Jumat, 22 Agustus 2014

Skripsi Syariah:MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PROGRAM MADRASAH BERTARAF INTERNASIONAL (MABI) DI MAN 3 MALANG

BAB I  PENDAHULUAN  
A.  Latar Belakang Masalah  Pendidikan merupakan kunci kemajuan dan peradaban suatu bangsa.
Semakin  baik  kualitas  pendidikan  yang  diselenggarakan  oleh  suatu  masyarakat/  bangsa,  maka  akan  diikuti  dengan  semakin  baik  pula  kualitas  sumber  daya  masyarakat/  bangsa  tersebut  yang  kemudian  dapat  melahirkan  peradaban  bernilai  tinggi  yang  dibangun  di  atas  fondasi  ilmu  pengetahuan.
Pendidikan senantiasa menjawab kebutuhan masyarakatdan tantangan  yang  muncul  di  kalangan  masyarakat,  sebagai  konsekuensi  dari  suatu  perubahan  melalui pendidikan dan pengajaran di sekolah formalmaupun non formal.
Dalam  Undang-Undang  Sisdiknas  No  20  Tahun  2003,  disebutkan  bahwa:  “  Pendidikan  adalah  usaha   sadar  dan  terencana  untuk  mewujudkan  suasana  belajar  dan  proses  pembelajaran  agar  peserta  didik  secara  aktif  mengembangkan  potensi  dirinya  untuk  memiliki  kekuatan  spiritual  keagamaan,  pengendalian  diri,  kepribadian,  kecerdasan,  akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,  bangsa dan negara”.
 Pendidikan  itu  sendiri  tidak  bisa  dipisahkan  dari  masyarakat  karena  keduanya  saling  memberi  informasi  dan  memadukan  antara  program  dan  pelaksanaan. Pendidikan yang bermutu tidak terlepasdari sebuah manajemen/   Hujair Sananki, Paradigma Pendidikan Islam (Membangun Masyarakat Modern),  (Yogyakarta:  Safarina Insani Press, 2003), hlm. 3.
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, (Bandung: Citra  Umbara, Januari, 2006), hlm. 72.
pengaturan  dalam  melaksanakan  tugas  kependidikan,  karena  sekolah  layaknya  institusi/  lembaga  yang  mengemban  misi  untuk  melakukan  proses  edukasi, proses sosialisasi dan proses transformasipada peserta didik, dalam  rangka mengantarkan mereka melanjutkan ke jenjang berikutnya.
Pada era globalisasi sekarang ini yang telah merambah ke dalam dunia  pendidikan,  menuntut  sekolah  untuk   melakukan    berbagai    upaya    yang  berorientasi pada penciptaan kompetensi lulusan yang berdaya saing  global. Upaya yang harus dilakukan dalam  rangka memperbaki mutu  sumber  daya  manusia  adalah  dengan  meningkatan  mutu  pendidikan.
Pendidikan    di    Indonesia    pada    era    globalisasi    dituntut    untuk  menghasilkan  sumber   daya  manusia  yang  unggul   di   bidang  pengetahuan  serta  mampu  bersaing  di  dunia  teknologi  juga  punya  jiwa  kebangsaan  yang  tinggi,  sehingga  di  manapun  berada  selalu  memberikan  karya   terbaik  bagi  bangsa dan negaranya.
Adanya  dasar  pendidikan  manusia  abad  ke-21  yang  diajukan  oleh  UNESCO  (United  Nations  Educational,  Scientific  and  Cultural Organization) yaitu:  learning how to think, learning how to do, learningto  be.  learning  how  to  learn  dan  learning  how  to  live  juga  perlu  diperhatikan  oleh  sistem  pendidikan  kita  dikarenakan  terkait  persiapan  menghadapi  tantangan global dan adanya persaingan di gelanggang internasional dengan  segala pergeseran atau perubahan tata nilai.
  Siti Kusrini, dkk, Keterampilan Dasar Mengajar (PPL) Berorientasi PadaKurikulum Berbasis  Kompetensi,(Malang: Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2009), hlm.13.
Teknologi   komunikasi  dan   informasi   yang  begitu  pesat   rasanya  memang   tidak  menjadikan  perdebatan  bila  perkembangan    ini    diikuti  dengan    mendirikan    sekolah/  madrasah    bertaraf    internasional    di  Indonesia.  Pendidikan  dan  pelatihan  adalah  suatu  yang  sangat  dibutuhkan  sehubungan menjelang tahun 2020 perkonomian Indonesia akan berubah dan  berkembang ke arah perekonomian global,  yang diikuti dengan perubahan  arah  perusahaan  dan   industri  harus  berkembang  sesuai  dengan  tuntutan  global,  sehingga  diperlukan  pengembangan  sumber  daya  manusia  melalui  pendidikan  dan  pelatihan  yang  mampu  memenuhi   dan  mengimbangi  kebutuhan lokal, regional maupun internasional.
Secara  umum  pendidikan  di  Indonesia  sedang  menghadapi  dua  tantangan  yang  berat,  yaitu  tantangan  internal  dan  eksternal.  Bangsa  Indonesia  telah  dihadapkan  pada  hasil-hasil  studi  internasional  yang  selalu  menempatkan negara kita dalam posisi guru kunci untuk masalah pendidikan.
Hasil  studi  The  Third  International  Mathematics  and  Science  Study  Repeat  1999  (TIMSS-R  1999)  yang  dilaksanakan  pada  38  negara  dari  lima  benua,  yaitu Asia, Australia, Afrika, Amerika dan Eropa, menempatkan peserta didik  SLTP  Indonesia  pada  urutan  ke-32  dan  34  untuk  skor  tes  IPA  dan  Matematika.
 Peserta didik SLTP dari negara tetangga Singapura  menduduki  urutan pertama untuk skor tes Matematika dan kedua  untuk IPA. Sedangkan  peserta didik dari Malaysia berada pada urutan ke-16 untuk Matematika dan  22 untuk IPA.  Indikator lain menunjukkan bahwa berdasarkan pada  Human    Muhaimin,  Pengembangan  Kurikulum  Pendidikan  Agama  Islam  di  Sekolah,  Madrasah  dan  Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 191.
Development  Index  (HDI),  Indonesia  berada  pada  urutan  ke-102  dari   negara  dan  Indonesia  masih  di  bawah  Vietnam.  Di  samping  itu  hasil  studi  International Institute for Development  menempatkan Indonesia pada urutan  ke-49 dari 49 negara.
Di  sisi  lain  dalam  tantangan  eksternal  adalah  adanya  pasar  bebas  ASEAN  (AFTA)  berlaku  sejak  tahun  2003  yang  lalu  dan untuk  beberapa  tahun ke depan yaitu adanya kerja sama ekonomi AsiaPasifik (APEC) yang  akan  berlaku  pada  tahun  2010  untuk  negara-negara  maju  dan  tahun  2020  untuk  seluruh  anggotanya  termasuk  Indonesia.  Yang  semua  itu  dapat  dijadikan  titik  tolak  dalam  mengembangkan  pendidikan  nasional  pada  umumnya.
   Oleh  karenanya  perlu  adanya  pembaharuan  dalam  sistem  pendidikan  untuk  memperoleh  pendidikan  yang  unggul  dan  merata  bagi  seluruh rakyat Indonesia. Salah satunya terlihat dari adanya Undang-Undang  No  20  Tahun  2003  Tentang  Sisdiknas   yang  pada  Pasal  49  ayat  (1)  dinyatakan bahwa:  “Dana  pendidikan  selain  gaji  pendidik  dan  biaya  pendidikan  kedinasan dialokasikan minimal 20 % dari Anggaran Pendapatan dan  Belanja  Negara  (APBN)  pada  sektor  pendidikan  dan  minimal  20  %  dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).”  Seiring  dengan  diberlakukannya  Undang-Undang  Otonomi  Daerah  dan sistem pendidikan terpusat (sentralistik) beralih ke model desentralisasi,  pemerintah berusaha untuk mengangkat keunggulan kualitas pendidikan yaitu   Ibid., hlm. 192.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi