  baik antar  unsur-unsur  yang  ada  di  sekolah dengan orang tua murid/masyarakat.
  Meneliti  guru  sebagai  salah  seorang  pelaksana  kegiatan  pendidikan  di  sekolah/madrasah  sangat  diperlukan.  Tidak  jarang  ditemukan  guru  yang  kurang  memiliki  gairah  dalam  melakukan  tugasnya,  yang  berkibat  kurang  berhasilnya  tujuan  yang  ingin  dicapai.  Hal  itu  disebabkan  oleh  berbagai  faktor,  salah  satunya  adalah  kurangnya  motivasi  guru  dalam  mengajar.
 Motivasi dapat dipandag sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang  ditandai dengan munculnya feelingdan didahului dengan tanggapan terhadap  adanya  tujuan.  Pernyataan  ini  mengandung  tiga  pengertian  yaitu  bahwa  motivasi  mengawali  peruahan  energi  pada  diri  setiap individu,  motivasi   Tabrani  Rusyan,  dkk,  Pendekatan  dalam  Proses  Belajar  Mengajar,  (Bandung:  Rosdakarya, 1994), hlm. 3.
   http://ilmiahmanajemen.blogspot.com/2008/10/pengaruh-faktor-motivasi-terhadap.html diakss tanggal 8 Maret 2010  22  relevan dengan persoalan kejiwaan, afeksi dan emosiyang dapat menentukan  tingkah laku manusia, dan motivasi dirangsang karena adanya tujuan.
  Salah  satu  teori  yang  sangat  populer  berkaitan  dengan  motivasi  adalah  teori  jenjang  kebutuhan  dari  Maslow.  Maslow  yang  dikutip  oleh  Hamzah  mengatakan  ada  lima  jenjang  kebutuhan  yaitu  the  physiological  needs  (kebutuhan  fisiologis),  security  needs  (kebutuhan  rasa  aman),  social  needs (kebutuhan rasa memiliki dan rasa cinta), self respect needs (kebutuhan harga  diri), dan self actualization (kebutuhan aktualisasi diri.
  Dalam  kaitannya  dengan  kepemimpinan  kepala  madrasah yang  ingin  menggerakkan  gurunya  untuk  mengerjakan  tugasnya  haruslah  mampu  memotivasi guru tersebut sehingga guru akan memusatkan seluruh tenaga dan  perhatiannya untuk mencapai hasil yang telah ditetapkan.
  Kepala madrasah  harus  benar-benar  menjalin  komunikasi  aktif  dan  setiap  saat  mengadakan  evaluasi terhadap tugas pengajaran yang sudah dilaksanakan guru. Hubungan  kepala  madrasah  dengan  guru-guru  harus  baik,  tanggung  jawab,  didasari  dengan  kejujuran,  kesetiaan,  keikhlasan  dan  kerjasama.  Apabila  diibaratkan  dalam  satu  keluarga,  maka  hubungan  Kepala  madrasah  dengan  guru-guru  lainnya  harus  berlangsung  bagaikan  hubungan  satu  saudara  dengan  saudara  lainnya,  dan  hubungan  Kepala  madrasah  dengan  siswa  harus  seperti   Hamzah B. Uno,  Teori Motivasi dan Pengukurannya(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008),  hlm. 63.
  Ibid., hlm. 68.
  http://myteacher.net/plan/lesson 9.htmldiakses tanggal 8 Maret 2010  23  hubungan ayah dengan anak. Agar guru dapat menjalankan tugasnya dengan  baik, maka kepala madrasah harus mengetahui dan memberikan motivasi.
  Oleh  karena  itu,  Kepala  madrasah  tidak  cukup  dengan memiliki  kecerdasan  intelektual  saja  tetapi  juga  kecerdasan  emosional.  Karena  taraf  inteligensi  bukan  merupakan  satu-satunya  faktor  yang  menentukan  keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yangmempengaruhi. Menurut  Goleman,  kecerdasan  intelektual  (IQ)  hanya  menyumbang  20%  bagi  kesuksesan,  sedangkan  80%  adalah  sumbangan  faktor  kekuatan-kekuatan  lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau  Emotional Quotient (EQ)  yakni  kemampuan  memotivasi  diri  sendiri,  mengatasi  frustasi,  mengontrol  desakan  hati,  mengatur  suasana  hati  (mood),  berempati  serta  kemampuan  bekerja sama.
  Goleman  mengkategorikan  kecerdasan  emosi  kepada  dua kecerdasan  yaitu  kecerdasan  individu  dan  sosial.  Dengan  adanya kecerdasan  emosi  seseorang  dapat  mengenal  perasaan  diri  dan  orang  lain,  memotivasi  diri  sendiri  dan  mengelola  emosi  dengan  baik  ketika  berinteraksi  dengan  orang  lain.  Jika  reaksi  emosional  tidak  menyenangkan,  hubungan  atau  pergaulan  hanya terbatas pada tugas-tugas jabatan. Pertumbuhan karir dan pribadi pada  seorang pemimpin pendidikan harus sejalan.
   http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi/tarbiyah/sistem-manajemen-kepala-sekolah dalam-meningkatkan-motivasi-mengajar-guru-di-mts-ypi-tanjung-anom-deli  diakses tanggal  13  Februari 2010.
   Dani  Ronnie,  The  Power  of  Emotional  and  Adversity  Quotient  for  Teacher (Bandung:  Mizan Media Utama, 2006), hlm. 2.
   Soekarto  indrafachrudi,  Bagaimana  Memimpin  Sekolah  yang  Efektif.  (Bogor  :  Ghalia  Indonesia, 2006), Hal. 16  24  Berdasarkan  latar  belakang  di  atas  maka  peneliti  ingin  mengangkat  permasalahan tersebut dalam pengajuan skripsi yang berjudul “PENGARUH  KECERDASAN  EMOSIONAL  KEPALA  MADRASAH  TERHADAP  MOTIVASI MENGAJAR GURU DI MTS YASPURI MALANG”.
 A.  Rumusan Masalah  Untuk  memperjelas  arah  pembahasan  tersebut  perlu  adanya  rumusan  masalah. Adapun rumusan masalah dalam penulisan iniadalah:  1.  Apakah  ada  pengaruh  kecerdasan  emosional  kepala  madrasah  terhadap  motivasi mengajar guru di MTs Yaspuri Malang?  2.  Berapa besar pengaruh kecerdasan emosional kepala madrasah terhadap  motivasi mengajar guru di MTs Yaspuri Malang?  B.  Tujuan Penelitian  Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:  1.  Untuk  mengetahui  pengaruh  kecerdasan  emosional  kepala  madrasah  terhadap motivasi mengajar guru di MTs Yaspuri Malang.
 2.  Untuk  menjelaskan  besarnya  pengaruh  kecerdasan  emosional  kepala  madrasah terhadap motivasi mengajar guru di MTs Yaspuri Malang.
 C.  Manfaat Penelitian  Untuk mengetahui dari penelitian ini penulis akan memaparkan sebagai  berikut, manfaat bagi:  25  1.  Lembaga/madrasah  a.  Sebagai acuan untuk terus mengembangkan madrasah  b.  Sebagai  upaya  perbaikan  serta  peningkatan  mutu  pendidikan  sehingga menghasilkan out put lulusan yang bermutu.
 c.  Meningkatkan motivasi mengajar guru.
 2.  Pengembangan Ilmu Pengetahuan  a.  Memperkaya dan menambah teori-teori dalam dunia pendidikan  b.  Dapat menjadi acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan  c.  Mengetahui  sejauh  mana  pengaruh  kecerdasan  emosional  kepala  madrasah terhadap motivasi mengajar guru di MTs Yaspuri Malang.
 3.  Penulis  Dapat  memberi  tambahan  ilmu  pengetahuan  dan  pengalaman  bagi  penulis sendiri  D.  Hipotesis Penelitian  Dalam  penelitian  ini  akan  digunakan  suatu  hipotesis sebagai  alat  ukur  untuk  membuktikan  tujuan  yang  ingin  dicapai.  Hipotesis  adalah  jawaban  sementara  terhadap  rumusan  masalah  penelitian,  dimana  rumusan  masalah  penelitian  telah  dinyatakan  dalam  bentuk  pertanyaan.  Dikatakan  sementara  karena  jawaban  yang  diberikan  baru  berdasarkan  pada teori  yang  relevan,  belum  berdasarkan  pada  fakta-fakta  empiris  yang  diperoleh  melalui  26  pengumpulan  data.  Jadi  hipotesis  juga  dapat  dinyatakan  sebagai  jawaban  teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belumjawaban empirik.
  Sedangkan  formula  hipotesis  dalam  penelitian  ini  adalah  hipotesis  alternatif sebagai berikut :  Ha:  Ada  pengaruh  yang  positif  dan  signifikan  antara kecerdasan  emosional  dan motivasi mengajar guru.
 E.  DEFINISI OPERASIONAL  Untuk  menghindari  kesalahan  persepsi  dan  kerancuan  dalam  mendefinisikan judul penelitian ini, maka diberikanpenertian istilah sebagai  berikut:  Kecerdasan  emosional  menurut  Goleman  adalah  kemampuan  seseorang  mengenal  perasaan  diri  sendiri  dan  perasaan  orang  lain,  memotivasi  diri  sendiri  dan  mengelola  emosi  dengan  baik  pada  diri  sendiri  dan  dalam  hubungannya dengan oang lain.
  Motivasi  dapat  diartikan  sebagai  daya  penggerak  yang  telah  aktif  saatsaat  tertentu  terutama  apabila  kebutuhan  untuk  mencapai  tujuan  sangat  disarankan  atau  mendesak.  Surjono  Trimo  memberikan  pengertian  motivasi  adalah  merupakan  sesuatu  kekuatan  pengerak  dalam  perilaku  individu  baik  yang  akan  menentukan  arah  maupun  daya  tahan  (peristence)  tiap  perilaku    Iskandar,  Metodologi  Penelitian  Pendidikan  dan  Sosial  (Kualitatif  dan  Kuantitatif)  (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), hlm. 56.


Download lengkap Versi PDF

1 komentar:

pesan skripsi