Senin, 25 Agustus 2014

Skripsi Syariah:STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS X/A MADRASAH ALIYAH ISLAMIYAH SYAFI’IYAH PAITON PROBOLINGGO


 BAB I  PENDAHULUAN  
A. Latar Belakang Masalah  Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat urgen untuk  mengembangkan potensi dan pribadi seseorang agar dapat beradaptasi dengan  lingkungan sekitar. Pada umumnya pendidikan diselenggarakan untuk  memenuhi tuntutan masyarakat. Oleh karenaitu, setelah lulus diharapkan anak  dapat membantu mengembangkan masyarakat atau ikut serta ambil bagian  dalam memenuhi kebutuhan demi kesejahteraaan masyarakat. Hal ini selaras  dengan tujuan Pendidikan Nasional Indonesia sebagaimana tercantum dalam  Undang-undang Sistem Pendididkan Nasional Nomor 2 tahun 1989 yang  berbunyi :  “Pendidikan Nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa  dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang  beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi  pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan  jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa  tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.
 Terkait dengan pelaksanaan pendidikan saat ini, banyak kritik yang  mengatakan adanya kelemahan serta kekurangan yang ada dalam pelaksanaan  serta keberadaan pendidikan agama Islam. Menurut Muchtar Buchori (1992).

“kegagalan pendidikan agama Islam disebabkan karena praktik  pendidikannya hanya memperhatikan aspek kognitif semata dari                                                           Tim Penyusun Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang Sistem  Pendidikan Nasional, (Jakarta : Grasindo, 1991), hal. 10  20  pertumbuhan kesadaran nilai-nilai (agama), dan mengabaikan pembinaan  aspek afektif dan konatif-volitif, yakni kemauan dan tekad untuk  mengamalkan nilai-nilai ajaran agama Islam”.
Akibatnya terjadi kesenjangan antara pengetahuan dan pengamalan, antara  gnosis danpraxis dalam kehidupan nilai agama. Muchtar Buchori juga  menyatakan, kegiatan pendidikan yang berlangsung selama ini lebih banyak  bersikap mandiri, kurang berinteraksi dengan kegiatan-kegiatan pendidikan  lainnya, sehingga kurang efektif untuk penanaman suatu perangkat nilai yang  kompleks. Demikian juga dinyatakan oleh Soedjatmoko (1992).
”pendidikan agama harus berusaha berinteraksi dan bersinkronisasi dengan  pendidikan non-agama. Pendidikan agama tidak boleh dan tidak dapat  berjalan sendiri, tetapi harus berjalan bersama dan bekerja sama dengan  program-program pendidikan non-agama kalau ingin mempunyai relevansi  terhadap perubahan sosial yang terjadi di masyarakat”.
Di dalam prosesnya, keberadaan peserta didik banyak dipengaruhi oleh  keberadaan guru. Dimana guru sebagai salah satu sumber ilmu juga dituntut  kemampuannya untuk dapat mentransfer ilmunya kepada para peserta  didiknya dengan menggunakan berbagai ilmu atau pun metode serta alat yang  dapat membantu tercapainya suatu kegiatan pembelajaran, yang dalam hal ini  salah satunya adalah adanya penerapan strategi yang beraneka macam serta  cocok dan tepat untuk diterapkan kepada peserta didik.
Adapun tujuan adanya strategi menurut Abu Ahmadi  adalah pertama;  agar para pendidik dan calon pendidik mampu melaksanakan dan, serta  mengatasi program dan permasalahan pendidikan dan pengajaran, kedua; agar                                                           Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar(Bandung: Pustaka Setia,  1997), hlm. 5  21  para pendidik dan calon pendidik memiliki wawasan yang utuh, lancar,  terarah, sistematis, dan efektif.
Salah satu prinsip dalam melaksanakan pendidikan adalah siswa secara  aktif mengambil bagian dalam kegiatan yang dilaksanakan. Untuk dapat  melaksanakan suatu kegiatan pertama-tama harus ada pendorong untuk  mewujudkan kegiatan itu, atau dengan kata lain, untuk dapat melakukan  sesuatu harus ada motivasi. Sebagaimana dijelaskan A. Tabrani Rusyan dan  kawan-kawan bahwa :  1.  Motivasi memberi semangat terhadap peserta didik dalam kegiatankegiatan belajarnya.
2.  Motivasi-motivasi perbuatan merupakan pemilih dari tipe kegiatankegiatan untuk melakukannya.
3.  Motivasi memberi petunjuk pada tingkah laku.
 Sebenarnya kegiatan atau tingkah laku individu bukanlah kegiatan yang  terjadi begitu saja, akan tetapi ada faktor yang mendorongnya dan selalu ada  sasaran yang akan dicapai sebagai tujuan. Faktor pendorong itu adalah motif  yang bertujuan untuk memenuhi atau mempertahankan situasi dan kondisi  tertentu. Dengan demikian setiap kegiatan individu selalu ada yang  mendorongnya (motif) dan memiliki sasaran yang dicapai (tujuan). “Motif  diartikan sebagai daya seseorang untuk melakukan sesuatu.”                                                           A. ThabraniRusyan Atang Kusnidar, Zasinal Arifin, Pendekatan dalam Proses Belajar  Mengajar, (Bandung : Remaja Karya, 1989), hal. 96   Sardirman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rajawali Pers, 1987),  hal.73  22  Dari uraian tersebut, dapat ditegaskan bahwa motif adalah suatu dorongan  yang ada pada manusia yang menyebabkan dia bertindak atau bertingkah laku,  sedangkan motivasi adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri manusia  yang menimbulkan kegiatan atau aktivitas. Dalam hubungannnya dengan  belajar maka aktivitas yang dimaksud adalah belajar.
Motivasi belajar adalah faktor praktis, peranannya adalah menumbuhkan  gairah belajar, merasa senang dan semangat untuk belajar. A. Tabrani Rusyan  mengutip pendapat Crow dan Crow untuk memperjelas pentingnya motivasi  dalam belajar sebagai berikut :“Belajar harus diberi motivasi dengan berbagai  cara sehingga minat yang dipentingkan dalam belajar itu di bangun dan minat  yang telah ada pada diri anak”.
 Dalam pengelolaan pendidikan tidak akan terlepas dari adanya rencana  pengajaran yang termasuk di dalamnya adanya strategi. Terkait dengan  strategi ini erat kaitannya dengan materi pelajaran, karena berhasil tidaknya  kegiatan pembelajaran pendidikan banyak di pengaruhi oleh bagaimana  strategi pengajaran tersebut diterapkan, di mana seorang guru menyampaikan  materi pelajaran kepada siswa dan dituntut untuk bisa menerima materi  pelajaran dari guru. Dalam hal ini keberadaan guru dituntut untuk bisa  memvariasikan strategi dalam mengajar; seperti metode yang dipakai,  penggunaan alat peraga serta adanya evaluasi, agar tujuan pendidikan dapat  terealisasikan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dari sini tampak  jelas bahwa strategi pengajaran merupakan prosedur yang sangat penting                                                           A. Tabrani Rusyan, dkk. Op.cit, hal. 121  23  untuk tercapainya pendidikan, karena merupakan salah satu unit yang tidak  dapat dipisahkan dari unit-unit pendidikan yang lain.
Pengelolaan kelas yang baik akan melahirkan interaksi belajar mengajar  yang baik pula. Tujuan pembelajaran pun dapat dicapai tanpa menemukan  kendala yang berarti. Hanya sayangnya pengelolaan kelas yang baik tidak  selamanya dapat dipertahankan, disebabkan pada kondisi tertentu ada  gangguan yang tidak di kehendaki datang dengan tiba-tiba. Suatu gangguan  yang datang dengan tiba-tiba dan di luar kemampuan guru adalah kendala  spontanitas dalam pengelolaan kelas.Dengan hadirnya kendala spontanitas  suasana kelas biasanya terganggu yang ditandai dengan pecahnya konsentrasi  anak didik.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi