Selasa, 26 Agustus 2014

Skripsi Syariah:PERHITUNGAN BAGI HASIL PADA SIMPANAN SISUKA DI BMT WALISONGO PAPANDAYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Negara-negara  muslim  mulai  mengenal  sistem  perbankan  modern  pada  akhir  abad  ke-19.  Bank-bank  yang  terkemuka  yang  berpusat  di  negara-negara  kolonial-kolonialnya.Terutama  untuk  melayani  keperluan  impor  ekspor  perusahaan-perusahaan asing pada umumnya bank-bank itu didirikan di  kota-kota  besar  pada  sebagian  besar  penduduk  sama  sekali  tidak  mengenal  sistem  perbankan.Para  pedagang  pribumi  menghindarai  bank-bank  asing  itu  karena  alasan  nasionalisme  dan  juga  agama  namun  seiring  berjalannya  waktu    aktifitas  perdagangan  semakain  tidak  bisa  melepaskan  diri  dari  layanan  bank  komersial.
Pada ahirnya banyak dari mereka  yang mempergunakan jasa bank  Meski hanya  menggunakan layanan-layanan transaksi seperti rekening lancar dan trasfer uang  pada  umumnya  mereka  enggan  menabung  atau  meminjam  dari  bank  karena  menghindari transaksi berbunga.
 Berdasarkan  Undang-undan  No.  7  tahun  1992  sebagai  mana  telah  diubah  dengan undang-undang No.  10 tahun 1998, Dalam undang-undang tersebut diatur  dengan rinci landasan hukum serta jenis-janis usaha yang dapat dioprasikan     oleh  bank  syariah.Undang-undang  tersebut  tersebut  juga  memberikan  arahan  bagi   Marvyn K. Lewis & Latifa M. Alguat, Perbankan Syariah Prinsip, Karakter, dan Prospek,  Jakarta: PT. Ikrar mandiri abadi, 2007, hlm. 161AAAA   bank-bank  konvensional  untuk  membuka  cabang  syariah  bahkan  mengkonversi  diri secara total menjadi bank syariah.

 Secara  garis  besar  bank  syariah  dibagi  menjadi  dua  yaitu  Bank  Islam  komersial  (islamic  komercial  bank)  dan  lembaga  investasi.  Pada  tahun  1970-an  negara  islam  telah  banyak  yang  mendirikan  lembaga  keuangan  syariah,  seperti  Mesir ,  Sudan,  Dubai,  Pakistan,  Iran,  Turki,  Bangladesh,  Malaiysa dan termasuk  Indonesia pada dekade 1990-an.
Sedangkan  di  indonesia,  pembicaraan  bank  syariah  sudah  dimulai  sejak  tahun 1980-an. Namun prakarsanya lebih khusus dimulai sejak 1990. Dimulai dari  adanya lokakarya  bunga bank dan perbankan yang diselenggarakan pada tanggal  18-20  Agustus  1990  oleh  Majelis  Ulama  Indonesia  (MUI),  Hasil  lokakarya  tersebut  dilanjutkan  dan  dibahas  lebih  lanjut  dalam  musyawaroh  nasional  IV  (MUNAS IV) MUI tanggal 22-25 agustus 1990 di hotel sahid jaya jakarta.  Hasil  munas membentuk tim perbankan MUI yang bertugas mensosialisasikan rencana  pendirian bank syariah di Indonesia.
Hasil kerja tim ini membuahkan hasil yang cukup menggembirakan,Yakni  yang  berhasil  mendirikaan  Bank  Muamalah  Indonesia  (BMI)  pada  tnggal  1  November  1991  dan  mulai  beoprasi  pada  september  1992.  Meskipun  pada  pendiriannya  BMI  belum  mrndapatkan  perhatian  yang  cukup,  Baik  dari  pemerintahan  maupun  industri  pebankan,  Namun  keberadanannya  telah  menorehkan sejarah yang sangat baik dalam perbankan nasional. Keberhasilannya   M. Syafi’i antonio, Bank syariah dari teori ke praktek,Jakarta : Gema insani, 2001. Hlm 27.
 untuk terus tumbuh dan berkembang serta selamat dari badai krisis ekonomi  yang  terjadi  pada  tahun  1997,  Telah  mengilhami  pemerintah  untuk  memberikan  perhatian  yang cukup dan mengaturnya secara lebih luas dalam  undang-undang,  Serta memacu segera berdirinya bank-bank syariah yang lain baik dalam bentuk  Bank  Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS) maupun bank umum.
Sesungguhnya  terdapat  jenis  lembaga  keuangan  lain  di  luar  perbankan.
Lembaga  ini  sama-sama  memiliki  misi  keumatan.  Sistem  operasionalnya  menggunakan  syariah  islam,hanya  produk  dan  menejemannya  sedikit  berbeda  dengan industri perbankan. Lembaga tersebut meliputi  ; Asuransi Syariah,  Reksa  dana  Syariah  serta  Baitbutul  Mall  Wa  Tamwil.
Untuk  memberikan  pelayanan  lebih  luas  kepada  masyarakat  bawah,  di  bentuk  Bank  Pengkreditan  Rakyat Syariah (BPRS).  Nama pengkreditan sesungguhnya  tidak  tepat,karena  bank  islam  tidak  melayani  pengkreditan  tetapi  pembiayaan,  sehingga  penggunan  nama  harus  dipertimbangkan.  Istilah  pengkreditan  menjadikan  nama  pembiayaan  menjadi  kabur.Harapan  kepada  BPRS,  Menjadi  sangat besar, mengingant cakupan bisnis bank ini lebih kecil. Namun sungguhpun  demikian,  dalam  realitasnya  sungguh  demikian  BPRS  jug  terjebak  pada  pemusatan kekayaan hanya pada segelintir orang,yakni para pemilik modal.
Dari  persoalan  ini  mendorong  munculnya  lembaga  keuangan  syariah  alternatif. Yakni sebuah lembaga yang tidak hanya berorientasi pada bisnis tetapi  juga  sosial.  Lembaga  tersebut  adalah  Baitul  Maal  Wa  Tamwil  (BMT).  BMT  sebagai lembaga keuangan yang ditumbuhkan dari  peran masyarakat secara luas,  Tidak ada batasan ekonomi, Sosial bahkan agama, Semua komponen masyarakat   dapat berperan aktif dalam membangun sebuah sistem keuangan yang lebih adil  dan  yang  lebih  penting  mampu  menjangkau  lapisan  pengusaha  yang  terkecil  sekalipun.
 Baitul Maal Wa tamwil (BMT) terdiri dari 2 istilah, yaitu Baitul Maal dan  Baitul Tamwil.  Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan  penyaluran  dana  yang  non  profit.  Sedangkan  Baitul  Tamwil  sebagai  usaha  pengumpulan  dan  penyaluran  dana  komersial.  Maka  dari  istilah  BMT  dapat  diartikan  sekelompok  orang  yang  menyatukan  dari  untuk  saling  membantu  dan  bekerja  sama  membangun  sumber  pelayanan  keuangan  guna  mendorong  dan  mengembangkan usaha produktif dan meningkatkan taraf  hidup para anggota dan  keluarga.
 Disamping  berdirinya  BMT  juga  dikarenakan  kehidupan  masyarakat  yang  serba kecukupan, Sehingga akan timbul pengikisan aqidah yang juga dipengaruhi  oleh  lemahnya  ekonomi  masyarakat.  Oleh  karena  itu  BMT  diharapkan  mampu  berperan  lebih  aktif  dalam  memperbaiki  kondisi  ini.  Dengan  keadaan  tersebut  keberadaan  BMT  mempunyai  peran  yaitu  menjauhkan  masyarakat  dari  praktek  ekonomi non syariah serta melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil atau  masyarakat menengah kebawah.
BMT  Walisongo  Papandayan  Semarang  berdiri  sejak  tahun   merupakan  lembaga  keuangan  yang  menghimpun  dana  dari  masyarakat  dan   Muhammad ridwan. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), yogyakarta : UII Press, 2004  Hlm. 73.
 Heri sudarsono, Bank dan lembaga keuangan syariah (deskripsi dan ilustrasi), Yogyakarta :  ekonisia, 2003, hlm. 96.

 menyalurkan  dana  tersebut  kepada  masyarakat  yang  membutuhkan  dana.  Hal  utama  yang  membedakannya  dengan  bank  konvensional  adalah  dalam  cara  menghimpun  dan  menyalurkan  dana  dari  dan  kepada  masyarakat  harus  sesuai  dengan prinsip-prinsip syari’ah.

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi