Kamis, 28 Agustus 2014

Skripsi Syariah:PENGARUH KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) PENGELOLA KOPERASI TERHADAP KINERJA KOPERASI PONDOK PESANTREN DI KABUPATEN DEMAK


 BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah Koperasi  adalah  suatu  bentuk  kerja  sama  dalam  lapangan  perekonomian.  Kerja  sama  ini  diadakan  orang-orang  karena  adanya  kesamaan  jenis  kebutuhan  hidup  mereka.  Orang-orang  ini  bersama-sama  mengusahakan  kebutuhan  sehari-sehari,  yang  mereka  butuhkan.  Untuk  mencapai tujuan  itu diperlukan adanya kerja  sama  yang akan  berlangsung  terus,  oleh  sebab  itu  dibentuklah  suatu  perkumpulan  sebagai  bentuk  kerja  sama itu.
 Bentuk  kerja  sama  tersebut  untuk  mewujudkan  pembangunan  Nasional  yang  dilakukan  oleh  bangsa  Indonesia  itu  sendiri.  Pembangunan  tersebut  merupakan  bentuk  pembangunan  manusia  seutuhnya  yang  dilakukan  bersama-sama  bertujuan  untuk  mewujudkan  Undang-Undang  Dasar 1945 (UUD 1945). Pemerintah secara tegas menetapkan bahwadalam  rangka  pembangunan  nasional  dewasa  ini,  koperasi  harus  menjadi  tulang  punggung dan wadah bagi perekonomian rakyat.
Kebijaksanaan  Pemerintah  tersebut  sesuai  dengan  isi  UUD  1945  pasal  33  ayat  1  yang  menyatakan  bahwa  perekonomian  disusun  sebagai  usaha bersama  berdasarkan  asas  kekeluargaan.  Di  dalam  penjelasan  UUD  1945  tersebut  diungkapkan  bahwa  bangun  usaha  yang  sesuai  adalah    Pandji  Anoraga  dan   Ninik  Widiyanti,  Dinamika  Koperasi, Jakarta:  PT  RINEKA  CIPTA, 2007, h.1.
 koperasi.

 Oleh karena itu, peran koperasi menjadi penting berkaitan dengan  pelaksanaan  tujuan  di  atas.  Koperasi  harus  tampil  sebagai  organisasi  yang  dapat  mengumpulkan  dan  membentuk  kekuatan  ekonomi  bersama-sama  agar  dapat  meningkatkan  kesejahteraan  anggota  pada  khususnya  dan  masyarakat sekitar pada umumnya.
Ninik Widiyanti berpendapat bahwa koperasi bersifat terbuka untuk  umum.  Setiap  orang  tanpa  memandang  golongan,  aliran,  kepercayaan  atau  agama orang itu, dapat diterima sebagai anggota koperasi. Koperasi memang  merupakan  wadah  persatuan  orang-orang  yang  miskin  dan  lemah  ekonominya untuk bekerja sama memperbaiki nasib dan meningkatkan taraf  hidup mereka.
 Pernyataan ini sesuai dengan asas usaha koperasi pondok pesantren  yang  notabennya  koperasi  yang  berlandaskan  syari’ah  Islam yakni;  berdasarkan  konsep  gotong  royong,  dan  tidak  dimonopoli  oleh  salah  seseorang pemilik modal. Begitu  pula dalam hal keuntungan yang diperoleh  maupun kerugian yang diderita harus dibagi secara sama dan proporsional.
Hal ini sesuai dengan firman allah dalam (QS. Surat Al shaad: 24)  Ninik Widiyanti, Koperasi dan Perekonomian Indonesia, Jakarta: Bina Aksara, 1989, h. 4.
 Gemala Dewi, Hukum Perikatan IslamDi Indonesia, Jakarta: Prenada Media, 2005, h.
118   Artinya:   Daud berkata: "Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu  dengan  meminta  kambingmu  itu  untuk  ditambahkan  kepada  kambingnya.  Dan  sesungguhnya  kebanyakan  dari  orang-orang  yang  berserikat  itu  sebahagian  mereka  berbuat  zalim  kepada  sebahagian  yang  lain,  kecuali  orang-orang  yang  beriman  dan  mengerjakan  amal  yang  saleh;  dan  amat  sedikitlah  mereka  ini."  Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; maka ia meminta  ampun  kepada  Tuhannya  lalu  menyungkur  sujud  dan  bertaubat.
(QS. Surat Al -Shaad: 24) Pada permulaanya kita mengenal 3 (tiga) jenis bentuk koperasi yang  didasarkan pada bidang-bidang usahanya, yaitu koperasi konsumsi, koperasi  produksi, dan koperasi kredit. Selanjutnya terjadi perkembangan usaha yang  juga  memerlukan  perkembangan  struktur  organisasi,  sehingga  penjenisan  koperasi  seperti  di  atas  terasa  kurang  tepat  dan  perlu  dikembangkan  pula.
Perkembangan  usaha  koperasi  berlangsung  serba  cepat  dan  luas  mengikuti  kemajuan ekonomi dan tingkat kepentingan/ kebutuhan para anggotanya, ini  berarti  bahwa  usaha-usaha  dan  pelayanan-pelayanannya  telah  meningkat,  walaupun  demikian  gerak  organisasinya  tetap  bertahan  dengan  kuat  pada  sendi -sendi  yang  khas,  yaitu:  Mengutamakan  kesejahteraan  para  anggotanya dengan gerakan cepat dan tepat.
 Sehubungan  dengan  perkembangan-perkembangan  seperti  diatas  maka untuk mengusahakan pengelompokan yang lebih jelas tentang fungsifungsi  koperasi  menurut  jenis  dan  berbagai  bidang  usahanya,  orang-orang  banyak tertarik  untuk  membagi  koperasi  sebagai  berikut:  Pertama berdasarkan  fungsi  usahanya  (koperasi  konsumsi,  koperasi  produksi,  koperasi kredit, koperasi  jasa, dan  lain-lain),  Kedua  berdasarkan kelompok    G.  Kartasapoetra,  Praktek  Pengelolaan  Koperasi,  Jakarta:  PT  RINEKA  CIPTA,  2005, h.1.
 Ibid, h.3.
 orang-orang  yang  secara  homogen mempunyai  kelompok  yang  sama  (koperasi  pegawai  negeri,  koperasi  ABRI,  PEPABRI,  koperasi  nelayan,  koperasi  petani,  koperasi  pelajar/  mahasiswa,  koperasi  pesantren,  dan  lainlain)  Ketiga  berdasarkan  jenis  barang  yang  diolah  atau  dijadikan  objek  kegiatan  (  koperasi  kopra,  koperasi  batik,  koperasi  garam  rakyat,  koperasi  tembakau, koperasi perikanan/peternakan, dan lain-lain).
Selanjutnya  untuk  mendukung  terwujudnya  iklim  yang  sehat(kondusif) dalam pengembangan perkoperasian, pemerintah  juga telah  mengeluarkan  Undang-undang  No.  5  tahun  1999  tentang  pelarangan  monopoli  dan  praktek  persaingan  yang  tidak  sehat.  Disamping  itu  juga  didukung dengan berbagai peraturan, antara lain peraturan pemerintah No. 9  tahun  1995  tentang  pelaksanaan  kegiatan  usaha  simpan  pinjam  oleh  koperasi, peraturan pemerintah No. 33 tahun 1998 tentang modal penyertaan  pada  koperasi.  Dengan  adanya  peraturan-peraturan  tersebut  diharapkan  koperasi dapat berkembang seperti badan usaha yang lain.
 Selain  peraturan  pemerintah  tersebut,  untuk  memacu  pemerataan  dan  memperluas  kesempatan  berusaha  melalui  koperasi,  pemerintah  mengeluarkan  instruksi   presiden No.  18  tahun  1998 tentang  peningkatan  pembinaan  dan  pengembangan  perkoperasian.  Inti  dari  kebijakan  tersebut  adalah  masyarakat  akan  memiliki  kemudahan  dan  kebebasan  untuk  mendirikan dan mengembangkan koperasi sesuai dengan potensi, keinginan  dan  kemampuannya  dalam  mengelola  potensi ekonomi.  Tentu  saja  setiap   Pedoman  Pembinaan  Dan  Pengembangan  Koperasi  Pndok  Pesantren,  Jakarta:  Deartemen Agama RI, 2003, h.1.    koperasi  yang  didirikan  harus  tetap  dalam  koridor  yang  menerapkan  asas,  prinsip dan semangat  yang  murni dianut dan dikembangkan oleh koperasi.
Dengan  kondisi  ini  diharapkan  akan  tumbuh  koperasi-koperasi  sejati  (genuine  co-operatives)  bukan  koperasi  yang  direkayasa  (pseudo cooperatives) oleh pemerintah atau siapapun.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi