Kamis, 28 Agustus 2014

Skripsi Syariah:PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i)

BAB I  PENDAHULUAN
 A.  Latar Belakang Masalah  Wakaf  sebagai  pranata  dalam  keagamaan  Islam  yang  sudah  mapan.
Pembicaraan  tentang  penarikan  kembali  harta  wakaf  merupakan  issue  yang  menarik  untuk  diteliti.  Dalam  hubungannya  dengan  pemberian  wakaf  oleh  wakif,  Imam  Malik,  Hambali  dan  Hanafi  berpendapat  bahwa  wakaf  tidak  disyaratkan berlaku untuk selamanya, tetapi sah bisa berlaku untuk waktu satu  tahun  misalnya.  Sesudah  itu  kembali  kepada  pemiliknya  semula.
  Dengan  demikian dalam pandangannya bahwa pemberi wakaf dapat menarik kembali  wakafnya atau dapat memiliki kembali wakafnya.

Berbeda dengan Imam Syafi'i yang melarang pemberi wakaf meminta  kembali atau memiliki kembali wakaf yang sudah diberikan. Pernyataan Imam  Syafi'i  tentang  tidak  dapatnya  penarikan  kembali  wakaf  oleh  pemberi  wakaf  dapat dilacak  Muhammad  Jawad  Mughniyah,  al-Fiqh  ‘Ala  al-Mazahib  al-Khamsah,  Terj.  Masykur,  Afif Muhammad, Idrus al-Kaff, "Fiqih Lima Mazhab",Jakarta: Lentera, 2001, hlm. 636.
 Al-Imam Abi Abdullah Muhammad bin Idris al-Syafi’î,  Al-Umm, Juz. IV, Beirut: Dâr  al-Kutub al-Ilmiah, tth, hlm. 53   Artinya:  Imam  Syafi'i  berkata:  pemberian  yang  sempurna  dengan  perkataan  yang memberi, tanpa diterima oleh orang yang diberikan, ialah: apa,  yang  apabila  dikeluarkan  karena  perkataan  si  pemberi,  yang  boleh  atas  apa  yang  diberikannya.  Maka  tidak  boleh  lagi  si  pemberi  memilikinya sekali-kali, apa yang telah keluar perkataan itu padanya  dengan cara apa pun.
Pernyataan Imam Syafi'i di atas menunjukkan bahwa wakaf tidak bisa  dimiliki  kembali  oleh  pemberi  wakaf,  wakaf  bersifat abadi  tidak  boleh  ada  jangka waktu. Adapun metode  istinbathhukumnya yaitu hadis dari Yahya bin  Yahya  at-Tamimiy  dari  Sulaim  Ahdlor  dari  Ibnu  Aun  dari  Nafi'  dari  Ibnu  Umar.
8?8  [1]8               :*6F:  6U5
6B  87* 58#64:@ [1]8 ) W[1]H1 XJ (  Artinya:  Telah  mengabarkan  kepada  kami  dari  Said  bin  Abdurrahman  dari  Sufyan  bin  Uyainah  dari  Ubadillah  bin  Umar  dari  Nafi'  dari  Ibnu  Umar,  dia  mengatakan:  "Umar  pernah  berkata  kepada  Nabi  saw.:  "Sesungguhnya seratus bagian yang menjadi milikku di Khaibar itu  adalah  harta  yang  belum  perah  aku  dapatkan  dan  sungguh  aku  bermaksud untuk mensedekahkan (mewakaf)kannya" dan  Nabi Saw  bersabda: wakafkanlah hasilnya". (HR. An-Nasa'i).
Yang  menjadi  masalah  apakah  yang  menjadi  latar  belakang  Imam  Syafi'i  berpendapat  seperti  itu,  dan  apa  yang  menjadi  metode  istinbath hukumnya. Inilah yang mendorong penulis untuk mengangkat tema ini dengan   Al-Imam Abu Abdir Rahman Ahmad ibn Syu’aib ibn Ali ibn Sinan ibn Bahr an-Nasa’i,  hadis No. 1320 dalam CD program Mausu'ah Hadis al-Syarif, 1991-1997, VCR II, Global Islamic  Software Company).
 judul:  Penarikan Kembali Harta Wakaf oleh Pemberi Wakaf (Study Analisis  Pendapat Imam Syafi'i) B.  Perumusan Masalah  Permasalahan  merupakan  upaya  untuk  menyatakan  secara  tersurat  pertanyaan-pertanyaan  apa  saja  yang  ingin  dicarikan jawabannya.
  Bertitik  tolak  pada  keterangan  itu,  maka  yang  menjadi  pokok  permasalahan  dalam  penelitian ini adalah:  1.  Bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang  penarikan kembali harta wakaf  oleh pemberi wakaf?  2.  Bagaimana  metode  istinbath  hukum  Imam  Syafi'i  tentang  penarikan  kembali harta wakaf oleh pemberi wakaf?  C.  Tujuan Penelitian  Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini sebagai berikut:  1.  Untuk mengetahui pendapat Imam Syafi'i tentang  penarikan kembali harta  wakaf oleh pemberi wakaf  2.  Untuk  mengetahui  metode  istinbath  hukum  Imam  Syafi'i  tentang  penarikan kembali harta wakaf oleh pemberi wakaf  D.  Telaah Pustaka  Berdasarkan  hasil  riset  tidak  dijumpai  skripsi  yang judul  atau  materi  bahasanya  hampir  sama  dengan  penelitian  yang  hendak penulis  susun.
 Jujun  S.  Suriasumantri,  Filsafat  Ilmu  Sebuah  Pengantar  Populer,  Cet.  7,  Jakarta:  Pustaka Sinar Harapan, 1993, hlm. 312.
 Penelitian-penelitian  terdahulu  belum  menyentuh  pendapat  Imam  Syafi'i  tentang  penarikan  kembali  harta  wakaf  oleh  pemberi  wakaf.  Penelitian  yang  dimaksud di antaranya:  1.  Penelitian  yang  disusun  Mamik  Sunarti  (NIM:  2101330)  dengan  judul: Analisis  Hukum  Islam  terhadap  Pemberdayaan  Ekonomi  Harta  Wakaf  (Studi  Lapangan  Harta  Wakaf  Masjid  Agung  Semarang).  Pada  intinya  hasil  penelitian tersebut  menunjukkan  bahwa pemberdayaan  harta  wakaf  Masjid Agung Semarang jauh dari kata ideal. Pemberdayaan masih dalam  lingkup  usaha  yang  terbatas  seperti  hanya  dalam  bentuk  pemberdayaan  SPBU, pembangunan pertokoan yang berlokasi di belakang Masjid Agung  Semarang,  dan  penyewaan  perkantoran.  Dengan  kata  lain,  pengelolaan  dan pengembangan benda wakaf belum sesuai dengan harapan.
Untuk  membangun  atau  mengarahkan  harta  wakaf  menjadi  lebih  bermanfaat,  ada  hambatan  yang  cukup  berarti  karena  menyangkut  kemampuan para pengelola harta wakaf. Sehingga ada  kesan bahwa para  pengelola  harta  wakaf  masih  lemah  dalam  aspek  sumber  daya  manusia  (SDM). Dalam kaitannya dengan hukum Islam, apabila harta wakaf sudah  tidak memberikan manfa'at lagi, bolehkah benda wakaf itu ditukar dengan  maksud  diberdayakan  menjadi  produktif?  Asy  Syafi'i  sendiri  dalam  masalah  tukar  menukar  harta  wakaf  hampir  sama  dengan  Imam  Malik,  yaitu sangat  mencegah  adanya tukar  menukar  harta  wakaf. Imam  Syafi'i  menyatakan  tidak  boleh  menjual  masjid secara  mutlak, sekalipun  masjid  itu  roboh.  Tapi  golongan  Syafi'i  berbeda  pendapat  tentang  harta  wakaf   yang  berupa  barang  tak  bergerak  yang  tidak  memberi  manfaat  sama  sekali:  (1)  sebagian  menyatakan  boleh  di  tukar  agar harta  wakaf  itu  ada  manfaatnya; (2) sebagian menolaknya. Dengan demikian dalam perspektif  golongan  Syafi'i,  bahwa  secara  hukum  pendapat  yang  pertama  membolehkan menukar, mengganti, merubah penggunaan dan peruntukan  benda  wakaf.  Sedangkan  pendapat  golongan  yang  kedua dari  golongan  Syafi'i tidak membolehkannya dan harus sesuai dengan isi pesan wakif 2.  Penelitian  yang  disusun  Amalia  (NIM:  2101244)  dengan  judul:  Analisis  Hukum Islam tentang Sengketa Tanah Wakaf dan Hibah Aset Yayasan alAmin  Kab.  Blora.  Pada  intinya  hasil  penelitian  tersebut  menunjukkan  bahwa  status  kepemilikan  tanah  wakaf  dan  hibah  aset Yayasan  al-Amin  Kab.  Blora  berada  dalam  sengketa  yang  berkepanjangan  antara  keluarga  almarhum pemberi wakaf dan hibah dengan yayasan. Atas dasar ini maka  ditinjau  dari  hukum  Islam  (fiqih  muamalah)  status  kepemilikan  tanah  wakaf  aset  Yayasan  al-Amin  Kabupaten  Blora  termasuk  milk  naqish (pemilikan  tidak  sempurna)  karena  pada  prinsipnya,  wakaf  termasuk  kategori  milk naqish. Di samping  itu  keluarga  almarhum  pemberi  wakaf  juga berpendapat bahwa yayasan hanya memiliki hak memiliki benda itu  akibat tidak dipenuhinya syarat al-aqd.
Cara  pemanfaatan  tanah  wakaf  dan  hibah  di  Yayasan  al-Amin  Kabupaten  Blora  belum  didayagunakan  secara  maksimal.  Hal  ini  disebabkan oleh beberapa hal: (a) tanah masih dipersengketakan; (b) ada  pemahaman  di  masyarakat  bahwa  tanah  wakaf  itu  tidak boleh  dialih   fungsikan.  Pemahaman  ini  dipengaruhi  oleh  adanya  pendapat  mazhab  Syafi'i yang tidak boleh mengalih fungsikan tanah wakaf.
3.  Penelitian  yang  disusun  Lukman  Zein  (NIM.  2101107)  dengan  judul:  Studi Analisis Pendapat Mazhab Hanafi tentang Wakafoleh Orang Safih.
Pada  intinya  hasil  penelitian  tersebut  menunjukkan  bahwa  menurut  Mazhab Hanafi, seorang safihsah mewasiatkan 1/3 dari hartanya apabila  dia punya ahli waris. Keabsahan tersebut dengan syarat dia berwasiat agar  dipergunakan dalam berbagai hal kebaikan seperti untuk memberi nafkah  fakir  miskin,  untuk  membangun  sanatorium,  jembatan, masjid  dan  lain  sebagainya. Akan halnya bila dia berwasiat untuk tempat permainan, club  dan lain sebagainya, maka wasiatnya batal; tidak lulus". Pendapat mazhab  Hanafi  tersebut  mengisyaratkan,  seorang  safih dibolehkan  mewakafkan  hartanya  dengan  ketentuan:  pertama,  benda  yang  hendak  diwakafkan  tidak  boleh  melebihi  dari  satu  pertiga  keseluruhan  harta  yang  dimiliki;  kedua,  benda  yang  diwakafkan  itu  dimaksudkan  untuk  hal-hal  yang  sifatnya  mendatangkan  kebaikan  yaitu  tidak  bertentangan  dengan  ketentuan  al-Qur'an  dan  hadis.  Dengan  demikian,  apabila  orang  safih mewakafkan harta diperuntukkan bagi jalan kemaksiatan maka wakafnya  batal.
Secara  umum  dapat  diterangkan  bahwa  dasar  istinbat hukum  mazhab  Hanafi  adalah  (1)  al-Qur'an;  (2)  Sunnah  Rasulullah;  (3)  Fatwafatwa  dari  para  sahabat;  (4)  Istihsan;  (5)  Ijma';  (6)  Urf.   Sedangkan  istinbat hukum  secara  khusus  yang  berkaitan  dengan  wakaf  bagi  orang   safih adalah  (a)  Sumber/dalil  pokok  yakni  firman  Allah  Swt  dalam  alQur'an surat an-Nisa ayat 6. (b) Qiyas.
Adapula  buku-buku  yang  membahas  tentang  wakaf,  akan tetapi  secara  spesifik  dan  mendalam  membahas  syarat-syarat wakaf,  di  antaranya:  1.  Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 Tentang  Wakaf.  Dalam  undang-undang  ini  diatur  tentang  dasar-dasar  wakaf,  pendaftaran  dan  pengumuman  harta  benda  wakaf,  perubahan  status  harta benda wakaf, pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf  dan  lain-lain.  Demikian  pula  dalam  Kompilasi  Hukum  Islam  (KHI/Inpres  No.  1/1991)  diatur  tentang  fungsi,  unsur-unsur  dan  syarat-syarat  wakaf,  tata  cara  perwakafan  dan  pendaftaran  benda  wakaf, kewajiban dan hak-hak Nadzir, dan lain-lain.
2.  Syekh Zainuddin Ibn Abd Aziz al-Malibary,  Fath al-Mu’in. Menurut  penyusun  kitab  ini  bahwa  tidak  disyaratkan  adanya  qabul walaupun  dari  mauquf  alaih  yang  telah  tertentu  orangnya,  karena  mengingat  bahwa wakaf adalah suatu ibadah. Tapi yang disyaratkan adalah tidak  adanya penolakan.

 3.  Ahmad Rofiq, Fiqih Kontekstual dari Normatif ke Pemaknaan Sosial.

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi