BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah
makhluq yang harus
dididik dan dapat
dididik. Tanpa pendidikan anak manusia tak mungkin jadi
manusia.
Pendidikan merupakan
bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia.
Pendidikan sebagai salah
satu kebutuhan, fungsi
sosial, pencerahan bimbingan,
sarana pertumbuhan yang
mempersiapkan dan membukakan
serta membentuk disiplin
hidup.
Hal
ini membawa pengertian bahwa
bagaimanapun sederhananya komunitas
manusia, ia akan
memerlukan adanya pendidikan.
Dalam pengertian umum,
kehidupan dari komunitas
tersebut akan ditentukan
oleh aktivitas pendidikan
di dalamnya. Sebab
pendidikan secara alami sudah merupakan kebutuhan kehidupan
manusia.
Proses pendidikan
hanya dapat berjalan
dengan baik, bila
lingkungan yang diciptakan
oleh pendidik mempunyai
sifat-sifat yang utuh,
sehat dan seimbang.
Yang sangat
penting adalah lingkungan
keluarga. Karena anak
pertama kali mendunia itu di lingkungan keluarganya. Mereka
berdua yang bertanggung jawab penuh
terhadap kemajuan perkembangan anak kandungnya, karena sukses tidaknya seorang
anak sangat tergantung
kepada pengasuhan, kasih
sayang dan pendidikannya. Kesuksesan anak merupakan
cermin dari kesuksesan orang tuanya.
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam upaya
pembentukan pemikiran dan kepribadian muslim,
(Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm.
1 Tanggung
jawab orang tua
terhadap anaknya tidaklah
harus dipikul secara sendiri-sendiri sebab
orang tua, sebagai
manusia mempunyai keterbatasan.
Kenyataan hidup telah membuka
peluang kepada orang-orang lain (pendidik selain orang
tua) untuk turut
serta memikul tanggung
jawab pendidikan. Peluang
ini mungkin hanya diisi oleh
setiap orang dewasa yang mempunyai harapan, cita-cita pandangan
hidup dan hidup
keagamaan yang sesuai
dengan apa yang
dihajatkan oleh para orang tua
untuk anak-anaknya.
Profesi yang dimiliki guru sebagai pendidik di
sekolah tidak dapat di pandang ringan. Karena
guru adalah pendidik
professional, karenannya secara
implisit ia telah
merelakan dirinya telah
menerima dan memikul
sebagian tanggung jawab pendidikan yang
terpikul di pundak
orang tua. Mereka
ini, tatkala menyerahkan anaknya
ke sekolah, sekaligus
berarti pelimpahan sebagian
tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru.
Guru harus
selalu memikirkan moral,
tingkah laku dan
sikap yang harus ditumbuhkan dan
dibina pada anak
didik. Ia tidak
cukup sekedar menuangkan pengetahuan
ke otak anak-anak
atau hanya memikirkan
peningkatan ilmiah dan kecakapan
anak-anak saja.
Apabila para guru hanya menjalankan tugas
mengajar, tanpa mendekati jiwa, kesukaran
dan problema anak-anak sehingga hubungan dengan murid-murid tidak begitu dekat, maka bagi anak-anak yang tidak
mandapatkan bimbingan yang baik di rumah,
juga tidak akan mendapatkan di sekolah, bahkan anak akan menghadapi problema
yang berhubungan dengan sekolah, pengajaran, teman-teman, peraturan Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan islam,
(Jakarta:Bumi Aksara,1996), hlm.
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental (Jakarta: CV
Haji Masagung, 1989), hlm.126 dan lain
sebagainya, yang akan
menambah sukar untuk
beradaptasi dan menyesuaikan
dirinya. Maka akan
timbul kelakuan yang
kurang baik terhadap anak-anak itu sendiri.
Jika para
guru tidak mampu
memberikan contoh yang
baik terhadap muridmuridnya, maka
ucapan serta nasehat-nasehat guru
akan dianggap remeh
oleh anak-anak terutama anak
remaja.
Kita tahu
bahwa masa remaja
merupakan masa transisi
atau peralihan dari masa anak
menuju masa dewasa.
Pada masa ini
individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. Masa
remaja biasa kita kenal dengan pubertas atau
pencarian jati diri.
Sejalan dengan perkembangan
jasmani dan rohaninya maka agama pada masa remaja
turut dipengaruhi perkembangannya itu.
Maksudnya penghayatan para remaja terhadap
ajaran agama dan
tindak keagamaan yang
tampak pada masa remaja
banyak berkaitan dengan faktor perkembangannnya.
Perkembangan
diri seseorang dari
lahir sampai akhir
hayatnya adalah merupakan hidup
seseorang yang perlu
diselesaikan dalam waktu
yang lama.
Dalam situasi
tersebut setiap orang
memerlukan layanan pendidikan
yang dipengaruhi oleh
banyak faktor baik
yang berasal dari
dalam diri seseorang
itu maupun yang
berasal dari luar
dirinya. Masalah pengendalian
faktor yang mempengaruhi
proses serta hasil
pendidikan adalah pekerjaan
yang tidak selalu mudah
diselesaikan oleh pihak-pihak
yang bertanggung jawab.
Maka dari itu, Jalaluddin,
Psikologi Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 74 praktik
pendidikan memerlukan hadirnya
seseorang pendidik yang
handal serta kreatif .
Bagi
seorang guru dalam
segala kegiatan di
bidang pendidikan betul-betul dibutuhkan
guna menemukan nilai-nilai
ajaran agama. Apalagi
guru merupakan seorang
pendidik yang bertanggung
jawab untuk mewariskan
nilai-nilai dan norma-norma
kepada generasi-generasi berikutnya.
Khususnya bagi guru
yang mengajar bidang studi agama,
bahwa tugas-tugas yang diemban tidak saja terbatas hanya menyampaikan materi ajar bagi peserta
didik hingga mereka mengenal dan paham terhadap
isi pelajaran yang
diterangkan, lebih dari
itu diharapkan agar aktivitas belajar
mengajar yang berlangsung
dan melahirkan penghayatan
serta motivasi untuk
mengaktualisasikan dalam kehidupan
sebenarnya. Dalam istilah pendidikan,
guru agama tidak
sekedar bisa mengajar
di muka kelas,
melainkan sekaligus diharapkan
untuk menjadikan para
siswanya tahu dan
mengerti tentang ajaran
agama, tetapi juga
mau melaksanakan ajaran
agama.
Tidak
hanya bagi guru agama saja yang terlibat dalam penanaman
nilai-nilai bagi siswa, tetapi bagi semua guru.
Karena pertalian dan
kerja sama yang
erat antara guru-guru
lebih berharga guna meningkatkan
mutu pendidikan.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi