Rabu, 27 Agustus 2014

Skripsi Syariah:SISTEM HISAB GERHANA BULAN Analisis Pendapat KH. Noor Ahmad SS dalam Kitab Nûr al-Anwâr


 BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang  Tata  surya  kita  adalah  suatu  kelompok  benda  langit,  mulai  dari  Matahari  dan planet-planet yang mengitarinya yang terdiri dari Merkurius,  Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus beserta 165  buah  satelit  planet  yang  sudah  diketahui  sampai  sekarang,  serta  objekobjek  tata  surya  yang  lainnya  seperti  asteroid,  planet  katai,  meteorid,  planetoid,  komet  dan  debu  angkasa,  yang  bergerak  mengikuti  hukum  dinamika  Newton.
 Di  antara  semua  anggota  tata  surya  tersebut,  planet Bumi,  Bulan  dan  Matahari  merupakan  tiga  benda  langit  yang  banyak  menarik  perhatian  para  ahli  falak  karena  menjadi  penanda  waktu  dalam  pelaksanaan  beberapa  ibadah  seperti  sholat  fardhu,  salat  gerhana  dan  ibadah puasa.
Hal  yang  paling  spektakuler  dalam  kaitan  Bumi,  Bulan  dan  Matahari  adalah  ketika  terjadi  fenomena  gerhana,  baik  gerhana  Bulan maupun  gerhana  Matahari.  Gerhana  adalah  peristiwa  alam  yang  terjadi  beberapa  kali  setiap  tahunnya.  Dalam  hadis-hadis  Nabi  saw  peristiwa  tersebut dinyatakan sebagai  bagian dari tanda-tanda kebesaran  Allah. Ada  dua  macam  gerhana  yang  dapat  disaksikan  di  Bumi,  yaitu  gerhana   Gunawan Admiranto, Menjelajah Tata Surya, Yogyakarta:  Penerbit Kanisius, 2009, hlm. 8.
 Matahari  dan  gerhana  Bulan.

 Muhammad  Wardan  mengatakan  bahwa  gerhana  Bulan  ialah  peristiwa  ketika  Bulan  bergerak  mengelilingi  Bumi,  masuk ke dalam  inti bayangan Bumi, sehingga pada waktu itu Bulan tidak  menerima  sinar  Matahari.  Oleh  karena  itu,  gerhana  Bulan  terjadi  ketika  bulan  berada  pada  saat  istiqbal  (oposisi).
 Sedangkan  gerhana  Matahari  adalah  fenomena  yang  terjadi  di  saat  Bulan  berada  di  antara  Bumi  dan  Matahari,  yaitu  saat  ijtima  (konjungsi),  dimana  Bulan  atau  Matahari  berada di salah satu titik simpul atau di dekatnya.
 Gerhana Matahari dapat  terjadi  2  sampai  3  kali  dalam  setahun,  tetapi   hanya  dapat  disaksikan  di  wilayah-wilayah  tertentu  di  permukaan  Bumi.  Sedangkan  gerhana  Bulan dapat  terjadi  2  sampai  3  kali  dalam  setahun  dan  dapat  disaksikan  oleh  seluruh  penduduk  Bumi  yang  menghadap  ke  Bulan.
 Fenomena  gerhana ini  sudah  lama  menjadi  objek  pengamatan  manusia.  Sejak  zaman  Babilonia, catatan observasi gerhana sudah rutin dilakukan.
  Tim  Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah,  Pedoman Hisab Muhammadiyah,  Yogyakarta: Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah, Cet. II, 2009, hlm. 95.
 Ahli falak, yang  bernama Wardan Diponingrat K.R.T, sedangkan Muhammad Wardan  adalah nama kecilnya. Ia dilahirkan pada 19  Mei 1911 M bertepatan dengan tanggal 20  Jumadil  Awwal 1329 H di Kauman, Yogyakarta dan meninggal dunia pada 3  Februari 1991 M/ 19 Rajab  14 11 H.  Ayahnya, yaitu Kyai Muhammad Sangidu seorang penghulu Kraton Yogyakarta dengan  gelar Kanjeng Penghulu Kyai Muhammad Kamalunidiningrat sejak 1913 M/1332 H sampai 1940  M/1359 H. Sejak 1973 hingga wafatnya, Wardan dipercaya sebagai anggota  Badan Hisab Rukyah  Departemen Agama RI. Muhammad Wardan merupakan seorang tokoh penggagas teori  Wujudul  Hilal  yang hingga kini masih digunakan oleh persyarikatan Muhammadiyah. Selengkapnya lihat  Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. II, 2008, hlm. 235-236.
 Muhammad Wardan,  Kitab  Falak dan Hisab, Yogyakarta: Toko Pandu,  Cet. I,  1957,  hlm. 52-53.
 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak (Dalam Teori dan Praktik), Yogyakarta: Buana Pustaka,  Cet. I, 2004, hlm. 187.
 Ibid hlm. 188.
 Ahmad Izzudin, Fiqh Hisab Rukyah, Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 2007 hlm. 43.
 Gerhana merupakan salah satu tanda-tanda kekuasaan Allah  yang  sering  disalahartikan.  Dulu  pernah  terjadi  gerhana  pada  masa  Nabi Muhammad  saw.  Fenomena  itu  bertepatan  dengan  kematian  putra  Nabi saw  yang bernama Sayyid Ibrahim. Sebagian golongan mengatakan bahwa  peristiwa  gerhana  terjadi  disebabkan  wafatnya  Ibrahim.  Mereka  mengatakan  demikian  dengan  maksud  mengagungkan  Nabi  saw  dan  putranya.
 Ketika  Nabi  saw  mendengar  apa  yang  mereka  katakan,  beliau  marah,  lalu  berkhotbah  kepada  mereka  yang  isinya  menjelaskan  bahwa  Matahari  dan  Bulan  merupakan  dua  pertanda  di  antara  tanda-tanda  yang  menunjukkan kekuasaan Allah swt  dan tidak ada satu kekuasaan-pun bagi  seseorang terhadap keduanya.
 Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh  Bukhari yang berbunyi : “Syihab  bin  „Ibad  telah  bercerita  kepada  kami,  ia  berkata:  telah  bercerita kepada kami Ibrahim bin Humaid dari Ismail dari  Qais,  ia  berkata:  aku  mendengar  Abu  Masud  berkata:  Nabi  saw  bersabda:  sesungguhnya  Matahari  dan  Bulan  tidak  mengalami  gerhana  karena  kematian  seorang  manusia,  tapi  keduanya  merupakan  tanda  di  antara  tanda-tanda  kebesaran  Allah.  Jika  kalian melihat keduanya (gerhana), maka berdirilah lalu salatlah.”  „Alawi Abbas  al-Maliki,  Penjelasan Hukum-Hukum Syari’at Islam, diterjemahkan oleh Bahrun Abu Bakar dari “Ibaanattul Ahkaam”, Bandung: Sinar Baru Algensindo,  Cet I, 1994, hlm.
802-803.
 Ibid.
 Imam  Abi  „Abdillah  Muhammad  bin  Ismail  ibnu  Ibrahim  bin  al-Mughirah  bin  Bardazabah  al-Bukhari  al-Jafii,  Shahih  al-Bukhari,  Juz  1,  Beirut,  Libanon:  Daar  al -Fikr,  1981,  hlm. 24.
 Hadis  di  atas  menjelaskan  bahwa  ketika  terjadi  gerhana  dianjurkan  melaksanakan salat  sunat  yang dinamakan dengan salat sunat  gerhana. Para  ulama  sepakat  bahwa  salat  sunat  gerhana  termasuk  kategori  sunat  muakkad.
 Hukum  sunatnya  sama  dengan  hukum  salat  dua  hari  raya.
Pelaksanaannya  dilaksanakan  ketika  peristiwa  gerhana  mulai  terlihat  oleh  mata sampai prosesi gerhana berakhir.
Pada dasarnya, alam semesta mengikuti hukum-hukum yang bersifat  kuantitatif.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi