Rabu, 27 Agustus 2014

Skripsi Syariah:PERAN KOPERASI DALAM MENGATUR CASH FLOW PARA SANTRI (Studi Kasus di Koperasi Pondok Pesantren At-Taslim Desa Bintoro Kecamatan Demak Kabupaten Demak Tahun 2011/ 2012)


 BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah Pondok  Pesantren  (Ponpes)  adalah  salah  satu  lembaga  pendidikan  Islam  tertua  di  Indonesia,  keberadaan  dan  perannya  dalam  mencerdaskan  kehidupan  bangsa  telah  diakui  oleh  masyarakat.  Dalam  perkembangannya  Pondok  Pesantren  berfungsi  sebagai  pusat  bimbingan  dan  pengajaran  ilmuilmu agama Islam (tafaqquh  fi al  din) yang telah banyak melahirkan ulama,  tokoh  masyarakat  dan  mubaligh.  Seiring  dengan  laju  pembangunan  dan  tuntutan zaman serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Ponpes  telah  melakukan  berbagai  inovasi  untuk  meningkatkan  peran  dan  sekaligus  memberdayakan  potensinya  bagi  kemaslahatan  lingkungannya.  Salah  satu  bentuk  adaptasi  nyata  yang  telah  dilaksanakan  adalah  pendirian  koperasi  di  lingkungan  Ponpes  dan  dikenal  dengan  sebutan  koperasi  pondok  pesantren  (Kopontren).
Keberadaan  gerakan  koperasi  di  kalangan  pesantren  sebenarnya  bukanlah  cerita  baru,  sebab  pendiri  koperasi  pertama  di  bumi  Nusantara  adalah Patih Wiriatmadja, seorang muslim yang sadar dan menggunakan dana  masjid  untuk  menggerakan  usaha  simpan  pinjam  dalam  menolong  jama’ah  yang  membutuhkan  dana.  Tumbuhnya  gerakan  koperasi  di  kalangan  santri  merupakan  salah  satu  bentuk  perwujudan  dari  konsep  taawun  (saling   menolong),  ukhuwah  (persaudaraan),  tholabul  ilmi  (menuntut  ilmu)  dan  berbagai aspek ajaran Islam lainnya.

 Koperasi adalah suatu bentuk kerjasama dalam lapangan perekonomian.
Kerjasama  ini  diadakan  oleh  orang-orang  yang  memiliki  kesamaan  jenis  kebutuhan  hidup  mereka.  Orang-orang  ini  bersama-sama  mengusahakan  kebutuhan  sehari-sehari,  yang  mereka  butuhkan.  Untuk  mencapai tujuan  itu  diperlukan  adanya  kerjasama  yang  akan  berlangsung  terus,  oleh  sebab  itu  dibentuklah suatu perkumpulan sebagai bentuk kerjasama itu.
 Bentuk kerjasama tersebut untuk mewujudkan pembangunan Nasional  yang  dilakukan  oleh  bangsa  Indonesia  itu  sendiri.  Pembangunan  tersebut  merupakan  bentuk  pembangunan  manusia  seutuhnya  yang  dilakukan  bersama-sama  bertujuan  untuk  mewujudkan  Undang-Undang  Dasar  1945.
Pemerintah  secara  tegas  menetapkan  bahwa  dalam  rangka  pembangunan  nasional dewasa ini, koperasi harus menjadi tulang punggung dan wadah bagi  perekonomian rakyat.
Kebijaksanaan Pemerintah tersebut sesuai dengan isi UUD 1945 pasal  33  ayat  1  yang  menyatakan  bahwa  perekonomian  disusun  sebagai  usaha  bersama  berdasarkan  asas  kekeluargaan.  Di  dalam  penjelasan  UUD  1945  tersebut diungkapkan bahwa membangun usaha yang sesuai adalah koperasi.
 Oleh  karena  itu,  peran  koperasi  menjadi  penting  berkaitan  dengan  pelaksanaan  tujuan  di  atas.  Koperasi  harus  tampil  sebagai  organisasi  yang   Azra  Azyumardi,  Pesantren,  Kontinuitas  dan  Perubahan,  dalam  Bilik-bilik  Pesantren  :  Sebuah Potret Perjalanan, Jakarta: paramadina, 1997, h. 1.
 Pandji Anoraga dan Ninik Widiyanti, Dinamika Koperasi, Jakarta: PT. Rineka cipta, 2007,  h. 1.
 Ibid, h. 9.
 dapat mengumpulkan dan membentuk kekuatan ekonomi bersama-sama agar  dapat  meningkatkan  kesejahteraan  anggota  pada  khususnya  dan  masyarakat  sekitar pada umumnya.
Ninik  Widiyanti  berpendapat  bahwa  koperasi  bersifat  terbuka  untuk  umum.  Setiap  orang  tanpa  memandang  golongan,  aliran,  kepercayaan  atau  agama orang itu, dapat diterima sebagai anggota kope rasi. Koperasi memang  merupakan salah satu  wadah persatuan orang-orang  yang miskin dan  lemah  ekonominya, untuk bekerjasama memperbaiki nasib dan meningkatkan taraf  hidup mereka.
 Pernyataan  ini  sesuai  dengan  asas  usaha  koperasi  pondok  pesantren  yang  notabennya  koperasi  yang  berlandaskan  syari’ah  Islam  yakni;  berdasarkan  konsep  gotong  royong,  dan  tidak  dimonopoli  oleh  salah  satu  orang  pemilik  modal.  Begitu  pula  dalam  hal  keuntungan  yang  diperoleh  maupun  kerugian  yang  diderita  harus  dibagi  secara  sama  rata  dan  proporsional.
Pada  permulaanya  kita  mengenal  3  (tiga)  jenis  bentuk  koperasi  yang  didasarkan pada bidang-bidang usahanya, yaitu koperasi konsumsi, koperasi  produksi, dan koperasi kredit. Selanjutnya terjadi perkembangan usaha yang  juga  memerlukan  perkembangan  struktur  organisasi,  sehingga  penjenisan  koperasi  seperti  di  atas  terasa  kurang  tepat  dan  perlu  dikembangkan  pula.
Perkembangan  usaha  koperasi  berlangsung  serba  cepat  dan  luas  mengikuti  kemajuan ekonomi dan tingkat kepentingan/ kebutuhan para anggotanya, ini   Ninik Widiyanti, Koperasi dan Perekonomian Indonesia, Jakarta: Bina Aksara, 1989, h. 4.
 berarti  bahwa  usaha-usaha  dan  pelayanan-pelayanannya  telah  meningkat, walaupun  demikian  gerak  organisasinya  tetap  bertahan  dengan  kuat  pada  sendi-sendi yang khas, yaitu:  Mengutamakan kesejahteraan para anggotanya  dengan gerakan cepat dan tepat.
 Sehubungan dengan perkembangan-perkembangan seperti diatas maka  untuk  mengusahakan  pengelompokan  yang  lebih  jelas  tentang  fungsi-fungsi  koperasi  menurut  jenis  dan  berbagai  bidang  usahanya,  orang-orang  banyak  tertarik  untuk  membagi  koperasi  sebagai  berikut:  Pertama  berdasarkan  fungsi  usahanya  (koperasi  konsumsi,  koperasi  produksi,  koperasi  kredit,  koperasi jasa, dan lain-lain),  Kedua berdasarkan kelompok orang-orang yang  secara homogen mempunyai kelompok yang sama (koperasi pegawai negeri,  koperasi  ABRI,  PEPABRI,  koperasi  nelayan,  koperasi  petani,  koperasi  pelajar/  mahasiswa,  koperasi  pesantren,  dan  lain-lain,  Ketiga  berdasarkan  jenis  barang  yang  diolah  atau  dijadikan  objek  kegiatan  (koperasi  kopra,  koperasi  batik,  koperasi  garam  rakyat,  koperasi  tembakau,  koperasi  perikanan/ peternakan, dan lain-lain).
Selanjutnya untuk mendukung terwujudnya iklim yang sehat (kondusif)  dalam  pengembangan  perkoperasian,  pemerintah  juga  telah  mengeluarkan  Undang-Undang No. 5 tahun 1999 tentang pelarangan monopoli dan praktek  persaingan  yang  tidak  sehat.  Disamping  itu  juga  didukung  dengan  berbagai  peraturan,  antara  lain  Peraturan  Pemerintah   No.  9  tahun  1995  tentang  pelaksanaan  kegiatan  usaha  simpan  pinjam  oleh  koperasi,  Peraturan   G. Kartasapoetra, Praktek Pengelolaan Koperasi, Jakarta: PT. Rineka cipta, 2005, h.  1.
 Ibid, h. 3.
 Pemerintah  No.  33  tahun  1998  tentang  modal  penyertaan  pada  koperasi.
Dengan  adanya  peraturan-peraturan  tersebut  diharapkan  koperasi  dapat  berkembang seperti badan usaha yang lain.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi