Selasa, 19 Agustus 2014

Skripsi Syariah:PENYELENGGARAAN MANASIK HAJI DI KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN BOYOLALI PADA TAHUN 2010-2011 STUDI ANALISIS SWOT SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah Indonesia  merupakan  Negara  dengan  mayoritas  penduduknya  beragama  islam.  Di  dalam  menjalankan  kehidupan  semestinya  selalu  berusaha  sekuat  tenaga  untuk  menjalankan  syariat  agama  islam  dengan  baik, sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam agama Islam.
Agama  islam  mengajarkan  bahwa  agama  ini  didasarkan  kepada  lima dasar utama, atau yang dikenal dengan rukun Islam, rukun Islam ada  lima,  yaitu  syahadat,  sholat,  zakat,  puasa  dan  haji.  Jadi  haji  merupakan  rukun Islam yang kelima, melaksanakan ibadah haji merupakan kewajiban  bagi  setiap  orang  Islam  yang  memiliki  kemampuan.  Tidak  semua  umat  Islam  wajib  melaksanakan  ibadah  haji,  karena  ibadah  haji  memang  merupakan  kewajiban  yang  menuntut  kesehatan  jasmani  yang  baik  dan  memerlukan kemampuan finansial yang memadai (Aziz, 2003: 26).

Allah SWT berfirmanArtinya:  “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat  beribadah)  manusia,  ialah  Baitullah  yang  di  bakkah  (Makkah)  yang  diberkahi  dan  menjadi  petunjuk  bagi  semua  manusia.  Padanya  terdapat  tanda-tanda  yang  nyata,  (diantaranya)  maqam  ibrahim.  Barang  siapa  memasukinya  (Baitullah  itu)  menjadi  amanlah  dia.  Mengerjakan  haji  adalah  kewajiban  manusia  terhadap  Allah,  yaitu  (bagi)  orang  yang  sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari  (kewajiban  haji),  maka  sesungguhnya  Allah  Maha  Kaya  (tidak  memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (Ali imran [3] : 96-97) Proses perjalanan haji, apalagi dari negeri Indonesia, yang jauh dari tempat  pelaksanaan  jamaah  haji  tersebut,  yaitu  kota  suci  Makkah,  memang  menuntut pengorbanan  yang cukup  besar. Namun demikian, hal  ini tidak  menyurutkan  semangat  orang  Islam  untuk  berusaha  sedapat  mungkin  melengkapi pelaksanaan rukun Islam, paling tidak sekali seumur hidupnya.
Ibadah  haji  merupakan  salah  satu  bentuk  ibadah  yang  memiliki  makna  multi  aspek,  ritual,  individual,  politik,  psikologis,  dan  sosial.
Makna  aspek  ritualnya.  Karena  termasuk  salah  satu  dari  rukun  Islam  kelima  yang  wajib  dilaksanakan  setiap  orang  islam  yang  mampu,  pelaksanaannya  diatur  dengan  jelas  dalam  al-Qur’an.  Haji  juga  bisa  disebut sebagai ibadah individual, karena keberhasilanya sangat ditentukan  oleh  kualitas  individu  tiap  umat  Islam  dalam  memahami  tata  cara  serta  ketentuan dalam melaksanakan ibadah haji.
Ibadah  haji  juga  bisa  termasuk  dalam  bentuk  ibadah  yang  bersangkutan  dengan  politik,  karena  mulai  dari  persiapan  hingga  pelaksanaanya masih memerlukan partisipasi dari pihak lain (pemerint ah).
Sedangkan dari  aspek psikologis  ibadah  haji adalah setiap  individu harus  mempunyai  kesiapan  mental  untuk  menghadapi  suhu,  cuaca,  budaya  daerah yang jauh berbeda dengan Indonesia. Ibadah haji juga mempunyai  makna  sosial,  yaitu  bagaimana  para  jamaah  haji  memiliki  pengetahuan  serta  pemahaman  untuk  mengaplikasikan  pesan-pesan  ajaran  Islam  yang  ada dalam pelaksanaan ibadah haji ke dalam kehidupan bermasyarakat.
Indonesia  dengan  mayoritas  penduduknya  beragama  Islam,  otomatis  banyak  pula  penduduk  yang  ingin  menunaikan  ibadah  haji.
Akibatnya  orang  yang  akan  menunaikan  ibadah  haji  harus  mendaftarkan  terlebih  dahulu.  Untuk  bisa  berangkat  mereka  harus  menunggu  kurang  lebih 4 tahun  bahkan  lebih tergantung provinsinya. Apalagi sekarang ada  dana  talangan  yang  biberikan  oleh  bank-bank  tertentu  sehingga  menjadikan lebih banyak orang yang mendaftarkan haji.
Dari  banyaknya  jamaah  haji  sekarang  ini,  menjadikan  penyelenggaraan  ibadah  haji  selama  ini  kurang  efektif  dan  efisien,  akibatnya  mempengaruhi kualitas pemberian  pelayanan dan perlindungan  kepada  jamaah  haji.  Selanjutnya  terjadi  penyimpangan  arah,  pengeksploitasian  sikap  ikhlas  dan  sabar  jamaah  haji.  Dalam  sejarah  penyelenggaraan  ibadah  haji  di  Indonesia  hingga  saat  ini  senantiasa  diwarnai  persoalan  yang  tak  kunjung  selesai.  Penyelenggaraan  haji  di  Indonesia  selalu  dihadapkan  pada  masalah  klasik,  yaitu  meningkatnya  jumlah  jamaah  dari  tahun  ke  tahun  namun  kurang  diimbangi  dengan  peningkatan  kualitas  pelayanan.  Persoalan-persoalan  yang  ada  sering  terulang, mulai masalah katering, pemondokan, pendaftaran, penerbangan,  organisasi,  aparatur,  pembinaan  dan  keamanan  di  terowongan  mina  maupun jamarat sehingga jamaah haji merasa sangat dirugikan.
Permasalahan  yang  paling  mendasar  dalam  rangkaian  penyelenggaraan  haji  saat  ini  adalah  pembinaan  kepada  jamaah  sebelum  dan  setelah  menunaikan  ibadah  haji.  Secara  kasatmata  bisa  dipastikan  pembinaan kepada jamaah sebelum menunaikan ibadah haji hanya materi  rukun, wajib, dan  sunat berhaji. Pelajaran substansi,  filosofis, dan  makna  haji kerap terlewatkan. Untuk pembinaan pasca haji, sampai saat ini belum  ada pola yang baku. Setiap pihak melaksanakan sesuai keinginan. Karena  sampai saat ini tidak ada petunjuk pelaksanaan dari Kementerian Agama.
Melihat  animo  masyarakat  untuk  menunaikan  ibadah  haji  dari  tahun ke tahun cenderung  meningkat. Latar belakang  jamaah  haji selama  ini sebagian besar (lebih dari 60 %), berasal dari daerah pedesaan dengan  tingkat  pendidikan  rendah,  sedangkan  dari  kalangan  masyarakat  kota,  seperti;  tokoh-tokoh  penting,  pegawai  negeri  maupun  swasta,  militer,  pengusaha  dan  intelektual,  mulai  meningkat  dalam  menunaikan  ibadah  haji.  Masyarakat dengan pendidikan rendah kebanyakan  belum  mengenal  tatacara  berhaji  yang  benar,  sedangkan  kalangan  kota  dan  pegawai  juga  dibilang  kurang  berpengalaman  dalam  masalah-masalah  berhaji.
Disebabkan  kalau  belum  pernah  berangkat  haji  juga  tidak  tahu  kondisikondisi  waktu  haji.  Dengan  demikian  perlu  adanya  bimbingan  manasik  untuk  para  calon  jamaan  haji  untuk  bekal  melaksanakan  haji  di  Arab  Saudi.

Bagi masyarakat islam di Indonesia ibadah haji merupakan ibadah  yang  membutuhkan  kesiapan  yang  menyeluruh  termasuk  didalamnya  kesiapan  penguasaan  manasik  haji,  kesehatan  fisik  dan  ketakwaan  yang  prima. Hal ini sangat dimengerti mengingat letak  geografis Indonesia dan  Arab Saudi relatif jauh dari posisi strategis.

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi