BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kunci pokok
kemajuan suatu bangsa
dan negara adalah
terletak pada bidang pendidikan. Negeri ini sedang berjuang
keras untuk meningkatkan kualitas pendidikan, namun
hasilnya belum memuaskan.
Kini upaya meningkatkan kualitas
pendidikan ditempuh dengan
membuka sekolah-sekolah unggulan, Sekolah
unggulan dipandang sebagai
salah satu alternatif
yang efektif untuk meningkatkan kualitas
pendidikan sekaligus kualitas
SDM. Sekolah unggulan diharapkan
melahirkan manusia-manusia unggul
yang amat berguna
untuk membangun negeri yang
kacau balau ini. Tak dapat
dipungkiri setiap orang tua menginginkan
anaknya menjadi manusia unggul. Hal ini dapat dilihat dari animo masyarakat
untuk mendaftarkan anaknya
ke sekolah-sekolah unggulan.
Setiap tahun ajaran baru
sekolah-sekolah unggulan dibanjiri calon siswa, karena adanya keyakinan bisa melahirkan manusia-masnusia unggul.
Ada
sebuah kisah menarik
yang dibuat oleh
Munif Chatib di
dalam bukunya “Sekolahnya
Manusia” kisah tersebut bercerita tentang seorang ibu yang rela berkeringat ketika berdesak-desakan
melihat hasil pengumuman penerimaan anaknya di sekolah favorit
atau sekolah unggulan.
Sekolah tersebut hanya menerima 350
siswa, sedangkan pendaftar
dan calon siswa
yang mengikuti tes penerimaan
berjumlah lebih dari 1000 orang. Dapat dibayangkan betapa ketatnya seleksi masuk ke sekolah tersebut. Tak lama
kemudian, seorang ibu dengan wajah kusut dan
sedih keluar dari
kerumunan, lalu berteriak
memanggil anaknya. Si anak dengan
harap-harap cemas menghampiri
ibunya. Ia berharap
ibunya menyampaikan kabar
gembira tentang pengumuman
hasil tes tersebut.
Namun kata sang
ibu, “Nak, Nak…
percuma Ibu kursuskan
kamu, privat lagi,
sudah bayarnya mahal, masak tes
gitu aja kamu tidak lulus. Temanmu yang biasa-biasa saja di terima, masak kamu ini tidak di terima?
Dasar bodoh!” Peristiwa seperti kisah di
atas ini hampir selalu terjadi setiap tahun ajaran baru di hampir seluruh wilayah Indonesia.
Tanpa disadari, si Ibu telah melakukan penghancuran mental
dan pemasungan kecerdasan
pada anaknya dengan
celaan “bodoh” hanya karena gagal
dalam tes masuk sekolah favorit atau sekolah unggul.
Pertanyaan
yang penting untuk
kita pikirkan saat
ini adalah: Apa
sih konsep unggul
itu sebenarnya? Benarkah
sekolah-sekolah unggulan itu
mampu melahirkan manusia-manusia unggul?
Benarkah sekolah unggul
itu adalah sekolah
yang memilih dan
menyeleksi dengan ketat
kualitas akademis calon siswanya? Lalu bagaimana semestinya sekolah itu menerapkan pola penerimaan siswa barunya? Dari sisi ukuran muatan keunggulan, sekolah
unggulan di Indonesia juga tidak
memenuhi syarat. Sekolah unggulan di Indonesia hanya mengukur sebagian kecerdasan yang dimiliki siswanya, yakni hanya
menekankan kepada kecerdasan logika-matematika dan
bahasa saja. Dalam
konsep yang sesungguhnya,
sekolah unggul adalah
sekolah yang secara
terus menerus meningkatkan
kinerjanya dan menggunakan
sumberdaya yang dimilikinya
secara optimal untuk
menumbuh- Munif Chatib, Sekolahnya Manusia(Bandung: Kaifa, 2009) hlm.
kembangkan
prestasi siswa secara
menyeluruh. Berarti bukan
hanya beberapa kecerdasan
saja yang ditumbuh-kembangkan, melainkan
seluruh potensi kecerdasan
seperti kecerdasan kinetis,
musical, visual-spatial, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Jenis-jenis
kecerdasan intelektual tersebut dikenal dengan sebutan kecerdasan majmuk (Multiple
Intelligences) yang diperkenalkan oleh Howard Gardner pada tahun 1983.
Sesungguhnya
Allah telah menciptakan
manusia sebagai makhluk yang
sangat sempurna. Dalam
bahasa Al-Qur’an, Allah
telah menciptakan manusia
dalam sebaik-baiknya bentuk.
Sebagaimana disebutkan dalam Firmannya:
Dan sungguh telah kami ciptakan manusia dalam sebaik-baiknya bentuk” (QS al-Tin, 4).
Sejatinya setiap
anak dilahirkan cerdas
dengan membawa potensi
dan keunikan masing-masing yang
memungkinkan mereka untuk menjadi cerdas. Jadi sangat
tidak pantaslah seandainya
sebuah sekolah hanya
memperhatikan salah satu dari beberapa macam kecerdasan yang
dimiliki oleh seorang siswa.
Ketika konsep Multiple Intelligences
ditarik dalam ranah
pendidikan, paradigma pendidikan
pun mengalami banyak koreksi sebagaimana yang telah penulis ungkapkan
di atas. Hampir
mayoritas pendidikan di
sekolah sekarang ini
cenderung kurang menghargai
seluruh potensi para peserta didiknya.
Departemen
Agama RI, Al-Qur’an dan terjemah, (Qudus : PT Menara Qudus, 1973) hlm.598.
Konsep Multiple Intelligencesyang
menitikberatkan pada ranah keunikan selalu menemukan kelebihan setiap anak. Lebih jauh
lagi, konsep ini percaya bahwa tidak ada anak
yang bodoh sebab
setiap anak pasti
memiliki minimal satu
kelebihan. Apabila kelebihan
tersebut dapat terdeteksi
sejak awal, otomatis
kelebihan itu adalah
potensi kepandaian sang
anak. Atas dasar
itu seharusnya sekolah
menerima siswa barunya dalam
kondisi apapun. Tugas
sekolahlah meneliti kondisi
siswa secara psikologis dengan
cara mengetahui kecenderungan
kecerdasan siswa melaui
metode riset yang dinamakan
Multiple Intelligences Research(MIR). Dan hasil riset ini dapat digunakan para guru untuk mempelajari gaya belajar
setiap siswa sehingga tercipta pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.
Oleh karena
itu, pola penerimaan
siswa baru bagi
sekolah yang menerapkan Multiple
Intelligences tidak
menerapkan tes-tes formal
untuk menyaring siswa sebagaimana
yang dilakukan sekolah pada umumnya. Jumlah siswa yang mendaftar di sekolah
yang menerapkan Multiple Intelligences harus sesuai
dengan kapasitas siswa yang
akan diterima. Apabila sebuah sekolah berkapasitas 100 siswa dalam penerimaan siswa
barunya, maka ketika
pendaftar telah mencapai
100 siswa, pendaftaran
akan ditutup.
Pola ini tentu sangat berbeda sekali dengan
pola umum yang diterapkan sekolah di
Indonesia yang membuka pendaftaran sebanyak-banyaknya, kemudian mengadakan tes seleksi. Dari 350 pendaftar, yang diterima
hanya 100 siswa. Siapakah siswa tersebut? Pastinya mereka adalah siswa yang menduduki
peringkat dari 1 sampai 100 dari 350 calon
siswa atau mungkin yang mampu menyumbang dana dalam jumlah besar kepada Munif Chatib, op.cit, hlm .92.
sekolah. Lantas, bagaimana nasib 250 siswa
yang tidak lolos? Pastinya stigma sebagai anak yang gagal masuk sekolah unggulan akan
terus melekat seumur dan membayang dalam
pikiran selamanya.
Pada
dasarnya, sekolah unggul
adalah sekolah yang
fokus pada kualitas pembelajaran,
bukan pada kualitas
input siswanya. Kualitas
proses pembelajaran bergantung pada kualitas para guru yang
mengajar di sekolah tersebut. Apabila kulitas guru di sekolah tersebut baik, mereka akan
berperan sebagai “agen pengubah” siswanya.
Sekolah unggul adalah sekolah yang para
gurunya mampu menjamin semua siswa akan dibimbing ke
arah perubahan yang
lebih baik, bagaimanapun
kualitas akademis dan moral
yang mereka miliki. Dengan kata lain, sekolah yang mampu mengubah kualitas akademis dan moral siswanya dari negative
menjadi positif, itulah sekolah unggul.
Sekolah yang
benar-benar menghargai segala
macam keunikan setiap
siswa harus dengan senang hati
menerima semua siswa apa adanya, tanpa pandang bulu dan tanpa memilih siswa dengan tes seleksi. Ini
dilakukan karena prinsip sekolah tersebut adalah
“tidak ada siswa
bodoh”. Lantas bagaimana
proses penerimaan siswa
baru apabila tidak ada siswa yang
di anggap bodoh? Bagaimana cara menilai dan mengukur perkembangan kemajuan siswa dan sekolah
tersebut terutama dalam hal keberhasilan proses belajar-mengajarnya? Pertanyaan ini
telah dijawab oleh
sekolah-sekolah yang telah mengimplementasikan
konsep Multiple Intelligences di dalamnya. Salah satunya yaitu sekolah yang saat ini menjadi buah bibir
masyarakat di kota Bondowoso, Jawa Timur, Ibid, hlm. 93.
yaitu
SD Yayasan Islam
Madrasah Al-Falah Al-Khairiyah
(YIMA) Islamic School Bondowoso. Sekolah
ini dulunya adalah
sekolah yang sedikit
terbelakang dan bermutu rendah. Akhirnya setelah menerapkan
konsep Multiple Intelligences, dalam waktu singkat
sekolah tersebut berubah
menjadi sekolah yang
unggul dan mendapat kepercayaan masyarakat.
Sekolah
ini cukup unik
dan berani berbeda
dalam penerimaan siswa barunya
(PSB). SD YIMA menggunakan alat riset bernama Multiple Intelligences Research(MIR) dalam PSB. MIR ini bukan alat
tes seleksi masuk, melainkan sebuah riset
yang ditujukan kepada siswa dan orang tuanya untuk mengetahui kecenderungan kecerdasan siswa yang paling menonjol dan
berpengaruh. Melalui MIR, siswa dan guru dapat
mengetahui banyak hal,
seperti grafik kecenderungan
kecerdasan siswa, gaya belajar
siswa, dan kegiatan kreatif yang disarankan, yang tentunya berbeda antara satu siswa dan siswa lain. Setiap hasil MIR
menyatakan bahwa pada hakikatnya tidak ada siswa
yang bodoh. Setiap
siswa pasti memiliki
kecenderungan kecerdasan yang merupakan hasil
dari kebiasaan-kebiasaan siswa
tersebut dalam berinteraksi,
baik dengan dirinya sendiri
(mengenal potensi diri) maupun dengan pihak lain.
Di SD YIMA Islamic SchoolBondowoso, setiap
siswa yang mendaftarkan diri dan
mengikuti proses MIR dinyatakan langsung diterima. Hasil MIR akan dipakai oleh setiap
guru untuk mempelajari gaya belajar setiap siswa. Kemudian para guru menyusun lesson plan (rencana pengajaran) berdasarkan
analisis hasil MIR. Dengan analisis hasil MIR
ini, guru harus
berusaha menyesuaikan gaya
mengajarnya dengan gaya
belajar siswa. Oleh karena itu,
di SD YIMA banyak ditemukan pembelajaran sebuah bidang studi
secara individual dan
siswa selalu berada
dalam suasana yang
menyenangkan dalam beraktivitas.
Hasil MIR ini juga menjadi alat untuk membagi kelas dan pedoman guru untuk bahan skenario pembelajaran.
Setelah tiga tahun MIR diujicobakan di SD YIMA
Islamic SchoolBondowoso dan atas berkat
rahmat Allah swt, sekarang SD YIMA menjadi salah satu SD terbaik seKabupaten
Bondowoso. Padahal terdapat beragam kemampuan siswa di sana. Ada pula siswa
yang mengidap kecenderungan
autis. Namun, berkat
kesabaran menyesuaikan gaya belajarnya dengan gaya mengajar guru,
kepercayaan diri dan kemandirian siswa tersebut meningkat
pesat. Sehingga lambat
laun siswa tersebut
sifatnya hampir mendekati anak normal biasanya.
Kesimpulannya, sekolah unggul adalah sekolah
yang memanusiakan manusia, dalam arti
menghargai potensi yang
ada pada diri
siswa. Sekolah yang
membuka pintunya pada semua
siswa, bukan dengan menyeleksinya dengan tes-tes formal yang memiliki interval nilai
berupa angka-angka untuk
menyatakan batasan diterima
atau tidak.
Berdasarkan
fenomena dan latar
belakang di atas
serta diiringi dengan keingintahuan
yang lebih dalam
tentang penerapan Multiple Intelligences di sekolah, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “ Penerapan Konsep Multiple
IntelligencesDalam
Mewujudkan Sekolah Unggul”
(studi kasus di SD YIMA Islamic SchoolBondowoso) B. Rumusan
Masalah Melihat latar belakang
diatas, disini peneliti
akan memfokuskan permasalahan sebagai berikut: 1.
Bagaimanakah desain konsep Multiple Intelligencesdi SD YIMA
Islamic SchoolBondowoso? 2.
Bagaimanakah implementasi konsep Multiple Intelligencesdi SD
YIMA Islamic SchoolBondowoso? 3.
Bagaimanakah evaluasi dari pengimplementasian konsep Multiple Intelligences di
SD YIMA Islamic SchoolBondowoso? C. Tujuan Penelitian Melihat rumusan
masalah diatas, maka
tujuan-tujuan dari penelitian
ini meliputi hal-hal sebagai
berikut: 1. Untuk mengetahui desain
konsep Multiple
Intelligencesyang diterapkan di SD
YIMA Islamic SchoolBondowoso.
2. Untuk
mengetahui implementasi konsep Multiple Intelligencesdi SD
YIMA Islamic SchoolBondowoso.
3. Untuk
mengetahui evaluasi dari
pengimplementasian konsep Multiple Intelligencesdi SD YIMA Islamic
SchoolBondowoso.
D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan atau
manfaat dari penelitian ini, meliputi tiga hal , yaitu: 1. Bagi lembaga: Secara
kelembagaan, penelitian ini ingin
mengungkapkan tentang konsep Multiple Intelligencesyang diterapkan
di sekolah sehingga siapapun
yang berkepentingan bisa mengambil manfaatnya
dengan mengacu pada
hasil penelitian ini.
Dan penelitian ini
mungkin bisa memberi
kontribusi pada penambahan
kekayaan literatur tentang
konsep Multiple Intelligencesyang saat
ini sedang diterapkan di
SD YIMA Islamic SchoolBondowoso pada khususnya dan
sekolah-sekolah lain yang menerapkan konsep
serupa pada umumnya.
2. Bagi
pengembangan keilmuan: sebagai
wahana untuk memperkaya khazanah
pengetahuan kita terutama
dalam bidang Multiple Intelligences yang saat ini sudah banyak diterapkan di
sekolah.
3. Manfaat bagi penulis: sebagai wahana
penambah luasan keilmuan tentang kependidikan terutama
dalam bidang yang
menitikberatkan pada konsep Multiple Intelligencesyang diterapkan oleh
sekolah.
E. Sistematika Pembahasan Sistematika
pembahasan merupakan rangkuman sementara dari isi skripsi, yakni suatu gambaran tentang isi skripsi
secara keseluruhan dan dari sistematika itulah dapat
dijadikan satu arahan
bagi pembaca untuk
menelaahnya. Secara berurutan dalam sistematika ini adalah sebagai
berikut : BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini dikemukakan tentang latar
belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, batasan istilah
dan sistematika pembahasan BAB II KAJIAN TEORI Dalam bab
kajian teori ini
dikemukakan kajian tentang Konsep Multiple Intelligence (kecerdasan ganda), meliputi:
pengertian Intelligence (kecerdasan), pengertian
Multiple Intelligencedan Macam-Macam Multiple Intelligenceserta kajian
tentang Sekolah Unggul,
meliputi: Pengertian Sekolah
Unggul dan Kriteria
Sekolah Unggul serta
yang terakhir kajian
tentang Konsep Multiple Intelligences Dalam Mewujudkan Sekolah Unggul.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi