BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Industri makanan belakangan ini memang menjadi
magnet yang dilirik
pengusaha arena potensinya
cukup besar. Apalagi,
di beberapa pasar
utama seperti makanan
dalam kemasan. Dalam
catatan Gabungan Pengusaha
Makanan dan Minuman,
total pasar bisnis
makanan dan minuman di atas Rp 120 triliun, di luar bisnis
rokok. Namun, di industri ini persaingannya
juga makin ketat,
apalagi makin banyak
pemain asing yang hadir di industri ini. Tak mengherankan,
bila ingin merebut pasar yang signifikan
di industri ini, butuh strategi pemasaran yang jeli, termasuk rajin berpromosi untuk membangun merek dan mendekati
konsumen. Tahun 2006 bisnis makanan
diyakini bakal tetap tumbuh di atas 10%.
Sebagaimana diungkapkan Levitt yaitu
persaingan sekarang bukanlah apa yang
diproduksi perusahaan dalam
pabrik tetapi antara
apa yang mereka tambahkan pada hasil pabrik tersebut
dalam bentuk pengemasan, iklan, dan
hal-hal lainnya yang
dipandang perlu.
Dengan
demikian keberhasilan menjual
suatu produk sangat
ditentukan oleh ketrampilan mengelola produk inti (core product), dan
produk yang disempurnakan yang berbeda
dari persaingannya.
Sudarmadi,
Bisnis yang Menjanjikan di 2006,
swa.co.id, diakses pada 12
Januari 2012 Philip, Manajemen Pemasaran, Jilid 2
(Jakarta: Prenhallindo, 2000), hlm.449 Perang produsen
makanan yang terjadi
sampai saat ini
menjadi hal yang
amat penting dalam
membangun persepsi konsumen.
Caranya dengan melempar
produk yang
memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen. Dalam hal ini
dibutuhkan identifikasi yang tepat berbagai elemen, karakteristik dan atribut produk yang sesuai
dengan kebutuhan pasar. Untuk itu perlu
dilakukan analisis psikografis
(aktivitas, minat dan
opini) konsumen untuk mengetahui
dan memberi kesan di benak konsumen bahwa produk inilah yang mereka butuhkan.
Adanya persaingan industri makanan tersebut,
untuk memenangkan persaingan, maka salah
satunya adalah produsen harus tahu dan respek akan hak-hak
konsumen. Kualitas hidup
yang semakin baik,
mendorong meningkatnya tuntutan
hak konsumen akan
produk-produk makanan yang bermutu
dan aman. Salah satu hak konsumen itu adalah adanya informasi label halal pada setiap produk yang dijual di
pasar. Konsekuensi logis dari hal itu adalah
produsen harus melakukan
sertifikasi dan mencantumkan
label halal pada setiap kemasan
produknya. Bagi produsen, sertifikasi dan pelabelan produk dibutuhkan biaya yang besar. Akan
tetapi apabila produsen dapat melakukannya,
maka kepuasan konsumen akan dapat terpenuhi.
Label halal
yang terpercaya dapat memberikan ketentraman bagi konsumen untuk mengkonsumsi suatu produk.
Aisyah Girindra,
Direktur Lembaga Pengkajian
Pangan Obat- Obatan
dan Kosmetika Majelis
Ulama Indonesia (LPPOM
MUI), Ibid Jurnal
Halal No.18 November-Desember
1997, hlm.13 menyatakan bahwa
“Tuntutan konsumen akan produk halal belakangan memang
semakin besar. Diakui
konsumen muslim saat
ini makin kritis.
Mereka tidak
sekedar menuntut produk
yang higienis dan
terjamin kandungan gizinya,
tetapi juga kehalalannya. Label
halal pun menjadi kunci yang memepengaruhi konsumen dalam
memutuskan membeli atau tidak suatu
produk”.
Adanya label
halal pada sebuah
produk akan membantu
kedua belah pihak,
baik produsen yang
memproduksi maupun konsumen
yang mengkonsumsi. Kedua,
adanya label halal
melindungi pengusaha dari tuntutan
konsumen dikemudian hari. Ketiga,
melindungi konsumen dari keraguan dalam
menyantap makanan. Keempat,
dapat meningkatkan kepuasan konsumen, Kelima adanya label halal
juga dapat memperkuat dan meningkatkan
image produk yang
secara langsung maupun
tidak mempengarui persepsi
konsumen.
Seperti
diungkapkan Kotler keputusan
untuk membeli pada hakekatnya terdiri
dari sekumpulan persepsi
dan keputusan. Ada
dua faktor yang dapat
mempengaruhi keputusan pembelian, yaitu sikap orang lain
dan faktor situasi
yang tak terduga.
Sikap orang lain
positif maupun negatif akan mempengaruhi alternatif konsumen,
sehingga motivasi konsumen dapat tunduk
pada keinginan orang
lain. Semakin kuat
intensitas sikap orang
lain, semakin kuat
orang lain tersebut
mempengaruhi niat konsumen untuk membeli atau tidak suatu
barang. Sementara itu faktor Syaiful
Muslim, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm.78 situasi
yang tak terduga
muncul untuk mengubah
maksud pembelian.
Faktor ini menggambarkan
kekecewaan terhadap produk tertentu. Tetapi bukan
merupakan faktor yang
dapat diandalkan sepenuhnya
untuk memprediksi atau mengukur
tingkah laku pembeli.
Konsumen
ONO Swalayan Ngaliyan
adalah masyarakat Ngaliyan, dimana
masyarakat Ngaliyan terdiri
dari akademisi IAIN
Walisongo dan masyarakat
biasa, yang sebagian
besar masyarakatnya paham
akan ajaran Islam, hal ini dapat menjadi perwakilan dari
komunitas Muslim yang menjadi konsumen
produk tersebut.
Masyarakat Ngaliyan yang terdiri dari akademisi IAIN Walisongo
dan masyarakat biasa
adalah komunitas kritis.
Bila ditinjau dari
sisi informasi yang
mereka peroleh dan
kemampuan mereka untuk
mencerna informasi adalah
komunitas yang bisa
memilah-milah produk-produk yang
mereka konsumsi berdasarkan
informasi yang mereka peroleh.
Agar dapat memperoleh informasi
yang lebih jelas serta disertai bukti ilmiah mengenai
bagaimana pengaruh label
halal terhadap keputusan pembelian konsumen muslim Ngaliyan terhadap
suatu produk tertentu, perlu dilakukan suatu penelitian
ilmiah. Untuk itu
penulis akan melakukan penelitian
dengan menjadikan Masyarakat
Ngaliyan sebagai studied population.
Penulis memberikan batasan
bahwa produk makanan
dalam kemasan yang
dimaksud adalah produk-produk
seperti coklat, susu,
mie instan, snack,
dan produk-produk makanan
ringan lainnya yang
diproduksi Kotler dan Amstrong,
Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jilid
1, (Jakarta: Erlangga, 2001), hlm. 98 dengan
menggunakan kemasan dan
menyertakan label halal
di dalam kemasannya.
Penulis memberikan judul
pada penelitian ini
adalah “PENGARUH FAKTOR PSIKOGRAFIS
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK MAKANAN DALAM KEMASAN
BERLABEL HALAL PADA
MASYARAKAT MUSLIM NGALIYAN
(Studi Kasus Pada ONO Swalayan Ngaliyan)” 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan diatas maka pokok permasalahan yang dapat dirumuskan
dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah psikografis
yang meliputi kegiatan (X1), minat (X2), opini (X3) secara parsial berpengaruh terhadap keputusan
pembelian (Y)? 2. Apakah psikografis yang meliputi kegiatan
(X1), minat (X2), opini (X3) secara
simultan berpengaruh terhadap keputusan pembelian (Y)? 3.
Variabel psikografis manakah
yang paling dominan
berpengaruh terhadap keputusan
pembelian? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan,
mengolah, dan menganalisa data
serta, menginterpretasikannya. Hasilnya
akan digunakan sebagai
bahan penyusunan skripsi
yang akan diajukan
sebagai salah satu syarat
untuk menempuh ujian sarjana Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi