BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Masalah pendidikan menurut Malik Fajar, adalah
masalah yang tidak pernah tuntas
untuk dibicarakan, karena
itu menyangkut persoalan manusia dalam rangka memberi makna dan arah
normal kepada eksistensi fitrinya.
Persoalan-persoalan yang
dihadapi dunia pendidikan
tersebut digambarkan oleh John
Vaisey sebagaimana dikutip oleh Muis Sad Iman, dengan
menyatakan bahwa setiap
orang yang pernah
menghadiri konferensi Internasional
di tahun-tahun terakhir
ini pasti merasa
terkejut akan banyaknya
persoalan pendidikan yang
memenuhi agenda. Makin lama makin
jelas bahwa organisasi-organisasi internasional
itu mencerminkan apa yang terjadi di
semua negara di
dunia. Hampir tidak ada
satupun negara dewasa ini dimana pendidikan tidak merupakan topik utama yang diperdebatkan.
Kondisi pendidikan Islam di Indonesia,
sebenarnya menghadapi nasib yang sama,
dan secara khusus
pendidikan Islam menghadapi
berbagai persoalan dan
kesenjangan dalam berbagai
aspek yang lebih
kompleks, yaitu: berupa
persoalan dikotomi pendidikan,
kurikulum, tujuan, sumber YunusHasyim Syam, Mendidik Anak ala Muhammad.(Yogyakarta:
Penerbit Sketsa, 2005), hal. x Muis Sad Iman,
Pendidikan
Partisipatif.(Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2004), hal. 2 daya,
serta manajemen pendidikan
Islam. Upaya perbaikannya
belum dilakukan secara
mendasar, sehingga terkesan
seadanya saja. Usaha pembaharuan
dan peningkatan pendidikan Islam sering bersifat sepotongsepotong atau
tidak komprehensif dan
menyeluruh serta sebagian
besar sistem dan lembaga
pendidikan Islam belum dikelola secara professional.
Figur
guru mesti dilibatkan
dalam agenda pembicaraan
terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di
sekolah, Hal itu tidak dapat disangkal
karena lembaga pendidikan formal adalah dunia kehidupan guru yang sebagian besar waktu nya guru ada di
sekolah, sisanya ada di rumah dan
masyarakat.
Tugas guru
tidak terbatas pada
memberikan informasi kepada
murid namun tugas
guru lebih komprehensif,
Selain mengajar dan
membekali murid dengan
pengetahuan, guru juga
harus menyiapkan mereka
agar mandiri, memberdayakan bakat
murid di berbagai bidang, mendisiplinkan moral
mereka, membimbing hasrat,
dan menanamkan kebajikan
dalam jiwa mereka.
Guru harus menunjukkan
semangat persaudaraan kepada murid serta membimbing mereka pada jalan
kebenaran agar mereka tidak melakukan
perbuatan yang menyimpang dari ajaran agama.
Undang – undang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan, pendidikan
adalah usaha sadar
dan terencana untuk Hujair
AH. Sanaky, Paradigma
Pendidikan Islam, (Yogyakarta:
Safiria Insania Press),
hal.9 atau dalam bukunya
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi
dan Modernisasi Menuju Milennium Baru,(Jakarta:
Logo Wacana Ilmu, 1999), hal 59.
mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia,
serta keterampilan yang
diperlukan dirinya,masyarakat bangsa dan negara.
Pembelajaran yang unggul
memerlukan guru yang profesional sebagai produk dari profesionalisasi secara
berkelanjutan melalui pendidikan dan pelatihan secara
khusus sehingga melahirkan
para guru yang
memiliki sikap a)
profesionalitas, yaitu sikap mental merasa bangga dan komitmen terhadap
pekerjaannya. b) profesionalisme, yaitu
sikap mental untuk komitmen terhadap
kinerja bermutu sesuai
dengan standart yang diharapkan
baik dari sisi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Seperti
yang di jelaskan
oleh Zakiyah Daradjat
bahwa: Pendidikan agama
dalam sekolah sangat
penting untuk pembinaan
dan penyempurnaan pertumbuhan
kepribadian anak didik,
karena pendidikan agama
mempunyai dua aspek
terpenting yaitu Aspek
pertama dari pendidikan
agama adalah ditujukan
kepada jiwa atau
pembentukan kepribadian dengan
cara anak didik
diberikan kesadaran kepada
adanya Nanang Hanafiah, Konsep
Strategi Pembelajaran, (Bandung: Refika aditama, 2009), hal 103 Zakiyah
Daradjat , Metodik
Khusus Pengajaran Agama
Islam., (Jakarta :
Bumi Aksara, 2004),hal Tuhan,
lalu dibiasakan melakukan
perintah-perintah Tuhan, dan meninggalkan laranganNya
Dalam hal ini
anak didik dibimbing
agar terbiasa berbuat yang baik
yang sesuai dengan ajaran agama. Aspek kedua dari pendidikan agama adalah ditujukan kepada
pikiran yaitu pengajaran agama itu
sendiri. Kepercayaan kepada Tuhan tidak akan sempurna bila isi dari
ajaran-ajaran Tuhan tidak
diketahui betul-betul. Anak
didik harus ditunjukkan apa
yang disuruh, apa
yang dilarang, apa
yang dibolehkan, apa
yang dianjurkan melakukannya, dan
apa yang dianjurkan meninggalkannya menurut ajaran agama.
Dari kutipan dan uraian diatas menunjukkan bahwa
pendidikan agama mutlak diperlukan
di sekolah apalagi
di sekolah umum.
Oleh sebab itu guru yang
mengajar pelajaran agama
sangat bertanggung jawab
dalam pembinaan sikap
mental dan kepribadian
anak didiknya. Guru
agama harus mampu menanamkan
nilai-nilai agama kepada setiap siswadengan berbagai cara, Sebagaimana guru mata pelajaran
pendidikan agama Islam di SMPN
SATU ATAP Wonokitri
Tengger Pasuruan terdiri
dari guru yang beragama
Islam akan tetapi
mereka mengajarkan mata
pelajaran umum yakni
guru yang mengajar
biologi, fisika, PPKN
sekaligus mengajar pendidikan
agama Islam hal ini karena tidak adanya guru yang khusus
memegang pelajaran pendidikan
agama Islam, maka
guru yang memegang
pelajaran umum merasa
tergugah dan mempunyai
kewajiban untuk mengajarkan mata
pelajaran pendidikan agama Islam. SMPN SATU ATAP merupakan sekolah yang baru berdiri yakni
sekitar lima tahun yang lalu oleh karena
itu jumlah guru masih terbatas. Meskipun merekabukan terdiri dari guru yang bukan faknya memegang
pendidikan agama Islam akan tetapi guru
yang beragama Islam memegang tanggung jawab dalam berperan,
membimbing, dan mendidik
siswa muslim minoritas
agar pendidikan agama Islam dapat
dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari- hari,
Siswa muslim minoritas
hanya memiliki pemahaman
dasar dalam pendidikan
agam Islam hal
ini karena penanaman
nilai agama hanya dilakukan di
sekolah , maka bagi siswa muslim minoritas diberikan waktu
khusus untuk belajar
pendidikan agama Islam
di luar jam pelajaran. Adapun
guru yang mengajar
di SMPN SATU
ATAP kebanyakkan berasal
dari luar kota
yakni tiap pagi
mereka harus menempuh jarak sekitar 20-30 km dari rumah
asal mereka, jarang dari mereka
yang menetap di
lingkungan sekolah meski
sudah disediakan rumah
dinas bagi guru
SMPN SATU ATAP
oleh pemerintah hal
ini dikarenakan udara
di desa Wonokitri
Tengger sangat dingin
tidak lain karena desa wonokitri terletak di lereng
Gunung Bromo, oleh karena itu para Guru terpaksa
harus pulang ke rumah masing – masing meski dirasa jarak
sangat jauh. SMPN
SATU ATAP merupakan
sekolah yang bisa dikatakan unik,
terutama dalam hal
pembelajaran Pendidikan agama Islam. Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi