Kamis, 28 Agustus 2014

Skripsi Syariah:MOTIVASI DALAM MENGIKUTI KEGIATAN ISTIGHATSAH KUBRO MALAM JUM’AT KLIWON DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEPRIBADIAN SANTRI PONDOK PESANTREN ATTUHIDIYYAH CIKURA-BOJONG-TEGAL

BAB II  MOTIVASI  DALAM MENGIKUTI KEGIATAN ISTIGHATSAH KUBRO  MALAM JUM’AT KLIWON DAN DAMPAKNYA TERHADAP  KEPRIBADIAN SANTRI  2.1. MOTIVASI 2.1.1 Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata latin movere  yang berarti dorongan atau  menggerakan.  Definisi  motivasi  menurut  Walgito  (1992:  169),  menjelaskan bahwa motivasi memiliki tiga aspek : 1.  Keadaan  terdorong  dari  dalam  arti  organisme  (a  driving  state)  yaitu  persiapan bergerak karena kebutuhan.
2.  Perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan.
3.  Tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut.
Sedangkan  dalam  bukunya  Azhari  (2004:  65),  motivasi  adalah  sesuatu  daya  yang  menjadi  pendorong  seseorang  bertindak,  dimana  rumusan  motivasi  menjadi  sebuah  kebutuhan  nyata  yang  merupakan  muara dari sebuah tindakan.

Motivasi  sendiri  dapat  diartikan  sebagai  keadaan  kejiwaan  dan  sikap  mental  manusia  yang  memberikan  energi,  mendorong  kegiatan  (moves),  dan  mengarahkan  menyalurkan  periuk  kearah  mencapai  kebutuhan  yang  memberi  kepuasan  atau  mengurangi  ketidak  keseimbangan.
 Sering kali kata „motif‟ dan „motivasi‟ digunakan secara bergantian  dalam  suatu  maksud.  Pengertian  keduanya  memang  sukar  dibedakan  secara tegas. Istilah „motif‟ menujukan suatu dorongan yang timbul dari  dalam  diri  seseorang  yang  timbul  dari  dalam  diri  seseorang  yang  menyebabkan  orang  tersebut  mau  melakukan  sesuatu.  Sedangkan  „motivasi‟  adalah  suatu  usaha  yang  dilakukan  untuk  mempengaruhi  tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak sehingga  mencapai  hasil  atau  tujuan  tertentu.  Berawal  dari  kata  „motif‟  itu,  motivasi  dapat  diartikan  sebagai  daya  penggerak  yang  telah  menjadi  aktif. Motif menjadi aktif pada saat-tertentu terutama bila ada kebutuhan  mendesak.
2.1.2. Fungsi Motivasi Motivasi merupakan peranan yang sangat penting dalam kehidupan  manusia,  karena  motivasi  merupakan  pendorong  yang  ada  dalam  diri  seseorang  yang  dapat  menggerakan  segalanya.  Karena  motivasi  mempunyai fungsi sebagai berikut: a.  Sebagai pendorong manusia untuk berbuat atau bertindak.
b.  Menentukan arah tujuan dan arah perbuatan manusia.
c.  Sebagai penyeleksi atas perbuatan yang akan dilakukan manusia baik  atau buruk sehingg tindakannya selektif.  Untuk menguji sikap dalam  beramal  benar  atau  salah  sehingga  dapat  dilihat  kebenaran  dan  kesalahannya (Sururin, 2002:182).    Menurut Sardiman  fungsi motivasi ada tiga, yaitu: a. Mendorong manusia untuk berbuat, motivasi dalam hal ini merupakan  motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai,  sehingga motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus  dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang  harus dikerjakanyang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan  perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
2.1.3. Teori-teori Motivasi a. Teori Kebutuhan Sebagai Hierarki Kebutuhan  dapat  diartikan  sebagai  suatu  kesenjangan  atau  pertentangan  yang  dialami  antara  suatu  kenyataan  dengan  dorongan  yang  ada  pada  diri.  Kebutuhan  merupakan  fundamen  yang  mendasari  perilaku  pegawai.  Kita  tidak  mungkin  memahami  perilaku  individu  tanpa  mengerti  kebutuhannya.  Mengutip  pendapat  Abraham  Maslow,  Sondang  Siagian  (1989:  146-160).  mengumamakan  bahwa  hierarki  kebutuhan manusia adalah sebagai berikut: 1)  Kebutuhan  fisiologis,  yaitu  kebutuhan  untuk  makan,  minum,  perlindungan  fisik,  bernafas,  seksual.  Kebutuhan  ini  merupakan   kebutuhan  tingkat  terendah  atau  disebut  pula  sebagai  kebutuhan  yang paling dasar.
2)  Kebutuhan  rasa  aman,  yaitu  kebutuhan  akan  perlindungan  dari  ancaman, bahaya, pertentangan dan lingkungan hidup.
3)  Kebutuhan  untuk  rasa  untuk  memiliki,  yaitu  kebutuhan  untuk  diterima oleh kelompok, berinteraksi dan kebutuhan 4)  Kebutuhan  akan  harga  diri,  yaitu  kebutuhan  untuk  dihormati  dan  dihargai oleh orang lain.
5)  Kebutuhan  untuk  mengaktualisasikan  diri,  yaitu  kebutuhan  untuk  menggunakan  kemampuan,  skill  dan  pontensi.  Kebutuhan  untuk  berpendapat  dengan  mengemukakan  ide-ide  member  penilaian  dan  kritik terhadap sesuatu.
Suatu  ciri   khas  organism  manusiawi  lainnya,  yang  amat  dipengaruhi oleh suatu kebutuhan tertentu, ialah bahwa seluruh falsafah  mengenai  masa  depan  juga  cenderung  berubah.  Bagi  manusia  yang  selalu  dan  sangat  kelaparan  cendrung  berfikir  kebutuhan  yang  lain  seperti kebebasan, rasa kasih, rasa bermasyarakat, kehormatan, falsafah  tidak  berguna  dan  dianggap  barang  rongsokan  yang  tidak  berguna.
Tidak perlu diragukan lagi kebutuhan psikologis  ini adalah kebutuhan  yang  paling  kuat.  Tegasnya  ini  berarti  bahwa  pada  diri  manusia  yang  selalu merasa kurang dalam kehidupanya, kebutuhan fisiologis motivasi  terbesar  dan  tidak  memperhatikan  kebutuhan-kebutuhan  yang  lain (Arifin, 2004:54).
 b. Teori ERG (Existance, Reatedness, Growth) Teori  ERG merupakan refleksi dari tiga dasar kebutuhan, dalam  buku Anwar Prabu Mangkurnegara disebutkan yaitu: 1)  Existance  Need   ,kebutuhan  ini  berhubungan  fisik  bereksitensi  individu,  seperti  makanan,  minuman,  pakaian,  bernafas,  kesejahteraan maupun keamanan.
2)  Relatedness  Needs,  kebutuhan  ini  bersifat  interpersonal  yaitu  kepuasaan berinteraksi dalam lingkungan. Hal ini tercermin dalam  sifat  dasar  manusia  atau  makhluk  social.  Setiap  orang  ingin  mengaktifkan  keberadaan  dengan  orang  lain  dan  dengan  lingkungannya.  Hal  ini  member  makna  hakiki  dalam  keberadaan  manusia.
3)  Growth  Needs,  kebutuhan  untuk  mengembangkan  dan  meningkatkan kualitas pribadi, semisal keinginan seseorang untuk  tumbuh dan berkembang dalam pekerjaan atu profesi untuk meraih  apa  yang  secara  umum  disebut  kemajuan  dalam  perjalanan  hidupnya (Azwar, 2002: 98).
Dalam  teorinya,  Alderfer  menekankan  bahwa  ketiga  jenis  kebutuhan tersebut diusahakan pemasaraanya secara slmultan meskipun  karena  berbagai  faktor  seperti  faktor  sosial,  budaya,  latar  belakang  social, latar belakang pendidikan dan kemampuan, seseorang dapat saja  memberikan  penekanan  yang  lebih  kuat  kepada  salah  satu  diantara  ketiga jenis kebutuhan itu (Sondang, 1989: 167).
 Teori ini lebih mendekati kenyataan hidup yang di hdapi seharihari. Artinya berbagai kebutuhan manusia yang komplek itu diusahakan  pemuasaanya  secara  simultan,  meskipun  sudah  barang  tentu  dengan  tingkat identifikasi yang berbeda-beda, baik diantara seseorang dengan  orang lain maupun oleh seseorang pada waktu yang berbeda-beda.
c. Teori Insting Teori  motivasi  insting  timbul  berdasarkan  teori  evaluasi  Charles  Darwin.  Darwin  berpendapat  bahwa  tindakan  yang  intelligent  merupakan  reflex  dan  insting  yang  diwariskan.  Oleh  karena  itu,  tidak  semua tingkah laku dapat direncanakan sebelumnya dan dikontrol oleh  pikiran (Anwar, 1998: 13).
Teori  ini  berkembang  pesat  pada  waktu  Darwin  mencetuskan  teori  evolusinya,  Darwin  menyatakan  bahwa  antara  manusia  dan  binatang  tidak  ada  perbedaan  yang  tajam,  karena  pada  hakekatnya  manusia  merupakan  hasil  evolusi  dari  binatang.  Hal  ini  dikatakan  karena  tingkah  laku  manusia  didasarkan  pada  kekuatan  biologis  yang  dibawa  sejak  lahir.  Karena  manusia  tidak  berbeda  dengan  binatang,  maka tingkah laku manusia bisa disebut juga berdasarkan insting.
Berdasarkan  teori  Darwin,  Sigmund  Freud  berpendapat  bahwa  seluruh perilaku manusia didorong oleh nafsu atau instingnya, dimana  insting  merupakan  representasi  neorologis  dari  kebutuhan-kebutuhan  fisik biologis. Awalnya  Freud menanamkan insting ini sebagai insting  kehidupan.  Insting  ini  mencakup:  (a)  kehidupan  individual,  dengan   mendorong  seseorang  individu  memenuhi  kebutuhan  makanan  dan  minumnya,  dan  (b)  kehidupan  spesies,  dengan  mendorongnya  untuk  melakukan hubungan seks. Energi motivasional dari insting kehidupan  ini berupa “kekuatan” yang mendorong jiwa kita untuk mencari makan  dan lawan jenis yang oleh freud disebut dengan libido, sebuah kata latin  yang berarti “ aku berhasrat” (Boeree, 2006: 40).
d.  Teori Drive Teori  drive  dipelopori  oleh  Clarkleonard  Hull  dan  kawankawannya.  Mereka  berpendapat  bahwa  bila  tubuh  kekurangan  zat  tertentu,  maka  akan  menimbulkan  sejumlah  keadaan  tidak  seimbang  seperti rasa lapar, haus, dan lain-lain. Dalam keadaan seperti ini secara  alamiah akan timbul suatu ketegangan dalam tubuh, dan ketegangan ini  akan  memuncak  jika  kebutuhan  untuk  menghilangkan  ketidakseimbangan tidak terpenuhi.
Konsep  drive  menjdai  konsep  tersohor  dalam  bidang  motivasi  sampai tahun 1918. Konsep  tersebut sebagai energy yang mendorong  organisasi  untuk  melakukan  suatu  tindakan.  Kata  drive  dijelaskan  sebagai  aspek  motivasi  dari  tubuh  yang  tidak  seimbang,  semisal  kekurangan  makanan  mengakibatkan  manusia  berjuang  untuk  menmuakan  kebutuhannya  agar  kembali  menjadi  seimbang.  Sehingga  motivasi  di  definisikan  sebagai  suatu  dorongan  untuk  membangkitkan  keluar  dari  ketidak  seimbangan  atau  tekanan.  Drive  merupakan  keseluruhan  keseimbangan  fisologis  yang  disebabkan  oleh  kehilangan   atau  kekurangan  kebutuhan  komoditas  untuk  kelangsungan  hidup (Azhari, 2004:72).
e.  Teori Lapangan Teori  ini  merupakan  pendekatan  kognitif  untuk  mempelajari  perilaku motivasi. Teori lapangan ini memfokuskan pada pikiran nyata  seseorang,  individu  ketimbang  insting.  Kurf  Lewin  juga  percaya  pada  pendapat  para  ahli  psikologi  Gestalt  yang  mengemukakan  bahwa  perlilaku  itu  merupakan  fungsi  dari  seseorang  dengan  lingkunganya (Handoko, 1992: 100).
Teori  lapangan  mengemukakan  bahwasanya  seorang  individu  secara langsung meyadari konsekuensi dirinya terhadap lingkungannya,  sehingga  hal  itu  membuat  individu   mempunyai  motivasi  berperan  dalam  pergaulan  komunitasnya.kebutuhan  bisa  berbentuk  fisiologis  seperti lapar, hau dan seks, kebutuhan akan teman hidup atau pekerjaan.
Karena itu kebutuhan merupakan suatu konsep motivasi dan ekuivalen  dengan  istilah  motif,  hasrat,  dorongan  dan  desakan.  Dari  kelima  teori  diatas,  pada  dasarnya  memiliki  banyak  persamaan  dimana  terjadinya  suatu  perbuatan,  didasari  oleh  adanya  motif  yang  mendasarinya.
Dimana motif tersebut bisa bersifat intrinsik  yang berhubungan dengan  kebutuhan  fisologis  maupun  yang  beersifat  ekstrinsik  dimana  kebutuhan  tersebut  didasari  oleh  tekanan  dari  luar  atau  penyesuaian  terhadap  lingkungan.  Tetapi  pada  dasarnya  keduanya  hanya  bertujuan   untuk  keseimbangan  fisologis  demi  kelangsungan  hidup  (Supratikya,  1993: 304).

2.1.4. Macam-macam Motivasi a.  Motif Primer dan Motif Sekunder Suatu motif disebut motif primer bila dilatarbelakangi oleh proses  fisio-konis di dalam tubuh. Motif primer ini bergantung pada keadaan  organic  individu  ,  seperti  :  motif  lapar,  haus,  seks,  bernafas,  istirahat.

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi