Senin, 25 Agustus 2014

Skripsi Syariah:PENGARUH PEMBIAYAAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH TERHADAP PENDAPATAN USAHA KECIL (STUDI KASUS DI BMT NU SEJAHTERA CABANG KENDAL)


BAB I PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG MASALAH Koperasi  merupakan  lembaga  keuangan  swasta  yang  modal  sepenuhnya bersumber dari masyarakat. Lembaga ini tidak mendapat subsidi  sedikitpun  dari  pemerintah.
 Jadi  keberadaan  BMT  yang  setingkat  dengan  koperasi  yang  dalam  mengoperasikannya   berprinsip  syariah.  Pada  tahap  pertama  berdiri  bank  Islam.  Pada  tahap  berikutnya  bermunculan  lembaga  keuangan  bukan  bank  yang  mengadopsi  prinsip  bagi  hasil  yaitu  BMT.
Dalam  masa  krisis  ekonomi  yang  melanda  Indonesia  tahun  1997  lalu,  pengusaha dan pedagang kecil mampu menunjukkan kemampuannya untuk  bertahan, sedang pengusaha yang termasuk dalam kategori konglomerat saja  kewalahan  dalam  mempertahankan  usahanya.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  pengusaha  kecil  mempunyai  potensi  yang  sangat  besar  untuk  dapat  mengembangkan  perekonomian  ini.  Namun  di  sisi  lain  kemampuan  pengusaha  kecil  mempunyai  berbagai  kelemahan  terutama  dalam  tiga  hal  yaitu manajemen, skill dan finansial.
 Bisnis  syariah  selain  bank  syariah  yang  banyak  bermunculan  di  Indonesia, banyak pula bermunculan lembaga keuangan swasta sejenis yang  berprinsip  syariah.  Di  antaranya  adalah  Baitul  Maal  Wat  Tamwil  (BMT).

Kehadiran  BMT  ini  merupakan  usaha  untuk  memenuhi  keinginan   Sutantya  Rahardja  Hadhikusuma,  Hukum  Koperasi  Indonesia,  Jakarta:PT.  Raharja  Grafindo Persada, hlm. 74.
 M. Darwan Rahardjo, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi, Jakarta: LSAF, 1999.
 khususnya  sebagian  muslim  yang  menginginkan  jasa  layanan  lembaga keuangan untuk mengelola perekonomiannya.
 Mengingat  keadaan  demografis  di  Indonesia  di  mana   masih  banyak  penduduk yang tinggal di pedesaan dan menjadi pedagang kecil, keberadaan  BMT sangat penting. Dengan adanya BMT ini diharapkan dapat membantu  para pedagang kecil dalam mengatasi masalah permodalan mereka. Karena  modal  menjadi  salah  satu  pokok  permasalahan  dalam  semua  jenis  usaha.
Begitu  juga  bagi  para  pedagang  kecil  yang  tinggal  di  pedesaan  dan  tergolong  ekonomi  lemah.  BMT  memang  beroperasi  di  lingku ngan   para  pedagang  kecil  dan  sangat  membantu  dalam  mengatasi  masalah  modal  mereka.
Baitul  Maal  wat  Tamwil  (BMT)  sebagai  lembaga  keuangan  mikro  syariah yang bersentuhan langsung dengan masyarakat menengah kebawah  diharapkan  mampu  menjalankan  misinya  dengan  baik  dan  mampu  mengurangi  ketergantungan  pengusaha   kecil  dari  lembaga  –  lembaga  informal yang bunganya relatif tinggi.
Banyak  produk  yang  disediakan  BMT  untuk  masyarakat,  misalnya  kredit  atau  pembiayaan  yang  diberikan  kepada  sektor   pertanian,  perindustrian,  perdagangan  barang  dan  jasa,  koperasi,  pedagang  kecil  dan  masih  banyak  lainnya.  Kredit  yang  diberikan  untuk  mengembangkan  dan  meningkatkan  produktifitas  usahanya.  Produktifitas  perlu  ditingkatkan   Ahmad Sumiyanto,  BMT  Menuju  Koperasi  Modern, Solo: ISES Publishing, 2008, hlm.
15-16.
 karena merupakan faktor terpenting dalam suatu usaha  yang dijalankan agar  tetap  tumbuh  dan  berkembang,  serta  menentukan  daya  saing  di  era  pasar  bebas yang akan datang.
 Dalam rangka memberdayakan  para pedagang kecil  agar peranannya  dalam  segala   kegiatan  ekonomi   dapat  meningkat,  dapat  memperluas  pangsa  pasar  dalam  kegiatan  produksi  dan  distribusi  nasional  serta  memperkuat  daya  saingnya.  Oleh  karena  itu  BMT   direncanakan  sebagai  gerakan nasional dalam rangka memberdayakan masyarakat sampai lapisan  bawah.  Antusias  masyarakat  akan  bank  syariah  sangat  besar,  terbukti  dengan adanya 2000  BMT  bahkan  lebih  yang telah  berdiri dan tersebar di  seluruh  Indonesia.
 Yang  semakin  diminati  masyarakat  dan  semakin  banyaknya  para  pemikir  ekonomi  islam  di  Indonesia  yang  terus  memperjuangkan kemajuan lembaga keuangan berdasarkan syariat islam.
Para  pengusaha  kecil,  salah  satu   bagian  dari  masyarakat  golongan  ekonomi lemah perlu mendapatkan bantuan terutama dalam hal tersedianya  modal yang cukup untuk berusaha.
 Untuk itu peran BMT maupun koperasi  yang berdasar syariat Islam mengembangkan pemikiran untuk memberikan  kredit tanpa jaminan, karena BMT (Baitul  Maal Wat Tamwil) sebagai salah  satu  lembaga  keuangan  Islam  dalam  operasionalnya  juga  tidak  menggunakan sistem bunga.
 Lasmiatun, Perbankan Syariah, Semarang: LPSDM. RA Kartini, 2010, hlm. 32-33.
 Ahmad Sumiyanto, op.cit, hlm 10.
 Muhammad Ridwan, Manajemen BMT, Yogyakarta: UII press, 2004, hlm 26.
 Dengan  adanya  fenomena  tersebut,  BMT  yang  berdasarkan  syariat  Islam mengembangkan pemikiran untuk memberikan kredit. Namun,  Baitul  Maal Wat Tamwil (BMT) belum bisa menembus pada lapisan paling bawah,  karena  mereka  masih  awam  dengan  Baitul  Maal  Wat  Tamwil  (BMT).
Munculnya banyak lembaga keuangan yang beroperasi berdasarkan prinsip  syariah  termasuk  BMT,   merupakan  fenomena  aktual  yang  menarik  untuk  dicermati.  Paling  tidak  dapat  dianggap  sebagai  bukti  awal  diterimanya  dengan baik sistem ekonomi islam yang berdasarkan syariat islam di  tengah  peradaban yang sudah maju. Fenomena tersebut sekaligus menjadi jawaban  atau keraguan sementara pihak terhadap kebenaran ajaran islam.
BMT  NU  Sejahtera  Cabang  Kendal  yang  termasuk  dalam  lembaga  keuangan syari’ah menawarkan berbagai produk  –  produk berbasis syariah  termasuk  pembiayaan  untuk  memenuhi  kebutuhan  masyarakat  yang  kekurangan modal untuk mengajukan modal usaha mereka. Bukan hanya itu  BMT  NU  Sejahtera  Cabang  Kendal  juga  mampu   bersaing  untuk  menarik  nasabah, karena lembaga keuangan syariah tergolong baru di masyarakat.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi