BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Fenomena yang paling merebak di kalangan para
remaja saat ini adalah menurunya moral
keagamaan, seperti penggunaan narkotika, tawuran pelajar, pornografi,
perkosaan, merusak milik
orang lain, perampasan,
penipuan, pengguguran kandungan,
penganiayaan, pembunuhan dan lainya
sudah menjadi masalah sosial yang
sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas, sehingga akibat yang ditimbulkan cukup serius
dan tidak dapat lagi dianggap sebagai
suatu persoalan yang sederhana.
Banyak orang
beranggapan bahwa kondisi
diatas diduga bermula
dari apa yang dihasilkan oleh
dunia pendidikan. Pada dasarnya pendidikanlah yang paling
besar memberikan kontribusi
terhadap situasi ini. Mereka
yang telah melewati sistem pendidikan selama ini mulai
dari pendidikan dalam keluarga, lingkungn sekitar,
dan pendidikan sekolah
kurang memiliki kemampuan mengelola
konflik dan kekacauan,
sehingga anak- anak
dan remaja selalu menjadi korban konflik dan kekacauan.
Di lingkungan sekolah, terjadinya
penyimpangan- penyimpangan moral remaja
tersebut tidak dapat hanya menjadi tanggung
jawab Guru agama, tetapi juga
merupakan tanggung jawab seluruh Guru yang mengajar di sekolah. Jika hanya dibebankan pada Guru agama, maka
moralitas yang akan tumbuh hanya sebatas
hafalan terhadap doktrin- doktrin agama. Pengetahuan tentang doktrin- doktrin agama tidak menjamin tumbuhnya
moralitas yang dapat diandalkan.
Siswa dikatakan bermoral jika
mereka memiliki kesadaran moral yaitu dapat
menilai hal- hal yang baik dan buruk, hal- hal yang boleh dilakukan dan hal-
hal yang tidak
boleh dilakukan. Serta
hal- hal yang etis
dan tidak etis.
Remaja yang
bermoral dengan sendirinya
akan tampak dalam
penilaian atau penalaran
moralnya serta pada
prilakunya yang baik
dan benar serta
sesuai dengan etika.
Demikian juga pada siswa yang telah terbina
keagamaanya, maka akan terwujud pada
satu perilaku yang baik yang sesuai dengan norma Islam. Jika siswa yang tidak terbina keagamaanya, maka
akan keluar dari batasan- batasan agama.
Karena salah satu tujuan keagamaan siswa adalah supaya siswa dapat mengaplikasikan dan
merealisasikan terhadap perilaku
yang baik dalam kehidupan
sehari-hari.
Keberhasilan dalam
pendidikan siswa, pada
dasarnya tidak akan terlepas
dari usaha dan kreativitas seorang guru, selain itu juga adanya sistem/ metode
yang erat hubunganya
dengan proses belajar
mengajar (PBM) juga diperlukan
motivasi/ dorongan dari guru terhadap siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Menurut
Suharsimi Arikunto, seorang
guru sebagai pihak
yang bertanggung jawab terhadap
pendidikan anak di sekolah dituntut untuk berlaku terampil
dan kreatif, agar
anak bertambah pengetahuan,
yaitu guru dituntut untuk
menyediakan waktu diluar
jam resmi yang
telah ditentukan oleh pemerintah
yang sering disebut
oleh kegiatan ekstra kurikuler. Penyediaan
Asri Budiningsih, pembelajaran
moral, berpijak pada karakteristik siswa dan budayanya, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2004) Hlm. 1-5.
Suryosubroto, proses belajar mengajar di
sekolah. (Jakarta. Rineka Cipta:1997) waktu
ini sungguh sangat berharga bagi perkembanganpribadi anak. Utamanya dalam
menyerap ilmu pengetahuan
guna menunjang prestasi
maupun usaha memahamkan siswa dalam mata pelajaran tertentu.
Kegiatan ekstrakurikuler yang dimaksudkan
dalam penelitian ini adalah ekstra
kurikuler IMTQ (iman dan taqwa), yang mana kegiatan ini dimaksudkan disamping
untuk menambah jam
pelajaran Pendidikan Agama
Islam yang hanya
terdapat dua jam
pelajaran, kegiatan ini
juga dimaksudkan sebagai sarana
perbaikan moral keagamaan
bag siswa. Karena
dirasa siswa kurang mendapatkan
materi keagamaan, maka
akan sangat perlu
dibimbing untuk membentuk
aspek afektif yang
mencakup moral keagamaan
mereka. Karena setelah
penulis observasi, ternyata
lokasi SMP Negeri
13 Malang berada
di dekat kota,
dekat pusat perbelanjaan,
terpenuhinya fasilitas- fasilitas
siswa seperti hand
pone, internet dan
lainya.disamping itu, menjalankan
ibadahpun mereka laksanakan
dengan sesukanya, artinya
seperti sholat, mengaji dan menambah pengetahuan
agamanya sangant kurang,
Hal ini secara
tidak langsung akan
dapat mempengaruhi jiwa
keagamaan mereka. Karena
jika siswa dapat
berbadah dengan baik,
dan bersedia mendalami
lmu agama, sangatlah
mustahil jika siswa
tidak mempunya moral
keagamaan. Seperti dalam firman Allah surat Al-angkabut ayat 45,
yaitu: Artinya: Bacalah
apa yang Telah
diwahyukan kepadamu, yaitu
Al Kitab (Al Suharsimi
arikunto, dasar- dasar evaluasi pendidikan(Yogyakarta, Bumi Aksara, 1993) Quran)
dan Dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan
Sesungguhnya mengingat Allah (shalat)
adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.
Al-angkabut.45) Dari uraian
diatas, dapat dikatakan
bahwa siswa SMP Negeri
13 Malang mengalami problem
perkembangan moral keagamaa dan juga problem pendidikan.
Karena agama sebagi
pengontrol dan penengah
antar pendidikan dan
fenomena moral keagaman.
melalui kegiatan ekstra
kurikuler IMTAQ (iman
dan taqwa) inilah
jiwa siswa dapat
terbina dengan baik
dan setelah pembinaan itu berhasil akan terbentuk perilaku
seperti yang dikatakan Zakiyah Darajat: Agama
memberikan bimbingan hidup
dari yang sekecil-kecilnya sampai
kepada yang sebesar-besarnya mulai
dari hidup pribadi,
keluarga, masyarakat dan
hubungan dengan Allah,
bahkan dengan alam semesta
dan makhluk hidup lain. Jika
bimbingan-bimbingan tersebut dijalankan betul-betul akan
terjaminlah kebahagiaan dan
ketentraman batin dalam
hidup ini tiada saling
sengketa, adu domba, tiada kecurugaan dalam
pergaulan. Hidup aman, damai dan
sayang menyayangi antar satu sama lain.
Dari
uraian Zakiyah Darajat
di atas dapat
kami simpulkan bahwa dengan
keagamaan dan jiwa yang kuat, maka dimanapun, kapanpun kita akan merasakan
ketenangan. Segala kejahatan
nafsu akan terkontrol
dengan baik, sehingga
akan muncul perilaku
moral keagamaan yang
baik. Karena Departemen
agama RI, Al- qur`an dan terjemahanya, aljumanatul ali, (bandung, CV penerbit
J- ART 2005) hlm. 402.
Zakiyah Darajat, Peran Agama Dalam Kesehatan
Mental,( Jakarta, Gunung Agung, 1995), Hlm.59.
bagaimanapun, agama
dapat menjadikan dasar
kepribadian manusia yang luhur.
Selain itu
pendidikan juga ditekankan
untuk mencerdaskan Bangsa serta menjunjung tinggi derajat dan martabat
manusia dan bangsa, yang dalam pandangan
Al-Qur’an dikenal dengan khoirun ummah.
Karena itu pendidikan mempunyai
tantangan yang cukup berat serta harus memiliki nilai tambah agar dapat memberikan kesejahteraan kehidupan dunia
akhirat. Selain itu juga harus dapat memberikan
perilaku yang membangun
yaitu manusia yang
kreatif, produktif dan
dinamis, efektif dan
efisien. Namun pendidikan
juga dapat mengembangkan
sikap kearifan, yaitu
sikap yang mampu
memahami makna kehidupan
bersama, memahami keagamaan
untuk membangun masyarkat, bangsa dan negara. Karena itu dalam prosposal
skripsi ini penulis mengambil judul Peningkatan Moral Keagamaan Siswa Kelas VIII
Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler IMTAQ
(Iman Dan Taqwa) Di SMP Negeri 13 Malang.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi