BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada
hakikatnya merupakan suatu
upaya mewariskan nilai, yang
akan menjadi penolong
dan penentu umat
manusia dalam menjalani kehidupan, dan sekaligus untuk memperbaiki
nasib dan peradaban umat manusia Sementara
itu Mahmud As-Sayid Sulthan sebagaimana
dikutip oleh Toto Suharto mengungkapkan
bahwa tujuan pendidikan
Islam harus memenuhi
beberapa karakteristik, seperti
kejelasan, universal, integral,
rasional, aktual, ideal
dan mencakup jangkauan
untuk masa yang
panjang. Atau dengan
bahasa sederhananya, pendidikan
Islam harus mencakup
aspek kognitif (fikriyyah ma‟rifiyyah), afektif
(khuluqiyah), psikomotor (jihadiyah),
spiritual (ruuhiyah) dan sosial kemasyarakatan (ijtima‟iyah).
Tanpa pendidikan, maka diyakini manusia
sekarang tidak berbeda dengan generasi
manusia masa lampau.
Secara ekstrim bahkan
dapat dikatakan, bahwa maju mundurnya atau baik buruknya peradaban suatu masyarakat, suatu bangsa, akan ditentukan oleh bagaimana pendidikan
yang dijalani oleh masyarakat bangsa tersebut.
Dalam konteks
tersebut, maka kemajuan
peradaban yang dicapai
umat manusia dewasa
ini, sudah tentu
tidak terlepas dari
peran-peran pendidikannya.
Diraihnya kemajuan
ilmu dan teknologi
yang dicapai bangsabangsa
diberbagai Toto Suharto, Filsafat
Pendidikan Islam (Yogyakarta: Ar-Ruz, 2006), hlm 112.
belahan
bumi ini, telah
merupakan akses produk
suatu pendidikan, sekalipun diketahui
bahwa kemajuan yang
dicapai dunia pendidikan
selalu di bawah kemajuan
yang dicapai dunia industri yang memakai
produk lembaga pendidikan.
Oleh sebab itu, pendidikan akhlak sangat penting bagi peserta
didik dalam menumbuhkembangkan hubungan
antara peserta didik
dengan Sang Pencipta, hubungan
antara peserta didik
dengan manusia lainnya
sehingga memunculkan suatu
sikap yang harmonis
di antara sesamanya.
Pernyataan ini sesuai
dengan Bukhari Umar
bahwa “pendidikan akhlak adalah
proses pembinaan budi pekerti anak sehingga menjadi budi pekerti yang mulia
(akhlaq karimah). Proses tersebut tidak
terlepas dari pembinaan kehidupan beragama peserta didik secara totalit as”.
Hal senada juga disampaikan oleh Al-Attas bahwa wajib hukumnya bagi peserta didik
untuk membentengi dirinya
dengan akhlak yang
dalam perkataan beliau dikenal dengan istilah ta‟dib.
Hubungan
peserta didik dengan
Sang Pencipta bisa
ditunjukkan dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi
larangannya. Sedangkan hubungan peserta didik dengan
sesamanya bisa ditunjukkan
dengan saling tolong
menolong, tidak mengejek
temannya, memberikan solusi
ketika temanya mendapatkan
masalah, silaturrahmi,
mengirimkan doa, dan lain sebagainya.
Apabila pendidikan akhlak tidak ditanamkan
dalam diri peserta didik sejak kecil,
maka tidak menutup kemungkinan akan menjerumuskan peserta didik pada sesuatu yang tidak diinginkan oleh masyarakat
luas. Misalkan ada seora ng pelajar Bukhari Umar,
Membina Akhlak Anak
dengan Keteladanan, (http:www.google.arsip blog.com, diakses 31 Januari 2010).
Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat Dan Praktik Pendidikan Islam Syed
Muhammad Naquib Al-Attas (Bandung:
MIZAN, 1998), hlm. 22.
membentak, memukul, bahkan membunuh orang
tuanya, menjadi pelacur, saling adu
jotos sama teman-temannya, dan lain sebagainya. Hal seperti inilah yang tidak kita inginkan, lebih-lebih bagi orang tua.
Namun, belakangan
ini umat Islam
dilanda berbagai masalah
terutama dalam pendidikan
akhlak terhadap peserta
didik. Permasalahan tersebut disebabkan karena dua faktor, yaitu internal
dan eksternal, yang menuntut adanya solusi
yang terbaik dalam
memecahan permasalahan tersebut.
Melihat dari permasalahan
ini, Al-Attas dan
Ibnu memberikan analisis
bahwa yang menjadi penyebab
para pelajar melakukan
hal-hal yang tidak
sesuai dengan Islam bersumber dari
kurangnya pembinaan pendidikan
akhlak terhadap peserta
didik baik yang bersifat formal
maupun non-formal.
Menurut
Al-Attas, yang termasuk
kategori eksternal, yaitu
pengaruhpengaruh yang datangnya
dari luar Islam
(Barat) baik yang
berupa kebudayaan maupun peradaban itu sendiri. Bahkan tidak
mungkin pemikiran-pemikiran yang datangnya
dari barat dapat mengubah ranah pendidikan Islam yang selama ini kita junjung
dan kita agung-agungkan. Banyak
para pelajar dan
anak-anak telah terpengaruh
oleh budaya-budaya Barat,
sehingga para pelajar
lupa akan ajaran Islam itu sendiri. Salah satu contoh para
pamuda dan pemudi me lakukan hal-hal yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam (pornoaksi, pornografi, kekerasan dalam rumah
tangga, suka membantah
apa yang diprintahkan
oleh orang tua,
dan lain sebagainya).
Kemas Baharuddin, Filsafat
Pendidikan Islam: Analisa
Pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas (Celaban Timur: Pustaka
Pelajar, 2007), hlm. 1.
S. M. Naquib Al-Attas, Aims And Objectives Of
Islamic Education (Jeddah: King Abdul Aziz
University, 1979), hlm. 1.
Menurutnya,
ini merupakan salah
satu cara orang-orang
Barat dalam menghancurkan
ummat Islam. Dengan
cara seperti ini,
orang-orang Barat dapat menyebarkan
ideologinya dan menguasai umat Islam. Mereka (Barat) iri terhadap Umat Islam yang jumlah masyarakatnya sangat
banyak dibandingkan orang-orang Barat.
Sedangkan faktor
internal-nya adalah hilangnya
adab (akhlak), kedisiplinan,
akal pikiran, jiwa,
hilangnya kepercayaan antara
masyarakat satu dengan masyarakat yang lain, sempitnya
komunikasi dan hubungan, berkurangnya keintelektualan, berkurangnya
kapasitas rohani dan
potensial. Lebih lanjut,
AlAttas, mengungkapkan bahwa yang menjadi faktor internal
rusaknya pendidikan adalah: 1.
Kesalahan pahaman dalam memaknai ilmu pengetahuan.
2. Kurang efektifnya pembinaan pendidikan akhlak
terhadap peserta didik .
3. Para pemimpin yang tidak berkualitas untuk
menjadi seorang pemimpinan yang sah,
tidak memiliki akhlak yang tinggi, dan
intelektualnya rendah.
Sementara menurut
Abuddin Nata, bahwa
banyak dari para
orang tua mengeluhkan terhadap ulah perilaku para
pelajar yang sukar dikendalikan, nakal, keras kepala,
sering berbuat keonaran,
sering melakukan kemaksiatan,
tawuran, mabuk-mabukan, bergaya
seperti gayanya orang Barat, banyaknya pemerkosaan, dan perilaku penyimpangan-penyimpangan yang
lain.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi