Senin, 25 Agustus 2014

Skripsi Syariah:PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE (EI) TERHADAP AKHLAK SISWA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) MALANG 1 TLOGOMAS


 BAB I PENDAHULUAN  
A. Latar Belakang Masalah Pola  pembangunan  SDM  di  Indonesia  selama  ini  terlalu  mengedepankan  IQ  (kecerdasan  intelektual)  dan  materialisme  tetapi  mengabaikan EQ (kecerdasan emosi) terlebih SQ (Kecerdasan spiritual). Pada  umunya  masyarakat  Indonesia  memang  memandang  IQ  paling  utama,  dan  menganggap  EQ  sebagai  pelengkap,  sekedar  modal  dasar  tanpa  perlu  dikembangkan lebih baik lagi. Fenomena ini yang sering tergambar dalam pola  asuh dan arahan pendidikan yang diberikan orang tua dan juga sekolah-sekolah  negeri  atau  swasta  pada  umumnya.  Maka  tidak  heran  kalau  banyak  remaja  siswa  Madrasah  Aliyah  berprestasi  tapi  tidak  sedikit  kemudian  mereka  yang  berprestasi  juga  menjadi  siswa  yang  urakan  dan  mengabaikan  tanggungjawabnya  dalam  menjalani  proses  pendidikan  di  sekolah,  terjebak  dalam  pergaulan  bebas,  narkoba  dan  atau  budaya  tawuran  sering  dilakukan.
Pengaruh  obat-obatan  terlarang,  budaya  kritis  yang  cenderung  negatif  karena  mengurangi kesopanan pada guru dan orang tua, selama ini menjadi ciri adanya perubahan budaya pada remaja siswa di Indonesia.
Selama empat dawarsa terakhir, setiap orang dari kepala sekolah dasar  hingga pengkotbah dan president telah berusaha sekuat tenaga mengatasi krisis  perkembangan  moral/akhlak  anak-anak,  tetapi  makin  lama  keadaan  justru   semakin  memburuk. Bila statistik untuk ini saja sudah mengejutkan,  apa lagi  cerita dibalik data tersebut.

Sehingga  pada  tahun  2003,  lahirlah  Undang-Undang  SIKDIKNAS  (Sistem  Pendidikan  Nasional)  Nomor  20  Tahun  2003  merupakan  awal  reformasi  pendidikan  yang  mencoba  menyeimbangkan  pola  pembangunan  SDM  dengan  mengedepankan  SQ  (Kecerdasan  spiritual),  EQ  (kecerdasan  emosi) dan tidak mengabaikan IQ (kecerdasan intelektual).
 Oleh  karena  itu,  emotional  inteligence  harus  slalu  diasah.  Penelitianpenelitian  telah  menunjukkan  bahwa  keterampilan  EQ  yang  sama  untuk  membuat siswa yang bersemangat tinggi dalam belajar, atau untuk disukai oleh  teman-temannya  di  arena  bermain,  juga  akan  membantunya  dua  puluh  tahun  kemudian ketika sudah masuk kedunia kerja atau ketika sudah berkeluarga  .
Daniel  Goleman  mengangkat  kasus  yang  sangat  tragis  berkenaan  dengan  orang  yang  IQ-nya  tinggi,  tetapi  sebaliknya  EQ-nya  sangat  rendah,  yang  merupakan  tipe-tipe  akademis  murni.  Jason  H.  adalah  seorang  siswa  SMU  yang  cerdas,  ia  memiliki  cita-cita  untuk  memasuki  fakultas  kedokteran  Harvard.  Akan  tetapi,  kata  Goleman,  karena  Pologruto,guru  guru  fisikanya  member nilai 80 kepada Jason dalam satu tes, akibanya menjadi sangat fatal.
Jason  beranggapan  bahwa  dengan  nilai  ia  akan  terhalang  untuk  memasuki  fakultas  kedokteran,  karena  itu  dengan  sebuah  pisau  dapur  ia  tusuk  guru   Tuti. Emotional Intelligence (EI) / http;//azzahra-university.ac.idselasa 15-12-2009. 12:00  WIB  Jeanne  Anne  Craig.  Bukan  seberapa  cerdas  diri  anda  tetapi  bagaiman  anda  cerdas/alih  bahsa Arvin saputra. (Batam: Interaksara,2004).hlm 19   fisikanya tersebut.
 Disinilah, seperti dikatakan oleh Goleman,yang pintar‘ itu  berubah  menjadi  ―bodoh,  karena  apa  yang  telah  di  cita-citakan,  hancur  berantakan  karena  ketidak  mampuannya  untuk  mengendalikan  diri  (nafsu)  sendiri.
Banyak  media-media  masa,  dan  televisi  yang  memberitakan  tentang  rendahnya  emotional  inteligence  yang  dimiliki  remaja-remaja  kita  saat  ini,  sehingga  itu  berimbas  pada  Akhlakul  (prilaku)  mareka.  Seperti  yang  diberitakan di media net, Kompas.com: ―Lengan  Riyan  Sofyan  (16),  siswa  Kelas  XI  IPS  3SMK  1  Budi  Utomo, nyaris putus akibat disabet celurit oleh pelajar lain dalam tawuran  antarpelajar  di  Jalan  Kramat  Raya,  Senen,  Jakarta  Pusat,  Kamis  (10/9)  siang.  Berita  yang  lain,  ―Jakarta  -  Warga  Kabupaten  Lampung  heboh.
Sebuah  klip  pemerkosaan  beredar  dari  HP  ke  HP.  Pelaku  dan  korbannya  masih  duduk  di  bangku  SMP.  Sungguh  miris.  Dalam  klip  video  tersebut  tergambar seorang anak perempuan, sebut saja namanya Bunga, dikerubuti  dua  teman  prianya.  Yang  mereka  lakukan  sungguh  tak  pantas.  Secara  bersamaan, keduanya memperlakukan Bunga dengan kasar dan tidak patut  dilakukan  anak  SMP.  Berdasarkan  informasi  yang  dikumpulkan  detikcom.
 Statistik ini dan berita-berita dalam surat kabar mencerminkan masalahmasalah  yang  paling  gawat.  Berkembangnya  kesadaran  akan  moral/akhlak  dapat  berpengaruh  terhadap  setiap  aspek  dalam  masyarakat  kita:  keharonisan  dalam  keluarga,  kemampuan  setiap  sekolah  dalam  mengajar,  keamanan  di  jalan, dan terpadunya nialai-nilai sosial.
 Suharsono. Melejitkan IQ, EQ, SQ. (Depok: Inisiasi Press,2005). hlm   http;//Kompas.com. Tawuran, Lengan Siswa Nyaris Putus. Jumat, 11 September 2009 |  08:45 WIB.
 Ana Shofiana S. Video Pemerkosaan Anak SMP Beredar di Lampun.
http://m.detik.com.
jumat, 11 September 2009 | 08:50 WIB.
 Fenomena-fenomena  tersebut  adalah  salah  satu  gambaran  kurangnnya  pengetahuan tentang diri (EI) tidak dimiliki peserta didik kita, akibatnya terjadi  ―kekosongan yang kemudian di isi oleh sentiment, kemarahan, kesombangan dan sifat-sifat buruk lainnya, yang menggerakkan untuk berbuat jahat. Dalam  bahasa  al-Qura‘an  dikatakan,  barang  siapa  menolak  pengajaran  Allah,  maka  syaitan  akan  mendudukinya  untuk  melakukan  tindakan-tindakan  jahat.
 Sebagaimana Allah berfirman (Q.S. al-Fushshilat: 53): “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan)  kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar.”  Mengetahui  diri  sendiri  berarti  mengetahui  potensi-potensi  dan  kemampuan yang dimiliki sendiri, mengetahui kelemahan-kelemahan dan juga  perasan dan emosi. Dengan mengetahui hal tersebut, seseorang mestinya juga  bisa  mendayagunakan,  mengekspresikan,  mengendalikan  dan  juga  mengomunikasikan dengan pihak lain.
 Semua  permasalahan  di  atas  merupakan  sebuah  realita  yang  mana  emotional  inteligence  itu  sangat  berpengaruh  tehadap  tingkah  laku  (akhlak)  seseorang. Antony Dio  Martin mengungkapnya secara singkat, dia mengatakan  kemampuan  berpikir  seseorang  mempengaruhi  emosinya,  dan  emosi  mempengaruhi  kualitas  tindakan  atau  akhlak  seseorang  tersebut.  Jadi  orang   Suharsono. Op., Cit., hlm   Al-Qur‘an dan Terjemahannya (Bandung: Diponegoro, 2008). 

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi