Senin, 25 Agustus 2014

Skripsi Syariah:REALITAS STANDAR MUTU MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) MENUJU GURU PROFESIONAL


BAB I  PENDAHULUAN
 A.  Latar Belakang  Kompleksitas  problematika  kehidupan  di  era  globalisasi  telah  menawarkan  banyak  tantangan  dan  keuntungan  bagi  kelangsungan  hidup  manusia.  Dan  tantangan  yang  paling  berat  dalam  hal  ini  adalah  persoalan  pilihan  nilai  moral,  budaya,  dan  keagamaan,  terutama  bagi  kalangan  remaja.
Hal  ini  disebabkan  oleh  faktor  psikologis  mereka  yang  mengalami  masa  pubertas  (masa  pencarian  nilai-nilai/  norma  yang  dirasa  sesuai  dengan  dunianya).  Tantangan  tersebut  nampaknya  menjadi  problematika  tersendiri  bagi  para  guru  agama  untuk  segera  diatasi  atau  bahkan  diantisipasi  sedini  mungkin.
Seorang  guru  sehubugan  dengan  tugasnya  dalam  memantau  atau  mengembangkan pembelajaran, maka guru dapat disebutsebagai ujung tombak  pembaharuan yang berhasil, menjadi pendukung nilai-nilai dalam masyarakat,  menciptaan kondisi belajar yang baik serta menjaminkeberhasilan pendidikan  maka guru harus meningkatkan kompetensinya, yakni, kompetensi pedagogik,  kompetensi personal, kompetensi sosial, kompetensi profesional.

Di dalam penjelasan Undang-undang Republik Indonesia No. 14 tahun  2005 tentang guru dan dosen disebutkan,  Yang  dimaksud  dengan  kompetensi  pedagogik  adalah  kemampuan  mengelola  pembelajaran  peserta  didik.  Yang  dimaksud dengan  kompetensi  personal  adalah  kemampuan  kepribadian  yang  mantap,  berakhlak  mulia,  arif  dan  berwibawa  serta  menjadi  teladan  perserta  1  2  didik.  Yang  dimaksud  dengan  kompetensi  profesional  adalah  kemampuan  penguasaan  materi  pelajaran  secara  luas  dan  mendalam.
Yang  dimaksud  dengen  kompetensi  sosial  adalah  kemampuan  guru  untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektifdan efesien dengen  peserta  didik,  sesama  guru,  orangtua/wali  perserta  didik,  dan  masyarakat sekitar  Dari  empat  kompetensi  tersebut  di  atas  sudah  jelas  sekali,  sangat  mempengaruhi  proses  belajar  mengajar,  kompetensi  ini  diperlukan  suatu  kemampuan dalam mewujudkan dan membina kerja sama dengan semua pihak  yang ikut bertanggung jawab terhadap proses pendidikan. Kerja sama tersebut  diselenggarakan  oleh seluruh  steakholders berupa  orang tua  murid, pimpinan  sekolah,  masyarakat  sekitar  dan  bahkan  dengan  murid yang  dihadapinya  sehari-hari.
Jabatan guru bukan hanya menuntut kemampuan spesialisasi keguruan  dalam arti menguasai pengetahuan akademik dan kemahiran profesional yang  relevan  dengan  bidang  tugasnya  sebagai  guru,  akan  tetapi  juga  pada  tingkat  kedewasaan dan tanggung jawab serta kemandirian yang tinggi. Kemampuankemampuan  itu  membuat  guru  memiliki  nilai  lebih  dan kewibawaan  yang  tinggi terhadap peserta didik.
Diakui  atau  tidak,  guru  akan  selalu  menjadi  unsur  penting  yang  menentukan  berhasil  atau  tidaknya  suatu  pendidikan. Oleh  karena  itu  guru  selalu berperan dalam pembentukan sumber daya manusia yang pontensial di  bidang  pembangunan  bangsa  dan  negara.  Guru  adalah  orang  kedua  setelah  orang tua  yang  selalu  mendidik  dan mengawasi anak,  untuk menuju  cita-cita  dan  tujan  hidupnya.  Oleh  karena  itu,  seorang  guru  harus  memiliki  dedikasi     Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen,  (Surabaya: Kesindo Utama, 2006), hlm. 48.
3  yang sangat tinggi dan profesi yang dipilihnya itu  bukan pekerjaan sampingan  sebab diakui atau tidak gurulah yang menentukan keberhasilan peserta didik.
Tidak semua orang dewasa dapat dikategorikan sebagai pendidik atau  guru,  karena  guru  harus  memiliki  beberapa  persyaratan  yang  harus  dipenuhi  oleh setiap calon pendidik atau guru sebagaimana yang telah ditetapkan dalam  Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, “guru wajib memiliki kualifikasi  akademik,  kompetensi,  sertifikasi  pendidik,  sehat  jasmani  dan  rohani,  serta  memiliki kemampuan untuk mewujutkan tujuan pendidikan nasional”  Dengan demikian jelasnya bahwa mutu pendidikan dan profesionalisme  guru  memiliki  kaitan  yang  sangat  erat  dan  saling  mempengaruhi  proses  pencapaian tujuan pendidikan.
Merujuk pada itu semua, mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam  yang  merupakan  insan  muda  sebagai  calon  guru  tentu  perlu  untuk  memperhatikan dan mempersiapkan segala hal yang relevan dengan kebutuhan  dalam  dunia  pendidikan  dan  guru.  Ini  merupakan  konsekwensi  logis  yang  harus dilaksanakan. Sehingga jika tingkat profersionalisme guru tinggi dalam  pendidikan maka, secara otoimatis mutu pendidikan akan tinggi pula yang pada  akhirnya  akan  berpengaruh  pada  masa  depan  peserta  didik  sendiri  maupun  bangsa dan negara.
Ada  fenomena  menarik  yang  kemudian  menjadi  asumsi  dasar  bagi  peneliti  untuk  dapat  diteliti  lebih  lanjut  tentang  kebenaran  asumsi  tersebut.
Selama  ini  muncul  anggapan  bahwa  aspek  sosial,  moral  dan  keperibadian     Undana-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Sistem Pendidikan  Nasional, (Bandung: Citra Umbara, 2003), hlm. 8  4  mahasiswa  Fakultas  Tarbiayah  UIN  Maliki  Malang  dirasa  sangat  rendah.
Asumsi  ini  tentu  tidak  boleh  kita  biarkan  dan  bersikap  apatis,  mengingat  Fakultas  Tabiyah  merupakan  Fakultas  tertua  di  lingkungan  UIN  Maliki  dan  khusunya  jurusan  Pendidikan  Islam  yang  mengkonsentrasikan  kepada  pendidikan keagamaan. Setiap sendi-sendi moralitas serta norma-norma agama  selalu ditanamkan di sini. Ironis sekali jika  outputyang dihasilkan oleh Justru  Pendidikan  Agama  Islam  lebih  buruk  dibanding  dengan fakultas  lain  yang  konsentrasinya non-keagamaan.
Pada  prisipnya,  mahasiswa  Pendidikan  Agama  Islam  (PAI)  adalah  calon guru agama yang  nanti tugas utamanya mengajar, mendidik, dan harus  memiliki  karakteristik  kepribadian  yang  sangat  berpengaruh  terhadap  keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap  dari  sosok  seorang  guru  akan  memberikan  teladan  yang  baik  terhadap  anak  didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang  patut  “digugu”  (ditaati  nasehat/ucapan/perintahnya)  dan  “ditiru”  (di  contoh  sikap  dan  perilakunya).  Kepribadian  guru  merupakan  faktor  terpenting  bagi  keberhasilan belajar anak didik.
Ini suatu hal yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian  dalam skripsi  ini.  Melalui  penelitian  dalam  skripsi ini peneliti akan mencoba  untuk  menjawab  asumsi-asumsi  negatif  yang  ada  di  lingkungan  masyarakat  sekitar  maupun  seluruh  civitas  akademik  Universitas Islam  Negeri  (UIN)  Maliki Malang.
5  Berdasarkan  uraian  di  atas,  maka  penulis  mengambil  judul  mengenai  “Realitas  Standar  Mutu  Mahasiswa  Jurusan  Pendidikan  Agama  Islam  Menuju  Guru  Profesional”.  Pemilihan  judul  tersebut  diharapkan  mampu  memberikan  sedikit  gambaran  mengenai  upaya  dalam  meningkatkan  profesionalisme guru, selanjutnya dapat memberikan motifasi bagi para ilmuan  untuk meneliti pendidikan lainnya.


Download lengkap Versi PDF

1 komentar:

pesan skripsi