BAB I PENDAHULUAN
A.
Konteks Penelitian Di tengah banyakya
acara-acara televisi pada
saat ini, sangat
jarang acara yang sifatnya
mendidik khususnya terhadap anak, kebanyakan film-film untuk anak di penuhi dengan cerita-cerita yang terkait dengan kepahlawanan,
khayalan, bahkan mistik. Maka sangat
jarang acara yang
mengarah kepada pendidikan
agama Islam, khususnya
yang menyangkut tentang akhlak
anak atau peserta didik. Dunia anak adalah dunia yang penuh dengan
fantasi dan bermain,
ini yang menyebabkan
kekhawatiran akan dirusak
oleh media Televisi.
Penelitian yang
dilakukan Liebert dan
Baron dari Inggris,
menunjukkan hasil anak
yang menonton program
televisi yang menampilkan
adegan kekerasan memiliki keinginan lebih untuk berbuat kekerasan
terhadap anak lain, dibandingkan dengan anak yang menonton program netral [tidak mengandung
unsurkekerasan]. Efek jangka panjang soal kekerasan
ini juga dipaparkan
Prof Dr Sarlito
Wirawan Sarwono, Psikolog
dari universitas Indonesia.
Menurut psikolog yang sering meneliti soal perilaku kekerasan ini, semakin
sering anak menonton
program TV dengan
muatan kekerasan semakin
tinggi kecenderungan menjadi
agresif saat beranjak dewasa.
Pada
Koran Surya tanggal
7 Agustus 2009
terdapat data beberapa
penelitian menunjukkan dari
tahun ke tahun
jumlah jam menonton
televisi pada anak
mengalami peningkatan yang cukup
meyakinkan. Yayasan kesejahteraan Anak Indonesia mencatat, saat ini rata-rata anak usia sekolah dasar menonton tayangan
televis i dari empat hingga lima jam sehari. Sementara di hari Minggu bisa
tujuh sampai delapan jam.
Televisi dengan
berbagai program acara
siarannya selama ini
dengan berbagai jenis tayangan informasi dan hiburannya memang
selalu menawarkan suatu kenikmatan tersendiri
bagi para pemirsanya. Manfaat dan kegunaan pesawat televisi memang bukan tidak
ada. Hanya, dibandingkan
dengan kerugiannya, manfaat
menonton acara televisi sampai
saat ini, jauh
lebih kecil ketimbang
kemudaratan atau kerugian.
Untuk itulah Muhaimin, 2003. Wacana Pengembangan
Pendidikan Islam, (Pustaka Pelajar, Surabaya.) hal pemerintah
telah mengatur Undang-Undang
Republik Indonesia nomor:
24 tahun 1997 tentang
Penyiaran. Sebagai dasar pengaturan dan pembinaan penyelenggaraan penyiaran dimana
penyiaran merupakan bagian
integral dari pembangunan
nasional sebagai pengamalan
Pancasila dalam upaya
mewujudkan cita-cita Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia berdasarkan
Undang-Undang Dasar 1945.
Hal ini tercantum
dalam BAB I Undang-Undang Penyiaran
Nomor 24 tahun
1997. Pasal 2: Penyiaran diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 Pasal 3: Penyiaran berdasarkan keimanan
dan ketaqwaan terhadap
Tuhan Yang Maha
Esa, kemanfaatan, pemerataan, keseimbangan,
keserasian dan keselarasan,
kemandirian, kejuangan, serta
ilmu pengetahuan dan
teknologi Pasal 4: Penyiaran
bertujuan untuk menumbuhkan
dan mengembangkan sikap
mental masyarakat Indonesia
yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, memperkokoh persatuan
dan kesatuan bangsa,
mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan membangun masyarakat
yang adil dan
makmur. Pasal 5:
Penyiaran mempunyai fungsi sebagai
media informasi dan
penerangan, pendidikan dan
hiburan, yang memperkuat ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
serta pertahanan dan keamanan Ini mengakibatkan
Orang tua maupun
pendidik kadang merasa
kesulitan dalam menanamkan nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
pada anak usia sekolah dasar terutama dalam hal
ibadah atau pendidikan
fiqih, yang menyebabkan
banyak para orang
tua maupun pendidik merasa gagal
dalam mendidik anak (peserta didik).
Film Upin dan Ipin ini cukup
bagus dengan menggunakan
animasi yang didesain
dengan komputer. Topik ceritanya
cukup bagus dan
Islami, di antaranya
tentang shalat Tarawih,
Puasa, Zakat, zuhairi, 1993 Metodologi Pendidikan Islam,
(ramadhani, Surabaya). hal 49 Salam, dan
sebagainya. Dibanding dengan film sejenis dari Barat atau pun Jepang yang sering mengumbar kekerasan dan pamer aurat,
jelas film ini sangat baik untuk me ndidik akhlak anak kita sehingga bisa hidup sesuai
ajaran Islam.
Pesan sosial,
agama, dan moral
yang disampaikan Upin dan Ipin
sangat kaya.
Dalam hampir
semua episode. Muhd
Safwan Abdul Karim
salah satu sutradara
Film Upin dan Ipin mengatakan
dalam emailnya “Mungkin inilah film kartun yang bermuatan dalam
tanda kutip. Ia
tak hanya menyampaikan
pesan namun juga
memiliki tanggung jawab pada isi pesan yang disampaikan bagi
khalayak penontonnya”. Opah dan Kak Ros memberi
nasihat kepada dua
kakak-beradik kembar ini.
Lihat saja misalnya
saat Fizi mencoba mempengaruhi Upin dan Ipin. Saat itu,
Fizi bilang bahwa dirinya mendapat satu ringgit
dari puasa setengah hari yang dilakoninya.Mendengar “provokasi” Fizi, Upin dan Ipin seakan
hendak mengajukan protes pada
Opah. “Opah. Kawan Upin kan, dia puase satu hari dapat seringgit... Jadi Opah,
pahamlah Opah,” kata Upin, malu-malu. “Tapi kata kawan
Ipin, dia puasa
setengah hari ke.
Boleh ke Opah?”
timpal Ipin.Kesempatan ini digunakan Opah
untuk menjelaskan bahwa
puasa dilakukan dengan
ikhlas, tanpa mengharap
pemberian uang. Boleh-boleh
saja, kata Opah,
anak-anak semisal Upin
dan Ipin berpuasa
setengah hari. Tapi
apa salahnya belajar
untuk berpuasa sehari
penuh.
Penjelasan Opah ini membuat dua
kakak-beradik yang lugu ini merasa malu dan akhirnya mereka bertekad untuk berpuasa penuh selama
sebulan Ramadan.
Secara agama
jelas memudahkan transfer
penghayatan keberagamaan dalam kehidupan sehari-hari,
kehidupan keberagamaan terasa
segar dan apa
adanya, tanpa terpoles
penghayatan keberagamaan yang
dipaksakan. Secara budaya
film ini menampilkan
budaya melayu sehingga
menjadi media pengenal
budaya maupun tumbuhnya
rasa percaya diri
terhadap budaya yang
sarat nilai. Harapan
selanjutnya, bagaimana caranya
agar film yang
seperti ini dapat
tumbuh sehingga semangat keagamaan
(Islam) dapat tumbuh
secara natural terhadap
perilaku atau Akhlak
anak.
Berdasarkan latar
belakang di atas,
usaha penulis tertarik
dengan penelitian ini
dengan judul “NILAI AKHLAKUL
KARIMAH PADA FILM ANIMASI UPIN DAN IPIN” B.
Fokus Penelitian Berpegang
teguh pada latar
belakang masalah yang
dikembangkan di atas,
disini dikemukakan beberapa
rumusan masalah: 1. Apa nilai
Akhlak yang terkandung dalam film Upin dan Ipin? 2. Apa fungsi dari nilai akhlak yang terdapat
dalam film upin dan ipin? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan
maka tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah: 1. Untuk mengidentifikasi nilai-nilai pendidikan Akhlak dalam Film Upin
dan Ipin.
2. Untuk menganalisis fungsi akhlak dalam Film Upin dan Ipin.
D. Manfaat Penelitian Setelah diketahui tujuan
dari penelitian di atas maka hasil penelitian ini bermanfaat sebagai: 1.
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat dipergunakan
oleh para Guru
untuk menyempurnakan penyampaian
materi dan metode
pendidikan Aqidah Akhlak pada siswa Madrasah Tsanawiyah. 2. Memberi
kontribusi pada cara
pemahaman sebuah film
ditinjau dari sudut pandang
nilai-nilai akhlak.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi