Jumat, 22 Agustus 2014

Skripsi Syariah:PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI KERJA GURU DI MAN MALANG II BATU


 BAB I  PENDAHULUAN  
A.  Latar Belakang  Di  antara  pemimpin-pemimpin  pendidikan  yang  bermacam-macam  jenis dan tingkatannya, kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang  sangat penting. Dapat dilaksanakan atau tidaknya tujuan pendidikan itu sangat  tergantung  pada  bagaimana  kecakapan  dan  kebijaksanaan  kepala  sekolah  dalam memimpin suatu sekolah atau lembaga yang dia naungi.
Kepemimpinan  berarti  kemampuan  dan  kesiapan  seseorang  yang  dimiliki  oleh  seseorang  untuk  mempengaruhi,  mendorong,  mengajak,  menuntun, menggerakkan, mengarahkan dan kalau perlumemaksa orang atau  kelompok agar menerima  pengaruh  tersebut dan selanjutnya  berbuat  sesuatu  yang dapat membentu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
 Sehingga  dalam  bidang  pendidikan,  kepemimpinan  mengandung  arti  kemampuan  atau  daya  untuk  menggerakkan  pelaksana  pendidikan  agar  tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkansecara efektif dan efisien.

Dikatakan  juga  bahwa  sebagai  pemimpin  pendidikan  kepala  sekolah  menghadapi tanggung jawab yang berat, untuk itu ia harus memiliki persiapan  memadai. Fungsi utama kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan adalah   Abdul Aziz Wahab, 2008, Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan, CV  Alfabeta, cet.1, Hlm: 132   menciptakan situasi belajar mengajar sehingga guru-guru dapat mengajar dan  murid dapat belajar dengan baik  Gaya  kepemimpinan  merupakan  norma  perilaku  yang  dipergunakan  oleh  seseorang  pada  saat  orang  tersebut  mencoba  mempengaruhi  perilaku  orang  lain.  Gaya  kepemimpinan  adalah  suatu  pola  perilaku  yang  konsisten  yang  ditunjukkan  oleh  pemimpin  dan  diketahui  oleh  pihak  lain  ketika  pemimpin  berusaha  mempengaruhi  kegiatan-kegiatan  orang  lain.  Gaya  kepemimpinan  juga  merupakan  pola  tingkah  laku  seorang  pemimpin  dalam  proses mengerahkan dan mempengaruhi para pekerja.
 Dalam  mengelola  organisasi  sekolah,  kepala  sekolah  dapat  menekankan  salah  satu  gaya  kepemimpinan  yang  ada.  Gaya  kepemimpinan  mana  yang  paling  tepat  diterapkan  masih  menjadi  pertanyaan.  Karakteristik  sekolah sebagai organisasi pendidikan akan berpengaruh terhadap keefektifan  gaya kepemimpinan yang diterapkan. Sebuah organisasi hanya akan bergerak  jika  kepemimpinan  yang  ada  di  dalamnya  berhasil  dan efektif.  Gaya  kepemimpinan banyak mempengaruhi keberhasilan seorang pemimpin dalam  mempengaruhi  perilaku  bawahannya.  Istilah  gaya  secara  kasar  adalah  sama  dengan  cara  yang  dipergunakan  pemimpin  di  dalam  mempengaruhi  para  pengikutnya. Kepemimpinan suatu organisasi perlu mengembangkan staf dan  membangun  iklim  motivasi  yang  menghasilkan  tingkat  produktivitas  yang  tinggi,  maka  pemimpin  perlu  memikirkan  gaya  kepemimpinannya.  Gaya   Hendyat Suetopo dan Wasty Suemanto, 1999, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan,  Malang: Bina Aksara, Hlm: 19   Nur Kholis, Manejemen berbasis sekolah, teori, model dan aplikasi. ( Jakarta: Grasindo,  2003) Hlm: 167   kepemimpinan  merupakan  norma  perilaku  yang  digunakan  oleh  seseorang  pada  saat  orang  tersebut  mencoba  mempengaruhi  perilaku  orang  lain.  Pada  dasarnya,  ada  tiga  gaya  kepemimpinan  seperti  yang  dikembangkan  oleh Lippit, dan White yaitu: Otokratik/Otokrasi, Demokratik, dan Laissez-faire  .
Otokrasi  berasal  dari  kata  oto  yang  berarti  sendiri dan  kratos  berarti  pemerintah.  Jadi  otokrasi  adalah  mempunyai  pemerintah  dan  menentukan  sendiri.
  Otokrasi  merupakan  Pemerintahan  atau  kekuasaan  yang  dipegang  oleh  seseorang  yang  berkuasa  secara  penuh  dan  tidak terbatas  masanya.
Sedangkan yang memegang kekuasaan disebut otokrat yang biasanya dijabat  oleh  pemimpin  yang  berstatus  sebagai  raja  atau  yang menggunakan  sistem  kerajaan.
  Sedangkan  di  lingkungan  sekolah  bukan  raja  yang  menjadi  pemimpin  akan  tetapi  kepala  sekolah  yang  memiliki  gaya  seperti  raja  yang  berkuasa mutlak dan sentral dalam menentukan kebijaksanaan sekolah. Kepala  sekolah yang otoriter biasanya tidak terbuka, tidakmau menerima kritik, dan  tidak membuka jalan untuk berinteraksi dengan tenaga pendidikan. Ia hanya  memberikan  instruksi  tentang  apa  yang  harus  dikerjakan  serta  dalam  menanamkan disiplin cenderung menggunakan paksaan dan hukuman.
 Kepala  sekolah  sebagai  pemimpin  bertipe  laissez  faire menghendaki  semua  komponen  pelaku  pendidikan  menjalankan  tugasnya  dengan  bebas.
 http://meetabied.wordpress.com/2009/12/24/gaya-kepemimpinan/diakses pada tanggal  20 Mei 2010   M. Moh. Rifa’I, 1986, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Jemmar, Hlm:  38   Puis.A. Partanto Dan Dahlan Al Barry, 1994, Kamus Ilmiah, Surabaya: Arkola, Hlm:  952   E. Mulyasa, 2003, Menjadi Kepala Sekolah Profesional: Dalam Konteks Menyukseskan  MBS dan KBK, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Hlm: 269   Oleh  karena  itu  tipe  kepemimpinan  bebas  merupakan  kemampuan  mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama  untuk mencapai tujuan  yang  telah  ditetapkan  dengan  cara  berbagai  kegiatan diserahkan  pada  bawahan. Karena arti “lasses” sendiri secara harfiah adalah mengizinkan dan  “faire” adalah bebas. Jadi pengertian  laissez faireadalah memberikan kepada  orang lain dengan prinsip kebebasan, termasuk bawahan untuk melaksanakan  tugasnya  dengan  bebas  sesuai  dengan  kehendak  bawahan  dan  tipe  ini  dapat  dilaksanakan di sekolah yang memang benar–benar mempunyai sumber daya  manusia  maupun  alamnya  dengan  baik  dan  mampu  merancang  semua  kebutuhan sekolah dengan mandiri.
Dari  gaya  kepemimpinan  laissez-faire dalam  konteks  pendidikan  Indonesia  sangat  sulit  untuk  dilaksanakan  karena  keadaan  pendidikan  kita  masih  mengalami  beberapa  kendala  mulai  dari  masalah pendanaan,  sumber  daya manusia, kemandirian, dan lain sebagainya. Menurut Imam Suprayogo,  Tipe  kepemimpinan  ini  sangat  cocok  sekali  untuk  orang  yang  betul-betul  dewasa  dan  benar-benar  tau  apa  tujuan  dan  cita-cita bersama  yang  harus  dicapai.
 Pemimpin  yang  bertipe  demokratis  menafsirkan  kepemimpinannya  bukan  sebagai  diktator,  melainkan  sebagai  pemimpin  di  tengah-tengah  anggota kelompoknya.
 Dalam melaksanakan tugasnya, ia mau menerima dan  bahkan  mengharapkan  pendapat  dan  saran-saran  dari  kelompoknya.  Juga  kritik  yang  membangun  dapat  ia  terima  sebagai  umpan balik  dan  dijadikan     Imam Suprayogo, 1999, Revormulasi Visi Pendidikan Islam, Malang: Stain Press,  Cet.1, Hlm: 167   Abdul Aziz Wahab, Op Cit. Hlm: 135   bahan  pertimbangan  dalam  tindakan-tindakan  selanjutnya.  Pemimpin  selalu  berusaha  memupuk  rasa  kekeluargaan  dan  membangun  semangat  serta  memotivasi para anggotanya dalam mengembangkan diri Adanya  gaya  kepemimpinan  kepala  sekolah  yang  bermacam-macam  sesuai yang tersebut diatas, diharapkan mampu sebagai agen perubahan dalam  sekolah  sehingga  mempunyai  peran  aktif  dalam  meningkatkan  kualitas  pendidikan.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi